03

838 Words
Vanila duduk dengan nafas terengah. Ia tak menyangka coffee shop akan seramai ini, hari ini. Sudah hampir satu minggu ini coffee shop tempatnya bekerja mendapatkan banyak pesanan dari bangunan di sebelah. Bangunan kosong yang menurut kabar akan segera berubah menjadi kantor firma hukum milik pengacara terkenal.   "Capek?" Vanila bangkit dari posisinya saat menemukan Clark, pemilik coffee shop sekaligus kakak tingkatnya itu berdiri di hadapannya.   "Ah Clark," serunya. Clark terkekeh pelan.   "Santai saja Vanila, beristirahatlah. Aku rasa aku perlu meliburkan coffee shop ini beberapa hari." Ujar Clark menanggapai sikap gugup Vanila.    Vanila hanya tersenyum tipis, "tumben sekali kamu datang kesini?"   Clark mengangguk pelan lantas mengeluarkan amplop coklat dari saku mantelnya, "ini milik mu," Clark menyodorkan amplop itu pada Vanila.   Vanila mengerti, ini adalah waktunya menerima gaji. Ia pun menerima dan membuka amplop itu, "Clark bukankah ini terlalu banyak?"   Clark menggeleng, "ini sesuai dengan kerja keras mu. Bukannya kau seringkali lembur bulan ini?"   Vanila tak menyangkal hal itu, tetapi di beberapa kali jam lemburnya itu terjadi sebagai hukuman akan keterlambatannya.   "Clark tapi–"   "Aku tau kau terlambat, tapi kau kan tetap bekerja seperti biasa setelahnya. Ah, dan jangan lupakan kau harus menabung. Ku dengar semester depan akan ada study ke Utrecht. Kau juga masih mengirim uang ke panti asuhan mu kan? Jadi ku rasa kau perlu ini. Tenanglah Vanila, ini sesuai dengan kerja keras mu bukan secara cuma-cuma." Potong Clark menjelaskan. Vanila hanya tertawa pelan dan mengangguk.   "Terima kasih Clark." Sahut Vanila tulus.   "Berkemaslah, hari ini aku akan menutup coffee shop lebih awal. Ku rasa kalian semua perlu istirahat, aku juga harus meminta Nic untuk menikmati waktu bersama." Ucap Clark yang mendengus di akhir.   Vanila terkekeh melihatnya, "berliburlah Clark, ku perhatikan Nic juga lebih sering marah akhir-akhir ini."    Clark dan Vanila tertawa bersama. Jika kalian melihat seorang Clark Winter dan Nicholas Adams maka kalian tidak akan menemukan kekurangan selain wajah yang terlalu tampan dan tubuh yang terlalu sempurna sampai menjadikan banyak wanita patah hati karena ditolak cintanya oleh mereka. Namun faktanya, dua orang lelaki berusia 23 tahun itu mempunyai sebuah rahasia besar. Mereka berdua adalah sepasang kekasih. Ya, Clark dan Nic adalah pasangan kekasih, mereka bahkan sudah menjalin hubungan selama 3 tahun ini. Sungguh fakta yang mengejutkan bagi siapapun yang mengetahuinya.   ***   Vanila menghempaskan tubuhnya pada single bed tipis miliknya. Ini masih pukul 6 sore, dan ia biasanya sampai di flat kecil miliknya nyaris tengah malam. Vanila memejamkan matanya, ia bisa lebih merasakan istirahat kali ini.   Vanila Daisy, gadis berparas Asia setinggi 158cm berusia 21 tahun. Kulit putih, matacoklat lembut dan rambut berwarna coklat khas miliknya. Jangan lupakan pula, hidung mancung bibir pink alami dengan aroma Vanila dan Teh Hijau yang unik menjadikan Vanila memiliki daya tarik nya tersendiri.   Namun sayang, Vanila tetaplah Vanila. Ia tak pernah tertarik dengan pria mana pun, tujuannya terlalu lurus yakni lulus kuliah, mendapatkan pekerjaan yang baik, membantu panti tempatnya di besarkan dan sukses. Ia tak pernah tertarik untuk merasakan suka, cinta, jatuh dan patah hati seperti gadis muda lain seusianya.   Selama hampir 3 tahun di Amsterdam, Vanila tak banyak memiliki teman dekat. Ia hanya mengenal Jasmine; temannya bekerja dan Mike kekasihnya, Clark; senior sekaligus atasannya di tempat kerja dan Nic kekasih sesama jenisnya, serta Cathie; adik dari Clark sekaligus mantan kekasih Nic yang menjadi sahabat baiknya selama ini.   Vanila sedikit bergidik jika mengingat perbincangan Cathie dan dirinya dulu. Tepatnya saat Vanila baru saja mendapat pekerjaan paruh waktunya dimana Cathie bercerita bahwa ia dan Nic telah berpacaran selama 2 tahun, namun sayang ternyata tujuan pria tampan itu bersama dengannya adalah karena rasa ketertarikan Nic pada Clark, kakak Cathie. Cathie yang merasa dipermainkan akhirnya memutuskan hubungan mereka, dan tak berselang lama Nic nyatanya memastikan diri sebagai kekasih Clark. Tentu saja hal ini disembunyikan dari mata khalayak. Cathie yang berprofesi sebagai seorang model dan Clark yang berprofesi sebagai fotografer terkenal harus menjaga nama baik mereka. Meski Cathie tak memungkiri rasa jijiknya di awal hubungan itu, namun akhirnya ia memilih pasrah akan hubungan yang dijalin kakaknya. Vanila kembali bergidik jika harus mengingat hal itu, baginya itu terlalu rumit sampai ia akhirnya memantapkan pilihan untuk tak menjalin hubungan dengan siapapun.   ***   "Semua sudah siap tuan, besok anda bisa melakukan grand opening untuk kantor anda yang baru." Jelas Arthur pada Sean yang nampak sibuk mempelajari berkas darinya.   "Semuanya sudah siap?" Tanya Sean memastikan yang dijawab dengan anggukan mantap milik Arthur.   "Anda juga sudah memiliki janji bertemu dengan Mr. Darrendra Putra."   "Janji?" Sean mengernyit menatap ke arah Arthur yang tersenyum tipis dan mengangguk pasti.   "Pemilik Drd.Corp yang baru saja membuka kantor cabang di Rotterdam dan akan segera membuka sekolah model di Paris dua bulan ke depan." Jelas Arthur lagi.   "Kuasa hukum eh?"    Arthur menggeleng, "saya belum bisa memastikan untuk hal tersebut tuan. Selain karena anda seorang lawyer, anda juga seorang CEO dan pemilik usaha kuliner. Dari informasi yang saya dapatkan, Mr. Darren sendiri memiliki banyak usaha seperti anda. Jadi bisa saja pengajuan kerjasama atau memang pengajuan anda untuk menjadi kuasa hukum mereka."   Sean mengangguk, "ah anak itu. Bisakah aku menghindarinya saja?"   "Alangkah lebih baik jika tidak tuan," sahut Arthur.   >><< 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD