Farhan mengelus punggung anaknya dengan lembut agar segera tetidur. Farel memang tidak akan bisa tidur kalau tidak dia usap punggungnya. Selama menjadi orang tua tunggal, Farhan sama sekali tidak pernah memanjakan anaknya. Farhan mendidik Farel agar mandiri sejak dini.
Dan menikah untuk kedua kalinya sama sekali tidak ada di pikiran Farhan. Farhan seakan trauma dengan yang namanya pernikahan. Dulu, ia menikah atas dasar cinta sama cinta. Awalnya, kehidupannya dan Dora mulus-mulus saja. Saat Dora mengandung, Dora mulai menunjukkan ketidaksukaannya pada pernikahan mereka. Dora kerap mengumpat, bahkan memaki Farhan yang membuatnya menjadi hamil.
Dora yang notabennya seorang model tidak terima dengan bentuk tubuhnya yang melar. Tiap hari ia akan mengajak Farhan untuk bertengkar. Perkaranya cuma satu karena Dora benci hamil.
"Papa tetep sayang sama kamu," bisik Farhan mencium puncak kepala anaknya.
Dora meninggalkan Farhan setelah melahirkan jarak seminggu. Farel yang masih butuh Asi terpaksa menggunakan s**u formula. Masa-masa terpuruk Farhan bukan karena ditinggal Dora, tapi karena Dora sudah menelantarkan anaknya.
Dan saat ini, Farhan akan menikah lagi. Farhan bimbang dengan pernikahannya apakah lebih bahagia di pernikahan kedua yang bahkan tidak ada cinta sama sekali.
"Papa, kenapa mama Ria gak tidur di sini aja?" tanya Farel yang tiba-tiba membuka matanya.
"Saat ini Mama Ria masih tidur di rumahnya. Seminggu lagi, mama Ria sudah tidur sama kita," ucap Farhan.
"Kenapa begitu, Pa? "
Farhan diam, ia juga tidak bisa menjawab pertanyaan anaknya. Masa iya dia menceritakan kalau dia dan Ria belum Sah. Pasti akan ada pertanyaan lagi dari Farel.
"Kamu tidur ya, besok mama Ria Papa suruh kesini lagi."
"Mama besok kerja, Pa. Katanya aku mau diajak ke kerjaannya."
"Yaudah kamu ikut aja."
"Tapi aku takut, Pa. Takut dimasukin keranjang lagi sama Mama."
Farhan terkekeh. Kadang, ia juga tak habis pikir dengan kelakuan Ria. Ria selalu membawa sepeda bututnya kemanapun. Katanya, sepeda itu sangat bersejarah. Sepeda yang berhasil Ria beli saat ia mendapat gaji pertamanya.
"Besok Papa yang antar."
Farel sudah merasa tenang. Bocah kecil itu mulai memejamkan matanya untuk mengarungi mimpi.
▪️▪️▪️▪️
"Halo kak, selamat pagi. Nih aku mau review produk rajut knit dari Olshop Barbara. Kainnya alus banget kan. Belum lagi nih kak, ada sakunya di samping kanan dan kiri. Saku hidup bukan saku mati kayak cinta doi, dan sakunya berpasangan gitu kayak kamu sama dia."
Ria berceloteh sambil merekam baju rajut yang sedang dia pegang. Sebagai Admin online shop, dia harus bersuara ramah agar pembeli bisa tertarik.
"Kalau kalian nemu uang lima puluh ribu punyaku, tolong dikembalikan ya say! Aku ganti dengan baju produk dari Barbara sebagai imbalannya!"
"S 3 marketing!" ejek Farhan yang berdiri di belakang Ria. Memang Ria sedang duduk bersila di depan pintu. Tampilan wanita itu juga sangat kucel. Mentang-mentang online shop miliknya, Ria hanya memakai daster saat bekerja.
"Eh Mas Duda, sejak kapan berdiri disitu? Sini masuk!" ajak Ria beranjak berdiri.
"Gak usah, aku mau ke Rumah sakit. Ini titip Farel ya!" jawab Farhan. Tadi malam, memang Farhan sempat menelfon Ria untuk tidak menjemput Farel. Karena dia sendiri yang akan mengantar anaknya kesini. Katanya Farel masih trauma saat dimasukin kranjang.
"Lebih baik, kamu yang dititipin di sini," ucap Ria mengedipkan sebelah matanya.
"Ria!" tegur Farhan.
"Iya deh iya. Sana kamu pergi, cari uang yang banyak. Biar cepet halalin aku!"
"Seminggu lagi kita nikah!"
"Woaahhh .... Beneran? Serius? Kesambet apa Mas Duda?" tanya Ria tidak percaya. Ia terlalu shock mendengar kabar yang mendebarkan ini.
"Aku sudah bilang, jaga ucapanmu!" ucap Farhan dengan tajam.
"Ah iya maap, dedek lupa," jawab Ria cengengesan sambil menyentuh dadaa Farhan. Farhan menepis tangan Ria.
"Pelit banget deh," kesal Ria.
"Jangan agresif gini. Ada Farel!" bisik Farhan.
"Kalau gak ada Farel, boleh agresif dong?"
"Buktikan keagresifanmu saat malam pertama kita! Awas kalau cuma gede omong!" bisik Farhan dengan tajam. Ria memelototkan matanya, ia jadi keder sendiri.
"Mama Papa kenapa bisik-bisik? Aku juga pengen tau," ucap Farel yang sejak tadi kepo dengan pembicaraan Mama Papanya.
"Anak kecil gak boleh kepo!" jawab Ria. Farel bersungut kesal.
"Yaudah aku kerja dulu. Nih uang buat jajan Farel!" Farhan memberi dua ratus ribu untuk Ria.
"Aku boleh jajan juga, kan?"
"Ya terserah!"
"Kalau kurang, pake uangku dulu. Nanti sore aku nagih ke kamu."
Farhan tak menanggapi. Memilih segera pergi daripada makin panjang urusannya. Yang penting, anaknya aman dengan Ria.
"Kamu udah sarapan apa belum?" tanya Ria yang mendapat gelengan kepala dari Farel.
"Yaudah ayok kita pergi beli nasi kuning dulu!"
"Mama gak malu keluar pakai pakaian itu?" tanya Farel heran.
"Ngapain malu? Biarin aja dikata gembel. Mereka yang sok kaya belum tentu juga kaya. Yaudah ayo Mama gandeng!"
Farel menerima uluran tangan Ria. Sebenarnya malu juga digandeng Ria yang hanya memakai daster. Sudah pakai daster, sobek pula. Belum lagi rambut Ria yang acak-acakan dan amburadul. Hufttt kenapa tidak bersih sama sekali.
Ria mengurus Farel dengan sayang, membersihkan cara makan bocah itu yang belepotan. Ria memilih makan di tempat. Farel tampak sangat menggemaskan saat makan cemong-cemong.
"Ma, jangan beritahu Papa ya, kalau aku makan-nya cemong semua!" pinta Farel menatap Mamanya.
"Kenapa memangnya?"
"Papa marah kalau aku makan-nya cemong-cemong," adu Farel.
"Kalau boleh tau, kenapa Papa kamu sampai marah?"
"Katanya aku gak mandiri, Ma. Kata Papa, jadi cowok harus kuat, gak boleh lemah. Mulai dari hal kecil seperti makan, juga harus diperhatikan."
Ria menggeram emosi. Bisa-bisanya Farhan mendidik putranya yang masih kecil seperti ini. Lalu apa bedanya pria itu dengan Gerald? Awas saja kalau Ria sudah menjadi Mama sah Farel. Kalau Farhan macam-macam sama Farel, Ria tidak akan segan meninju Farel. Ria juga akan melindungi Farel dari sikap otoriter Farhan.
"Kamu kalau ada apa-apa, cerita sama Mama ya! Kalau Papa kamu jahatin kamu, bilang sama Mama. Mama hajar Papa kamu sampai babak belur," ucap Ria menahan emosinya.
"Jangan dihajar, Ma. Kalau Papa gak bisa kerja, aku juga gak dibeliin mainan."
"Ya deh ya deh, terserah kamu aja."
▪️▪️▪️▪️▪️
Ria membawa Farel ke rumahnya karena Farhan menelfon kalau pria itu mendapat tugas di luar kota. Untung di toko Ria ada kaos seukuran Farel, jadi Ria tidak perlu repot-repot mengambil baju ke rumah Farhan.
Ria menemani Farel bermain di rumahnya bersama juga ibu Ria. Ria memang terlahir dari keluarga sederhana. Ibu Ria pun, juga tidak masalah kalau anaknya menikah dengan duda. Yang penting orangnya baik.
"Ria, Farel udah ngantuk tuh," celetuk Ana, ibu Ria.
"Kamu bawa aja ke kamar!" tambah Deby, Ayah Ria.
"Yuk Farel, kamu harus tidur!" ucap Ria menarik Farel untuk dia gandeng.
"Ma, ini jam berapa?" tanya Farel mengucek matanya.
"Jam sembilan malam, Sayang."
"Papa pasti marah kalau tau aku belum tidur. Soalnya Papa nyuruhnya aku tidur jam delapan, Ma." Lagi-lagi Ria menggeram kesal. Banyak sekali aturan dari Dokter duda itu. Mendidik anak gini amat.
Setelah menidurkan Farel, Ria membuka hpnya. Sebenarnya ia masih terngiang-ngiang dengan ucapan Farhan. Agresif di malam pertama, Ria menggigit bibir bawahnya. Agresif yang seperti apa?
Ria membuka situs internet. Bertanya pada situs yang terkenal pintar, cara agresif di malam pertama. Ria ingin muntah saat melihat gambar yang muncul. Sebuah gif pendek juga terputar otomatis.
"Gue harus koleksi vidio dua puluh satu plus-plus nih. Biar waktu malam pertama, gue udah pro," ucap Ria dengan semangat.
Cklek!
Ria melempar hp nya saat tiba-tiba ada orang masuk. Ternyata Dokter duda yang tidak punya sopan santun.
"Kok Dokter bisa masuk kesini?" tanya Ria kaget.
"Aku mau ambil Farel," ucap Farhan yang sepertinya menahan kantuk. Farhan melirik hp Ria yang menyala terang. Ria yang sadar, langsung menyembunyikan hp nya.
"Wah wah wah. Ternyata udah gak sabar untuk agresif di ranjang ya!" ucap Farhan tersenyum miring.
"Awas kalau cuma gede omong, tapi prakteknya nol! Aku ketawain sampai tujuh turunan!" tambah Farhan lagi yang membuat Ria ingin menendang b****g pria itu sampai langit ke tujuh.