4. Pernikahan

986 Words
Hari pernikahan yang Ria tunggu-tunggu, akhirnya tiba. Bukannya senang, Ria malah takut, perempuan itu bahkan ingin menangis. Padahal, prosesi ijab qobul baru akan dimulai. Ria tampak anggun dengan balutan kebaya putih begitu juga Farhan tampak ganteng dengan jas dan kopyah putih. Farel yang tidak tau apa-apa, hanya pasrah saat dirinya didandani dan dipakein jas sama seperti Papanya. Farhan menatap Ria dari samping, wajah Ria sangat pias. Padahal, harusnya dia berjingkrak senang karena mau menikah. "Sudah bisa dimulai?" tanya penghulu. Farhan mengangguk mantap. Dia sudah pernah menikah jadi tidak se-grogi sebelumnya. Deby menjabat tangan Farhan. Ia yang akan menikahkan anaknya sendiri, "Saya nikahkan dan kawinkan engkau Farhan Ferdian dengan anak kami Riandiny binti Deby dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tiga juta enam ratus ribu rupiah dibayar tunai!" "Saya terima nikah dan kawinnya Riandiny binti Deby dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" "Sah!" Farhan bernapas lega akhirnya ijab qobul berjalan dengan lancar. Ia mencium kening istrinya sedangkan Ria mencium punggung tangannya. Farhan mengerutkan dahinya saat tangan Ria bergetar seperti orang collaps. "Kamu ngapain keder gini?" bisik Farhan tajam. Ria tidak menjawab gadis itu memilih melepas tangannya dari Farhan. Setelah acara Do'a, lanjut pada acara pesta. Mereka memilih melangsungkan acara biar capek-nya cuma sekali. "Mama, Mama cantik banget pake baju ini!" puji Farel membuat Ria tersenyum tipis. Saat ini, dia sudah berganti pakaian dengan gaun biasa. Menyalami para tamu undangan yang datang membawa ampau. "Eh buset gile, tuh orang songong ngapain datang?" gerutu Ria saat melihat Gerald dan anak istrinya datang ke pesta di rumahnya. Gerald menghampirinya dengan senyum sombongnya. "Ngapain lo datang? Mana bawa ketiga krucil lagi. Pasti ngabisin makanan," sewot Ria yang langsung dapat jitakan dari Farhan. "Bahasanya. Dia tamu, kamu yang sopan!" tegur Farhan. "Nih gue bawa ampau double. Isinya bisa buat beli tanah. Lo pikir gue miskin, noh!" Gerald menyerahkan ampau pada Ria. "Yaudah makasih. Sana-sana lo makan, ajak anak-anak lo! Sepet gue lihatnya," ucap Ria setelah melihat isi ampau yang sangat tebal. "Ria!" tegur Farhan lagi. "Mas Farhan, kamu yang sabar ya dapat istri macam kayak gini. Sukanya menistakan orang. Jangan lupa selingkuh ya, Mas! Biar kapok tuh wanita ulat," ucap Gerald. Ria menyisingkan gaunnya, bersiap menendang Gerald, tapi Farhan langsung menarik Ria untuk mundur. "Jangan bar-bar gitu. Malu-maluin tau gak, pengantin itu yang halus!" bisik Farhan dengan tajam. Gerald terbahak keras, ia makin gencar mengejek Ria. "Mas, udah kita temuin orang tua Ria dulu!" ajak Keyara menggandeng suaminya. "Gila, istrinya cantik, kalem, punya suami macam Gerald yang bobrok. Kasihan bener," ucap Ria menggelengkan kepalanya. "Harusnya kamu juga kasihan sama aku," celetuk Farhan yang membuat Ria langsung menoleh. "Kenapa?" "Aku ganteng, pinter, baik hati, kalem, tapi punya istri bobroknya gak ada tandingannya." "Kok kamu ikutan ngejek aku sih!" kesal Ria. "Farhan, Ria. Pengantin baru bukannya seneng-seneng, malah bertengkar," tegur Ana yang membuat Farhan dan Ria diam. "Mama, aku lapar!" ucap Farel mendekati Mamanya. Bocah itu membawa cake di piring kertas. "Yaudah sini, Mama suapin!" Ria mengajak Farel duduk di pangkuannya. "Ria, gak usah disuapin. Biar Farel makan sendiri!" ucap Farhan. "Biar aku suapin," jawab Ria. "Ria, dia harus mandiri!" "Aku Mamanya, aku yang akan memanjakannya," desis Ria tidak suka dengan pemikiran Farhan. "Nanti gedenya-" "Jangan mikir dia gede. Saat ini dia masih kecil." "Mama, aku makan sendiri aja!" ucap Farel yang tidak mau melihat orangtuanya bertengkar. "Kamu jangan dengerin Papa. Biar Mama suapin." Ria memotong cake yang ada di piring. Menyuapi anak barunya yang menunduk takut karena Papanya. "Bisa gak matanya gak usah melotot gitu? Mau aku colok?" ancam Ria menatap sinis Farhan. Farhan menyenderkan punggungnya ke kursi. Belum ada sehari menikah, tapi Ria sudah mengajaknya ribut. Percuma dia susah payah didik Farel kalau ibunya macam Ria. Ria yang cerewet sangat pintar mencairkan suasana. Sekarang Farel juga tampak nyaman dia suapi. Farel terus berceloteh ria. Menceritakan apapun yang membuatnya senang. Setelah pesta usai, Farhan langsung memboyong Ria ke rumahnya. Sebenarnya Ria ingin tinggal di rumah orangtuanya, tapi Farhan ngotot untuk ke rumah pria itu. Ria hanya malas bertetangga dengan Gerald. Di keluarga Gerald hanya Keyara dan Tirex yang Ria sukai, lainnya tidak. Farel sudah tidur pulas karena kecapekan. Sedangkan Ria yang baru mandi memilih tiduran di sofa. Ria membuntal tangannya dengan kaos ombor-nya. Tangan-nya bergetar karena grogi. Sedangkan Farhan masih mandi. "Apa yang harus gue lakuin? Gue belum belajar agresif lebih dalam. Kalau kurang Pro gimana?" Ria terus membatin gelisah. "Ria, kenapa tidur disitu? Masuk kamar!" titah Farhan. Ria berjalan pelan menuju kamar dengan perasaan takut. "Aku pindahin Farel dulu ke kamar sebelah," tambah pria itu. "Kenapa dipindahin? Biar disini aja," ucap Ria cepat. Farhan menatapnya tajam. "Kamu mau kalau ditengah permainan kita, Farel terbangun. Terus memergoki kita yang sedang bertempur?" tanya Farhan tajam. "Kan aku cuma nanya. Kenapa marah gitu. Yaudah pindahin!" Ria bingung sendiri kenapa Farhan jadi lebih mudah marah. Belum lagi, kenapa dirinya yang jadi takut dengan pria itu. Ria berjingkat kaget saat Farhan membuka pintu tiba-tiba. Pria itu juga menguncinya. "Kenapa dikunci?" tanya Ria gagu. "Kenapa kamu jadi ciut gini? Buktikan omonganmu yang gede itu. Tunjukkan padaku kalau kamu bisa agresif!" titah Farhan tersenyum seetan. "A ... a ...." Ria gagu. "Atau jangan-jangan kamu gak bisa!" "Bisa kok," sangkal Ria cepat. "Yaudah buktikan!" titah Farhan keras yang membuat Ria berjingkat. Ria menggigit bibirnya. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Sedangkan Farhan menunggu dengan menaikkan sebelah alisnya. Sungguh sok keren. "Makanya kalau gak bisa apa-apa jangan sok keren, sini tidur. Aku gak akan menyakiti kamu!" ucap Farhan menindih tubuh istrinya. "Ta ... tapi-" "Masih gadis sok udah pengalaman, dasar payah!" maki Farhan. Ria yang memang tidak tau apa-apa pun hanya pasrah dengan apa yang dilakukan suaminya. Ria tidak menolak, toh itu kewajibannya sebagai seorang istri untuk melayani suami. Hanya saja perkataan suaminya membuat harga dirinya tersentil. Seusai melakukan ritual malam pertama, tangan Farhan mengambil sesuatu dari laci nakas. Farhan memasukkan pil ke bibirnya sebelum menyatukannya pada bibir Ria. Ria tersedak saat merasakan ada sesuatu yang masuk di mulutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD