Shela mengedarkan pandangannya dan matanya terfokus pada satu titik. Targetnya baru saja datang dengan segala pancaran pesonanya.
“Dia datang.” gumam Shela.
Tara melirik sekilas, Dave yang baru saja memasuki club lalu kembali mengabaikannya. Ia tak tertarik dengan pornstar satu itu.
“Hei dia jalan ke sini.” Shela menyenggol lengan Tara, membuat wanita itu hampir menjatuhkan gelasnya.
“Sudah sana pergi. Aku tidak tertarik.”
Dave menghampiri meja bar dan memesan minuman sembari menunggu temannya yang ternyata belum datang.
“Hai babe..” Shela langsung menyapa Dave yang duduk di sampingnya.
“Tidak malam ini.” ucap Dave seakan tau apa yang diinginkan Shela.
“Walaupun hanya ciuman?”
Dave tersenyum dan menghadapkan duduknya ke arah Shela. “No problem.”
Shela tak menyiakannya dan langsung berhambur ke pelukan Dave. Wanita itu segera mencium bibir Dave dan melumatnya yang langsung mendapatkan balasan panas dari Dave.
Tara tak memedulikan dua sosok yang sedang berciuman dengan panas di sebelahnya. Wanita itu masih fokus dengan minumannya, bahkan hingga suara lenguh Shela terdengar.
“Wow.” Shela tampak kagum dengan ciuman Dave. Begitu dalam, menggebu, dan basah. Uh.. Shela sangat menyukainya. Pria itu sangat tau caranya berciuman. “Kau panas.” puji Shela.
“Apakah itu pujian?” tanya Dave dengan senyum tipisnya. Mata pria itu beralih pada sosok yang duduk di belakang Shela. “Tara huh?”
Shela menoleh ke belakang dan mendapati Tara yang masih menegak minumannya.
“Kau pasti mengenalnya. Hm yeah dia temanku.”
“Siapa yang tak mengenal wanita sexy yang selalu menghiasi cover majalah dewasa itu?”
Oh perkataan Dave barusan membuat Tara menggeram. Entahlah tapi ia tak suka dengan rangkaian kata itu walaupun itu adalah kenyataan.
Tara menoleh ke arah Dave. “Tokoh utama video porno huh?”
Dave tersenyum karena dia bangga dengan pekerjaannya. Oh ayolah dia perkasa, siapa yang tak bangga?
“Dave, jika kau lupa. Senang bisa bertemu denganmu lagi. Sudah lama kita tak bertemu.”
Tara memang jarang bertemu dengan Dave, karena Tara lebih memilih pemotretan individu daripada harus dengan partner yang tentunya sangat merepotkan. Tara pernah dua kali bertemu dengan Dave di studio. Pria itu menjadi pasangan foto Luna dan tentu saja mereka menjadi pasangan yang panas hingga Luna selalu membangga-banggakannya di hadapan Tara. Dan Tara tak peduli itu.
“Hm.” balas Tara seadanya.
“Tapi setelah ini, aku yakin kita akan sering bertemu.”
Tara mengerutkan keningnya, tak mengerti dengan perkataan Dave. Namun, ia sedang tak ingin berpikir jauh.
:::
“Kau berhasil mengalahkan Luna!” heboh Berta saat melihat majalah bulan ini telah terbit.
Tara mengusap rambutnya yang masih basah dan beralih ke dapur, mengambil segelas jus apel di kulkas.
“Lihatlah, kau sangat memukau.”
Berta menunjukkan majalah yang baru saja ia dapat kepada Tara dan membuat wanita itu hampir menyemburkan minumannya. Apa-apaan ini?
“Sialan! Kenapa mereka memilih foto itu.” geramnya namun ia tau bahwa dirinya tak bisa berbuat banyak. Foto yang telah di ambil seluruhnya menjadi hak milik perusahaan dan itu tertulis di kontrak.
“Aku yakin, setelah ini namamu akan naik.”
“Aku tidak peduli. Yang penting beri aku dua hari perminggu untuk libur.”
“Oiya besok pemotretan untuk majalah Next sudah dimulai. Kau bisa pergi sendiri kan?”
“Next?”
“Yang dua minggu lalu kontraknya aku minta tandatangani.”
Oh.. Tara tak begitu ingat karena Berta memberinya kontrak tepat setelah ia pulang dari minum minum di club.
“Aku akan mengirimkan alamatnya. Jangan terlambat.”
:::
Tara memarkirkan mobilnya dan langsung menuju lantai lima, tempat studio Next berada. “Hai Tar.” sapa James saat mendapati Tara memasuki ruang studio.
“Kau lagi?”
James berdecak. “Hei aku fotografer profesional jika kau lupa itu.”
“Aku tidak peduli. Yang penting-”
“Lakukan dengan cepat.” potong James yang sekali lagi sangat mengerti modelnya itu. “Kalau begitu cepat ganti baju.”
Tara membuka ruang make up dan terkejut menemukan Dave yang sedang memoles wajahnya dengan make up. Ternyata pria itu juga menjadi model di sini. Namun tak mau ambil pusing. Tara langsung mengganti bajunya dengan bikini yang telah disediakan lalu membalut tubuhnya menggunakan bath robe. Wanita itu duduk di sebelah Dave yang ternyata hanya menggunakan boxer. Itu memang sudah biasa karena yah, ini pemotretan majalah dewasa.
“Kita bertemu lagi.”
Tara mengabaikan ucapan Dave dan memilih fokus dengan staff yang sedang memoles wajahnya. Tubuh Dave sudah di semprot dengan cairan agar terlihat lebih eksotis. Pria itu melihat Tara dari cermin.
“Kau mengabaikanku?”
“Kurasa tadi bukanlah sebuah pertanyaan yang harus ku jawab?” jawab Tara santai wanita itu melepas handuknya dan membiarkan tubuhnya di semprot dengan cairan.
Dave tak percaya jawaban itu yang akan keluar dari mulut Tara. Hei ini keempat kalinya mereka bertemu dan mereka belum banyak berbincang. Bagaimana mereka akan mendapatkan chemistry untuk photoshoot nanti?
Dave memilih keluar duluan karena dirinya sudah selesai. Tak lama Tara juga keluar dan menghampiri James yang sedang berdiskusi dengan Dave dan beberapa orang lainnya.
“Kalian sudah membaca konsepnya kan? Jadi, aku ingin kalian tidak kaku di kamera.”
Tara mengerutkan keningnya. “Konsep?” oh sepertinya dirinya lupa meminta konsep foto pada Berta.
“Kau belum membacanya?” tanya James. “Konsep kali ini adalah pasangan romantis yang sedang bermesraan di kamar.”
“Tunggu. Pasangan?” Tara menatap Dave yang juga sedang menatapnya dengan santai. “Aku tak pernah menyetujui pemotretan berpasangan.”
“Ini sudah tertulis di kontrak. Dan kau sudah menandatanganinya.” jawab James.
Tara terdiam sebentar dan ia teringat percakapannya kemarin dengan Berta. Oh jangan bilang dia menandatangani kontrak itu tanpa sadar. Tara menggeram dan mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Berta namun tak di angkat.
“Cepatlah, aku memiliki jadwal lain.” panggil Dave karena Tara masih berdiri dengan ponsel di genggamannya.
“Aku tak ingin melakukan pemotretan ini.”
James menghela nafas. Ia tak tau apa yang dipikirkan wanita itu. Bukankah dia sendiri yang sudah menyetujui kontraknya.
“Kau akan kena denda jika melanggar kontrak. Dan aku yakin itu tidak sedikit.”
Tara melihat Dave yang sudah pada posisinya. Dia tak mungkin membayar denda karena Tara yakin Next tak memberikan nominal yang sedikit untuk dendanya. Tara akhirnya melepas handuknya dan mendekati Dave yang duduk di tepian ranjang hanya menggunakan boxer. “Ayo selesaikan dengan cepat.”
Dave tersenyum miring. “Bukankah kau yang membuatnya lama?”