5. Masa Lalu - Gadfly 2

1031 Words
Ceyda menatap jauh keluar dinding kaca, rumah keluarga Lutolf malam itu terasa sepi bagi Ceyda, dari tempat Ceyda berdiri, wanita itu bisa melihat aktifitas di gerbang rumah keluarga Lutolf. Sudah lebih dari dua jam Ceyda berada di kediaman itu, namun pria yang menjadi tujuannya untuk melanjutkan study di negara itu belum juga menampakan batang hidungnya, saat mereka akan memulai makan malam Hanin memang mengatakan bahwa Aldrik akan pulang terlambat, tetapi ini bukan hanya sekedar terlambat, pria itu sepertinya tidak akan pulang selama Ceyda masih berada di rumah itu. Ceyda berkali-kali menghembuskan nafas dengan kasar, rasa rindu pada pria yang tidak pernah menganggap dia ada itu masih belum terobati atau mungkin tidak akan pernah, Ceyda pernah sempat untuk menyerah terhadap perasaan yang hanya bertepuk sebelah tangan, namun sisi hatinya yang lain mengatakan masih terlalu dini untuk menyerah, Ceyda masih memiliki banyak waktu untuk membuat Aldrik membuka celah hatinya, wanita delapan belas tahun itu akan memperjuangkan cintanya sampai Aldrik sendiri menyerah dengan pendiriannya atau sampai Ceyda sendirilah yang menyerah karena gunung es di hati pria itu tidak juga mencair. "Mbak Ceyda lagi ngelamunin apa ?" Ceyda tersentak karena tiba-tiba saja lengkengin suara Ola terasa nyaring di telinganya. "Ola, bikin kaget aja." Ceyda mengusap dadanya, Ola tersenyum lebar menampakan gigi putihnya. "Habisnya Mbak Ceyda dari tadi dipanggil tante Rahayu ngak nyahut, ayo lagi ngelamunin siapa sih ?" Ola menaik turunkan alisnya menggoda Ceyda, Ceyda hanya menyengir lalu mencubit hidung Ola. "Mbak Ceyda lagi ngelamunin pacarnya yang di tinggal di Indonesia yah ?" Bisik Ola, Ceyda malah tertawa menanggapinya. "Mmm.....ngelamunin calon pacar tepatnya." Bisik Ceyda. "Jadi masih dalam tahap pendekatan ?" Ola terlihat antusias, Ceyda menganggukan kepalanya. "Ola juga lagi dalam tahap pendekatan." bisik Ola lagi. "Oh ya, rupanya anak kecil ini sudah mengenal cinta." Ceyda mencubit gemes pipi Ola. "Kita cuma beda dua tahun Mbak." Sungut Ola sambil mengusap pipinya yang di cubit Ceyda. "Akhirnya, Pangeran pulang juga." Ucap Ola dengan wajah sedikit kesal melihat ke arah pintu masuk, Ceyda lalu mengalihkan pandangannya ke arah tatapan Ola, di sana Aldrik telah berdiri dan tersenyum hangat pada Ola yang tampak cemberut, Ceyda terpana melihat tatapan lembut dan senyum hangat Aldrik untuk Ola, Ceyda bisa menghitung dengan jari berapa kali dia melihat senyum hangat pria itu. Aldrik lalu berjalan menghampiri Ola lalu mengelus lembut kepala adik kesayangannya itu. "Maaf Princess." Aldrik lalu mengulurkan coklat kesukaan Ola, dan wajah jutek Ola berubah seketika, memang semudah itu bagi Aldrik untuk merobah mood adiaknya itu. "Ok, masalah dengan Ola selesai, tapi tidak dengan Baginda Ratu." Ola tersenyum smirk pada Aldrik, Aldrik lalu mencubit hidung Ola lalu pergi, pergi tanpa menoleh sedikitpun pada Ceyda, wajah Ceyda terlihat pias menatap punggung Aldrik yang menghilang di balik tembok pembatas ruangan, Ola lalu mengapit lengan Ceyda dan mengiringnya kembali ke ruang tengah tempat orang tua mereka berkumpul, dan di sana Aldrik telah duduk di sebelah Jebran, Ceyda lalu duduk di sebelah mamanya begitu pun Ola juga duduk di sebelah maminya. "Terimakasih Ald, kamu sudah mau meluangkan waktu untuk menemani Ceyda mengenali kampus kalian, maaf yah kami jadi merepotkan kamu." Jebran menepuk-nepuk pundak Aldrik. "Tidak masalah Om, Aldrik juga ada kelas, jadi sekalian ke kampus." Balas Aldrik, Ceyda hanya memperhatikan pria yang duduk di samping papanya itu. "Abang jagain mbak Ceyda yah, nanti ada yang ganggu, mbak Ceyda kan cantik." Ucap Ola. "Jangan sampai kecantol bule di sini Mbak, ingat pacarnya di tanah air." Ola mrngedipkan sebelah matanya pada Ceyda. "Ceyda sudah punya pacar ?" Pertanyaan Hanin membuat wajah Ceyda merah, gadis itu menggelengkan kepalanya, lalu melirik pada Aldrik yang sedang menatap datar padanya. "Ceyda belum punya pacar Tante, iya kan Ma." Ceyda meminta pembelaan pada Rahayu, ibunya itu tersenyum simpul. "Ceyda belum punya kekasih Han, kami belum mengizinkan gadis kecil kami ini untuk pacaran." Ucapan Rahayu "Kami sudah memiliki calon untuk Ceyda." Sambung Rahayu seakan memberi penakanan agar tidak ada yang boleh mendekati anak gadisnya itu. "Jadi Mbak Ceyda sudah di jodohkan. Wah keren." Ola merasa takjub menatap Ceyda yang sedang meringis. "Ma." Ucap Ceyda, Rahayu hanya tersenyum mengusap rambut putrinya itu. "Altherr pulangnya kapan Han ? Sudah lama kami tidak melihat putra tampanmu itu." Tanya Rahayu. "Altherr terlalu sibuk Yu, selain kuliah dia juga sedang merintis usahanya sendiri, aku harus mengancam dia dulu baru anak itu akan pulang." Jawab Hanin. "Aku salut dengan Altherr, kemampuannya sangat matang dalam usia yang semuda itu." Jebran memuji Altherr. "Kalau sudah ngobrol seperti ini tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, kita balik sekarang Yu, Ceyda masih butuh istirahat." Ajak Jebran kepada istrinya. "Kalian menginap di sini saja, kasihan Ceyda masih belum sehat." Hanin kembali menawarkan mereka untuk menginap. "Kami sebenarnya sangat ingin menginap di sini, tapi besok keluarga mas Jebran dari Turki mau datang kesini Han." Ucap Rahayu. "Tapi janji yah, sebelum balik ke Indonesia kalian menginap di sini." Rahayu tersenyum dan mengangguk, Rahayu adalah sahabat Hanin sewaktu kuliah, Hanin berasal dari Bandung dan Rahayu dari Surabaya mereka berdua bertemu di Jogja di kampus yang menyatukan hubungan mereka sampai sekarang, dan kebetulan Adam Lutolf dan Jebaran Hakeem memiliki hubungan bisnis, jadi komunikasi mereka tetap lancar walaupun berbeda benua. "Tante, Ceyda nompang ke toilet yah." Ucap Ceyda saat mereka sedang berada di halaman rumah hendak naik mobil. "Silahkan, Ceyda masih ingatkan toiletnya di mana ?" Tanya Hanin "Masih tante." Lalu Ceyda kembali masuk ke dalam rumah, saat keluar dari toilet Ceyda melihat Aldrik yang sedang berdiri di balkon samping, Ceyda memandangi punggung pria itu sambil menimbang keinginannya untuk menghampiri Aldrik sekedar untuk menyapa atau langsung pergi saja, namun selalu rasa cinta Ceyda mengalahkan semuanya, gadis itu berjalan menghampiri Aldrik. "Terimakasih kak, tadi sudah meminjamkan aku jeket, kalau tidak mungkin aku sudah membeku." Ceyda menggigit bibirnya karena Aldrik sama sekali tidak menoleh padanya. "Tapi aku tadi lupa membawa jeket kak Aldrik, mmm....besok aku antar ke kampus kakak yah." Aldrik menoleh pada Ceyda, wajah gadis yang terlihat pucat itu gelagapan. "Ee....ka...kalau begitu Ceyda antar ke apartemen kak Aldrik saja." Ceyda merasa gugup di tatap seperti itu, tatapan datar namun masih saja membuat jantung Ceyda berdebar. "Tidak perlu, kamu buang saja." Aldrik lalu pergi meninggalkan Ceyda begitu saja, Ceyda memutar tubuhnya ke arah Aldrik yang pergi meninggalkannya, gadis itu menghembuskan nafas dengan kasar. "Aku belum ingin menyerah kak." Bisik Ceyda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD