bc

GARKA 2

book_age12+
628
FOLLOW
5.7K
READ
boss
student
gangster
drama
tragedy
sweet
humorous
genius
icy
male lead
like
intro-logo
Blurb

Kisah dua insan yang disatukan harapan namun terpisahkan oleh takdir.

Kisah seorang laki-laki dengan sejuta permasalahan dalam hidup nya. Warna kelam yang selalu menghiasinya juga aura hitam yang mengguar disekeliling nya.

Semenjak sebuah insiden naas yang menimpa hidup nya itu. Semuanya telah berubah tanpa ia sadari.

Kehidupannya, takdirnya, dan juga kisah cintanya.

Akankah semuanya kembali normal? Bersatu lalu bersama dalam satu kasih sayang bersama gadis yang ia cintai.

chap-preview
Free preview
Kembalinya Sang Pemimpin
Satu tahun kemudian. Jakarta, Indonesia. 18.00 PM "Keyra." Seorang gadis berambut sebahu menoleh saat suara lembut itu terdengar mengalun memanggil dengan penuh kasih sayang. Dirinya tengah berada di balkon sambil menatap langit sore hari yang sedikit mendung. Namun, sinar matahari yang perlahan tenggelam itu masih tampak terlihat keindahannya walau ditutupi oleh awan gelap. Jika di ibaratkan, matahari itu layaknya dirinya sekarang. Ia masih berusaha bersinar walaupun perasaan buruk sedang mengelilinya. "Ada Anin dibawah." Keyra bergeming. Ia mengalihkan tatapannya lalu menggeleng. Menganggap ucapan itu hanya lah angin lalu. Tidak ada minat dalam wajahnya, dia seakan tenggelam dalam pusara yang dibuat dari keterpurukan. Semua semangat hidupnya perlahan pudar dan menghilang bersama dengan harapan yang kian menipis. Hari-hari yang terlewati seakan berat dan penuh perjuangan. Dirinya tidak bisa lagi merasakan kebahagian bersama sosok orang yang dicintainya. Baru kemarin mereka disatukan, namun kini sudah berpisah kembali. Bahkan dalam waktu lama yang tidak mudah untuk di lalui. Angan-angan dan memori kebersamaan itu terputar bagai kaset di kepala Keyra. Menyadarkan dia bahwa semua hal indah itu pernah nyata dan terjadi. Kewarasannya hampir hilang mengingat kini dia tidak merasakan kebahagiaan hangat itu sudah dari satu tahu lebih lalu. Chika—Ibunda dari Keyra itu menghela nafas lelah. Tatapan matanya sendu menyiratkan bahwa ia tengah terluka. Perasaan seorang Ibu yang melihat anaknya menyendiri dalam gelap, sangat sakit dan khawatir. Buah hatinya tengah rapuh dan sedihnya ia tidak bisa berbuat apa-apa. Segala cara sudah dilakukan, namun mengingat sifat keras kepala gadis itu tak bisa diluluhkan dengan apapun. Hanya orang itu yang bisa. Kacaunya, Chika sendiri pun bingung akan isi hati Keyra yang tak menentu. "Mau sampai kapan kamu kayak gini, Key? Udah satu tahun kamu terus menutup diri." Keyra menunduk. Ia mencengkram erat pagar pembatas balkon, mati-matian juga Keyra menahan air mata yang selalu keluar satu tahun belakangan ini. Dia tak ada satu jengkal pun beranjak dari tempat itu. Bahkan sampai cahaya terakhir bersinar, Keyra masih setia menatap langit seakan tengah menunggu keajaiban datang dari atas sana. Jangankan keajaiban, ia hanya ingin harapan kecilnya terkabul. Doanya selama satu tahun kepada Sang Pencipta. Kembalikan apa yang pernah ia miliki dan jangan ambil itu secepat mungkin. Jika memang tidak bisa, apapun itu baik kabar atau kondisi terkini, Keyra hanya ingin tahu keberadaan kekasih hatinya. "Key—" "Sampai Garka kembali." Chika terkejut, nafasnya tercekat. "Keyra..." "Biarkan Key tenangin diri dulu, Bun." ucap Keyra sembari memejamkan matanya. Mendongak menolak air mata untuk keluar lagi. Ia tidak ingin mendengar kata-kata yang bisa memperkeruh keadaan. Ia hanya ingin berpegang teguh pada harapannya. Walau itu hanya setetes tinta, dia tidak akan menyerah. Keyra yakin jika Garka disana pun tengah berjuang untuk bertahan hidup. "Setidaknya jangan menutup diri untuk keluarga kamu, Key. Bunda, Ayah, Abang, bahkan sahabat-sahabat kamu. Kita khawatir." Keyra menghela nafas. Ia tidak menjawab apapun. Keyra sudah lelah menangis dan berduka. Air matanya seperti habis tak terisa karena setiap saat ia selalu menangisi kekasihnya. Setelah ia pulih dari luka-luka akibat insiden tragis dulu, Keyra mendapat kabar dari Dera jika Garka mengalami kecelakaan pesawat. Dera tahu dari Dylan Adamo—Laki-laki yang menjadi penanggung jawab pembelajaran Garka selama di Amerika. Laki-laki itu bilang jika pesawat yang Garka tumpangi mengalami kecelakaan di tengah perjalanan menuju pulang ke Indonesia akbiat cuaca buruk. Kecelakaan itu tepat dihari yang sama pada saat Hera meninggal kala itu. Dera syok? Tentu saja. Begitupun dengan sahabat-sahabat dan kerabat dekat Garka yang lain. Mereka tak percaya jika kejadian naas itu akan menimpa Garka apalagi di hari kematian Hera. Seakan takdir dengan begitu kejam menempatkan hari itu sebagai hari duka bagi semua orang yang bersangkutan. Mengingatkan luka dan kenangan yang akan sangat susah dilupakan. Mereka bahkan tidak tahu jika Garka akan pulang pada saat hari itu. Semuanya terjadi secara tiba-tiba. Inilah yang disebut takdir. Kita tidak bisa memprediksi kapan akan datang, kita tidak bisa mencegahnya apalagi menghindarinya. Semuanya berjalan atas kehendak Yang Maha Kuasa. Semenjak kejadian hari itu, Semua sahabat-sahabat Garka beserta anggota geng Zeus berkumpul dan memanjatkan doa bersama. Bendera Lambang Zeus dan juga bandana milik Garka di tempatkan di Markas besar mereka dengan hormat. Semua anggota berduka atas kabar pahit yang terjadi pada Ketua mereka. Semua sedih dan merasa kehilangan. Sosok tangguh dan pemberani yang mereka kenal entah dimana keberadaan dan bagaimana kabarnya disana. Segala kemungkinan baik tersuguh, menyingkirkan segala kemungkinan buruk yang jauh lebih besar bisa terjadi. Bagaimana dengan Keyra? Gadis itu sangat syok dan marah. Kenapa marah? Ia lah yang paling akhir diberitahu. Ia diberitahu kabar menyakitkan ini setelah satu bulan keluar dari rumah sakit. Pemberitaan heboh di mana-mana tak ada satupun yang berusaha untuk bilang pada Keyra. Dera pun terpaksa karena kasihan padanya. Bukan tanpa alasan, Keyra tidak diberitahu karena gadis itu tengah dalam masa pemulihan. Tentu kalian ingat jika Keyra telah mengalami kecelakaan dan menyebab kan gadis itu terluka parah. Akan sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental gadis ini jika pada detik itu diberitahu akan kabar duka kekasih tercintanya ini. Dengan alasan demi kebaikan Keyra, semuanya sepakat mengundur pemberitahuan pahit tersebut kepada gadis ini. Berharap kabar ini hanyalah sebuah kabar palsu. Tapi nyatanya, semuanya adalah nyata. Disitulah semuanya mulai berubah. Zeus semakin lama semakin kehilangan banyak anggota. Sementara waktu geng itu di pimpin oleh Aiden, tangan kanan Garka dalam segala hal. Persahabatan erat mereka mulai hampa, beberapa kali mereka mencoba untuk bangkit. Namun tetap saja bayangan Garka selalu hadir di benak mereka. Yang paling banyak berubah adalah Keyra sendiri. Gadis itu mulai menutup diri setelah tahu kabar duka dari Garka. Semangatnya memudar seiring waktu. Gadis periang dan juga cantik itu kini meredup. Bintang yang selalu Garka jaga sinarnya kini perlahan hilang cahayanya. Meski begitu, harapan selalu ada dalam diri Keyra. Beberapa orang terdekat Garka percaya jika Garka masih hidup. Berita burung dan juga kabar tak jelas memang selalu mematahkan harapan mereka. Selama satu tahun ini Garka dikabarkan hilang dan belum ditemukan, kemungkinan besar Garka hidup sangat kecil karena kecelakaan pesawat itu sangat dasyat ledakannya. Pesawat tersebut jatuh di samudra Atlantik dan tim evakuasi sangat kesusahan mencari para korban. Belum ada konfirmasi tentang penumpang yang selamat. Semuanya dinyatakan tewas dalam peristiwa mengerikan itu. Puing-puing pesawat mulai ditemukan dan jasad para korban yang meninggal mengapung bebas di lautan. Kebanyakan dari jasad itu sudah tidak bisa teridentifikasi. Para korban tersebut disemayamkan secara massal di sebuah tanah lapang. Seluruh dunia berduka atas kecelakaan pesawat ini. Apalagi saat banyak spekulasi dari para ahli yang mengatakan tidak akan ada yang bisa selamat dari kecelakaan tersebut. Namun tekad dan harapan kuat dari Keyra dan sahabat-sahabat Garka mengalahkan semua berita buruk itu. Firasat kuat mereka menyatakan, jika sang Raja akan kembali menempati posisinya. * Di sebuah tempat dipusat kota. Empat orang laki-laki remaja tengah berkumpul, di depan mereka masing-masing terdapat laptop yang menampilkan sebuah aplikasi gambar. Tangan mereka juga masing-masing memegang sebuah mouse pen atau alat seperti pulpen yang gunanya untuk menggambar di media elektronik khusus. satu per satu dari mereka saling menilai hasil design baju untuk trend tahun ini. Meskipun sedikit kewalahan, mereka semua tetap fokus dan saling membantu bertukar pikiran. "Model baju ini tahun lalu udah pernah bikin. Masa kita bikin lagi," ucap seorang laki-laki dengan decker hitam melingkar di pergelangan tangannya. "Aldi bener. Permintaan konsumen juga semakin menurun sekarang. Bikin gue bingung mau design nya gimana lagi. Karena semakin kesini trend baju-baju makin aneh-aneh aja ." Damian—laki-laki yang tengah memijat keningnya itu menghela nafas. Ucapan Aldino dan Abilo benar semua, Distro semakin kesini semakin sepi konsumen. Apalagi setelah mereka sempat tutup beberapa minggu. Pikiran mereka semua terlalu penuh dengan masalah berat tentang Ketua mereka dan Geng nya. Hanya untuk sekedar menggambar pun sulit rasanya. Saking putus asanya, mereka hampir mau menutup Distro Zeus untuk selama-lamanya. Tapi mereka ingat akan perjuangan membangun tempat ini yang sangat tidak mudah. Garka mengerahkan seluruh tenaga dan hartanya untuk membangkitkan Distro, terutama geng Zeus itu sendiri. Kini sudah saatnya mereka yang tersisa mendedikasikan waktunya untuk mempertahankan semuanya. Apapun yang terjadi. "Kita tanya Gark—" Ucapan Damian terpotong dengan sendirinya. Lidahnya membeku dan kelu, bersamaan dengan itu wajah Damian memucat. Damian menatap wajah sahabat-sahabat nya yang menyiratkan luka lalu kembali memijat keningnya. "S-Sorry.. Gue..." "It's okay." ucap Ilo cepat sambil tersenyum. Dami menghembuskan nafas frustasi. Dia malah keceplosan bilang begitu. Bukan maksud Dami untuk membuat suasana menjadi menyedihkan. Tapi, sudah satu tahun semenjak sang Ketua hilang ia selalu saja mengingat Garka. Biasanya Ketua mereka itu akan membantu disaat mereka kehabisan ide seperti ini. Namun kini? Damian hanya bisa tersenyum miris. Ternyata ia cuman bukan kehilangan sosok Ketua, tapi juga sosok keluarga, sosok penyemangat dan juga sosok pemimpin. Seakan masih tidak percaya dan enggan menerima kenyataan pahit ini. Mereka semua masih bisa merasakan harapan orang-orang yang ingin Garka kembali. "Gue tau." Aldi, Damian, dan Ilo menatap Aiden yang sedari tadi bungkam. "Gue tau kalian pengen Garka kembali. Karena gue juga," Aiden menyimpan mouse pen-nya lalu menyugar rambutnya kebelakang. "Gue sadar, Jadi pemimpin Zeus bukan hal yang mudah. Gue lihat selama ini Garka ngelakuin tugas itu keliatannya gampang banget. Padahal dia nanggung beban yang berat." Ketiga laki-laki berbeda nama itu terkejut saat Aiden berbicara panjang lebar. Setelah kehilangan Sang Ketua, setiap mereka berkumpul pasti berakhir dengan sedih dan mellow seperti ini. Dan lagi Aiden semakin banyak bicara, sifatnya sedikit lebih terbuka sekarang. Dia benar-benar memerankan sosok Garka dengan baik. Tak bisa ditampik jika Aiden sedang berusaha mempertahankan Zeus demi Garka. Dia adalah orang dengan tekad dan rasa percaya sangat tinggi. Tidak menutup kemungkinan jika Aiden juga berharap sosok Garka untuk segera kembali ke sisi nya. Karena mereka membutuhkan Garka. "Tapi kita gak boleh patah semangat. Waktu liburan kita tinggal satu minggu lagi. Kita gunain waktu itu untuk bangkit," ucap Aiden, suaranya sedikit serak. "Aldi, Ilo, Dami. Kita harus tunjukin kalau kita kuat ke anggota lain! Anggota Zeus emang semakin berkurang, tapi kita tetap satu!" Aldi mengangguk. Ia mengambil bandana di saku celananya lalu memakaikannya di kening. "Kita satu!" Dami dan Ilo mengikuti hal yang sama seperti Aldi. "Loyalitas selalu diatas!" * New York City, US 06.20 AM "Dad, Divisi IT kita memerlukan dana yang lebih besar. Proyek yang perusahaan ini bangun sedikit lagi akan selesai. Dan juga ada pemindahan jam kerja pada beberapa anak buah ku, aku hanya perlu tanda tangan mu untuk menyetujuinya." Seorang laki-laki dewasa menatap seorang perempuan yang baru memasuki ruangannya. Ia memijat pelipisnya lalu menghela nafas panjang. Menyenderkan tubuhnya sebentar pada kursi kerja, melepaskan sejenak beban berat yang ditanggung nya belakangan ini. "Aku tahu. Biarkan aku beristirahat terlebih dahulu. Aku lelah." Perempuan itu terkejut, ia menghampiri laki-laki yang ia sebut 'Dad' itu. Memeriksa keadaan dan suhu tubuhnya dengan seksama. "Kau pucat sekali, Dad. Apa kau sakit?" Laki-laki itu menggeleng. "Hanya lelah, sweetheart." "Benar kau tidak apa-apa?" "Angel. Daddy baik-baik saja, oke." Perempuan yang disebut Angel itu menghela nafas lalu mengangguk. "Jangan terlalu memforsir tubuh mu, Dad. Semenjak kejadian itu kau selalu memaksakan diri," ucapnya seraya melipat kedua tangannya didepan d**a. Dylan Adamo. Dia adalah Ayah dari Angel sekaligus CEO baru di Argeswara Enterprise. Dia diangkat menjadi CEO sejak satu tahun lalu. Kosongnya posisi ini mau tak mau harus segera di isi. Dan Dylan lan yang sangat cocok mengisinya. Loyalitas dan juga performa nya dalam bekerja membuat nya berhak mendapatkan posisi itu. Apalagi sang pemilik perusahaan lah yang menunjuk nya langsung tanpa ada keraguan sedikit pun. Padahal perusahaan ini adalah perusahaan raksasa yang tidak sembarang orang bisa mengelolanya. Butuh orang dengan tanggung jawab sangat besar yang pantas berada di posisi atas di perusahaan ini. "Kau tahu, kan." Dylan bangkit dari kursi kerjanya lalu berjalan ke arah jendela berkaca besar yang menampakan pusat kota dari atas sana. Meskipun masih pagi, jalanan terlihat padat dari atas sini. gedung-gedung disekitar nampak sama indahnya saat tersorot cahaya matahari. Kaca-kaca berkilauan layaknya kristal di tengah kota. "Aku ingin menebus kesalahanku." Angel menundukkan wajahnya. Wajah terluka terlihat disana. "Aku... mengerti." "Aku selalu dibayang-bayangi ketakutan. Wajah terluka dia membuat daddy terus menerus di hantui rasa bersalah." terdengar nada sedih yang tersirat didalamnya. Orang buta pun akan bisa ikut merasakan kesedihan itu saat mendengar ucapan Dylan. Angel berusaha untuk tidak menangis. "Dia... sedang tenang dalam tidur panjang nya, Dad." Dylan terkekeh namun terdengar sumbang. "Tak kusangka akan seperti ini akhirnya." "Jangan terus menerus merasa bersalah, Daddy. Ini bukan salah mu." Angel menghampiri Dylan lalu memeluk Ayah nya itu dari belakang. "Garka akan sedih jika tahu kau tersiksa." * "Dokter, detak jantung pasien semakin melemah." Laki-laki paruh baya dengan tubuh dibalut jas dokter itu mencoba memeriksa seluruh organ vital pasien yang ditangani nya. Dengan rinci dan seksama sang Dokter memberikan perawatan terbaik agar pasien tetap bisa bertahan hidup. "Bradycardia Pacing." ucap sang dokter. Perlu diketahui, Bradycardia Pacing adalah keadaan dimana detak jantung seseorang berdetak terlalu lambat dari normalnya. Bila orang normal berdetak seirama dan bertempo, pasien dengan kondisi ini akan berdetak sangat lambat bahkan nyaris tidak berdetak. Dengan cekatan dan sangat ahli, sang dokter mencoba untuk menyelamatkan nyawa sang pasien agar tak kehilangan denyut nadinya lagi. "Kita gunakan defibrilator. Siapkan alat-alat nya." "Baik, Dok." Dokter tersebut memeriksa kembali saluran pernafasan pasien bila memungkinkan terjadi penyumbatan. Setelah alat siap, ia menggosokkan kedua alat yang biasa disebut lead itu dan menempelkannya pada d**a pasien tepat di bawah tulang selangka. Beberapa kali percobaan dan hasilnya tetap sama. Tak ada perubahan. "Detak jantung terus melemah." ucap suster membuat Dokter tersebut sedikit kewalahan. Dicobanya lagi, ditempelkan kedua lead itu ke d**a sang pasien hingga tubuhnya terguncang. "Ayolah, Nak! Berjuanglah!" ucap sang dokter sembari terus melakukan upaya terbaiknya. Percobaan terakhir, Berbagai macam harapan dan doa sudah diberikan sang dokter untuk pasiennya. Ia berharap percobaan terakhir ini akan membuahkan hasil. "Ayolah!!" geram sang dokter sambil menempelkan kembali lead itu ke d**a pasien. Dan hasilnya... "Denyut nadi membaik, Dok." "Detak jantung kembali stabil." Sang Dokter terengah-engah. Keringat membasahi keningnya yang langsung diseka oleh suster. Perjuangannya selama satu tahun lebih menyelamatkan nyawa pasiennya ini membuahkan hasil. Pasien yang telah koma satu tahun ini selalu menunjukkan perkembangan yang buruk. Ini adalah kali kedua pasien hampir kehilangan denyut nadi dan juga detak jantungnya. Dari awal dokter sudah menyatakan jika kemungkinan hidup pasien hanya 1% dan mendekati tidak mungkin. Apalagi saat melihat luka yang begitu parah, ia sendiri ngeri melihatnya. Tapi, 1% tetaplah sebuah kemungkinan. Dengan banyaknya harapan yang terucap dan doa agar pasien cepat pulih, akhirnya 1% itu bisa terwujud. Beruntung sekali, akhirnya perjuangan itu berakhir indah. Sepertinya ada sebuah motivasi dalam diri pasien yang menginginkan kesembuhan. Karena pada dasarnya, semangat pasien itu sendirilah yang menyembuhkannya. "Ada pergerakan dari pasien, Dok." ucap suster saat melihat mata yang sudah lama tertutup itu kini bergerak perlahan. "Perjuangan kita tak sia-sia." ucap Dokter sambil tersenyum dibalik maskernya. Padahal keluarga dari pasien ini sendiri hampir menyerah. Mereka tidak tega jika melihat kemungkinan pasien untuk bertahan hidup yang sangat sedikit. Ada niat kecil dari mereka untuk merelakan dan melepaskan pasien ini, namun sekali lagi, keajaiban pasti datang pada mereka yang mau bersabar dan berjuang. "Hubungi keluarganya. Pasien akan segera sadar." lanjut sang dokter yang di angguki seorang suster.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook