7. Masa Lalu - Shameless Women 1 ?

1223 Words
Aldrik terdiam duduk di meja pantri sambil memandangi kotak yang berisi makanan, dari kotak itu saja Aldrik sudah tahu bahwa makanan itu dari maminya, pria itu menyugar kasar rambutnya menyesali apa yang telah dilakukannya pada Ceyda, Aldrik berkali-kali mengumpati dirinya sendiri karena seharusnya dia mendengar dulu penjelasan Ceyda bukan merendahkan dia seperti tadi. Aldrik menghela nafas lalu beranjak ke kamar untuk mengisi daya ponselnya yang habis dari semalam, semalam sesudah Zoe pergi dari apartemen Aldrik, pria itu juga pargi keluar menghabiskan malamnya di club malam, ucapan Ceyda semalan mengusik pikirannya, gadis itu hanya akan berhenti jika Aldrik sudah menikah, hal yang tidak ada dalam rancangan masa depan pria itu, karena itu Aldrik memutuskan untuk keluar malam itu. Aldrik menyalakan ponselnya, ada puluhan notifikasi panggilan masuk dari mami dan papinya dan beberapa pesan, Aldrik membuka pesan yang dikirimkan maminya, wajah Aldrik seketika berubah panik, pria itu langsung menghubungi ponsel Hanin, namun sudah tidak aktif, Aldrik lalu menghubungi Ola, tetapi adiknya itu tidak menjawab panggilan telphone dari Aldrik, pria itu semakin resah, lalu Aldrik berjalan mendekati jendela, menatap aktifitas kota Zurich dari jendela apartemennya, Aldrik mencoba menghubungi Altherr, abang tertuanya untuk menanyai kabar Ola. "Assalammualaikum, Abang tahu bagaimana keadaan Ola ?" Tanya Aldrik saat Altherr menjawab telphonenya. "Dia hanya salah makan, makanya pencernaannya terganggu, tapi sekarang Ola sudah baik-baik saja." Aldrik menghembuskan nafas lega "Aku sudah mentransfer uang ke rekeningmu, belilah apa yang kamu inginkan untuk kado ulang tahunmu, jika kurang nanti aku transfer lagi." Aldrik berdecak tidak suka. "Aku sudah besar bang, tidak perlu kado di hari ulang tahunku." Ucap Aldrik. "Bagiku kamu tetap adik kecilku !" Lalu Altherr menutup sambungan telphon begitu saja. Aldrik memijit pangkal hidungnya, kepala pria itu mulai berdenyut karena dari semalam belum memejamkan mata sedetikpun. Aldrik merebahkan tubuhnya di kasur, lalu memejamkan mata, namun sudah hampir satu jam mata yang lelah itu masih enggan untuk di istirahatkan, Aldrik membuka matanya menatap langit-langit kamar, selama satu jam itu hanya Ceyda yang melintas di pikirannya, ucapan Ceyda semalam dan mata basah gadis itu karena perbuatan Aldrik tadi, Aldrik lalu duduk dan kedua tangannya yang bertumpu pada kedua pahanya meremas kepalanya yang semakin berdenyut dan hal itu di perparah oleh bayangan Ceyda yang sedang menangis. "Berhentilah Shahinaz, jangan membuatku bertindak terlalu jauh untuk membuatmu berhenti." Desah Aldrik. * * * Ceyda menatap bingkisan yang sudah dia siapkan beberapa hari yang lalu, bingkisan yang ingin dia berikan pada saat wisuda Aldrik, namun saat ini bingkisan itu masih berada di atas meja belajar Ceyda, gadis juga tidak hadir di acara wisuda itu walaupun dia sangat ingin, selain Aldrik tidak mengundangnya untuk hadir, peristiwa di apartemen satu bulan yang lalu itu masih melukai hati Ceyda, walaupun Ceyda mencintai Aldrik, namun perlakuan Aldrik padanya tetap saja melukai harga dirinya, Aldrik memperlakukan Ceyda seperti bukan wanita baik-baik. "Mungkin aku terlalu berlebihan menunjukan perasaan aku padamu Kak, tapi bukan berarti aku perempuan murahan." Desah Ceyda dengan nada pilu, Ceyda lalu beranjak dari duduknya dan mengambil bingkisan untuk Aldrik. "Aku sudah meniatkan ini untukmu, dan aku pasti akan memberikannya." Ucap Ceyda, gadis itu mengambil tas selempang dan menyimpan ponselnya di sana, Ceyda akan ke apartemen Aldrik dan seperti biasa, gadis itu akan meletakan bingkisan itu di pintu apartemen Aldrik, Ceyda mengeluarkan ponselnya lalu mengambil gambar bingkisan, Ceyda lalu mengirim gambar itu pada Aldrik. Beloved Happy graduation Kak, cepatlah menikah dengan Zoe, agar aku tidak menggangu hidupmu lagi. aku sangat berterimakasih jika Kakak mau menerima hadiah kecil ini. Sebelum pergi Ceyda menatap lama pada pintu apartemen Aldrik, karena ini mungkin terakhir kali Ceyda datang ke apartemen pria itu, setelah wisuda mungkin Aldrik akan kembali kerumahnya dan Ceyda juga tidak akan mudah bertemu dengan pria itu lagi. *** Sudah lebih dari tiga bulan Ceyda tidak lagi bertemu dengan Aldrik dan juga tidak pernah menghubungi Aldrik melalui pesan sekalipun, walaupun terkadang Ceyda rindu untuk menulis sesuatu untuk pria itu sekalipun tidak pernah mendapatkan balasan, untung saja saat ini Ceyda di sibukan oleh penelitian tugas akhir perkulihannya sehingga bisa mengalihkan pikiranya tentang Aldrik. Namun kali ini Ceyda sepertinya harus kembali di hadapkan pada pria yang sampai detik ini masih menguasai hatinya, Ceyda harus menghadiri acara pengajian di kediaman keluarga Lutolf, Hanin mengundang Ceyda untuk hadir di acara itu, dan Ceyda sungkan untuk menolaknya karena Hanin sangat baik padanya. Acara pengajian yang di hadiri oleh warga Indonesia yang tinggal di Zurich itu berlangsung khidmat, tuan rumah acara pengajian di gilir disetiap bulannya. "Tante, Ceyda balik dulu yah." Ceyda menghampiri Hanin yang sedang membagikan kotak makanan pada tamu sebagai bingkisan. "Loh kok balik, Ceyda nginap di sini saja !" ucap Hanin. "Besok Ceyda ada kuliah Tan." Jawab Ceyda. "Tunggu sebentar ya Sayang, Tante bagikan ini dulu." Ucap Hanin. "Ceyda bantu ya Tan." Hanin tersenyum lalu mengangguk, setelah semua bingkisan di bagikan dan tamu pengajian sudah pulang Hanin menghapiri Ceyda yang sedang berdiri di dekat pintu keluar. "Ceyda pulangnya bersama Aldrik saja yah, Aldrik juga mau ke Altstadt." Ceyda menelan ludahnya, sedari tadi dia menahan dirinya untuk tidak menemui Aldrik, bahkan melirik pria itupun tidak Altstadt adalah kota tua dan merupakan jantung atau jiwa kota Zurich. "Ceyda pulang sendiri saja Tan, lagian nanti Ceyda juga banyak mampirnya di jalan." Ceyda mencoba menolak Hanin. "Tidak apa-apa kok, nanti Ceyda bilang ke Aldrik mau mampir di mana, Ald ke sini !" Hanin lalu memanggil Aldrik yang baru saja masuk ke dalam rumah, Aldrik melirik Ceyda lalu kemudian menatap maminya. "Ada apa Mi ?" Tanya Aldrik "Abang ke Altstadt sekarang saja, sekalian antar Ceyda pulang." Ucap Hanin, Aldrik menatap dingin pada Ceyda yang sedang menunduk, Aldrik tidak bisa menolak permintaan maminya. "Baik Mi." Jawab Aldrik. "Oh iya, nanti Ceyda ada mampir dulu. Abang antar yah, tungguin juga." Ucap Hanin lagi. "Iya Mami, Aldrik akan antar dia sampai alamat dan selamat." Seyum Aldrik pada maminya, Ceyda menggigit bibirnya, ucapan Aldrik membuat gadis itu tidak nyaman, Ceyda berdo'a semoga saja pria itu tidak berbuat yang aneh-aneh seperti meninggalkan Ceyda di jalan yang sepi. "Tante Ceyda pulang dulu, terimakasih makanannya." Ucap Ceyda tersenyum sambil mengangkat bungkusan makanan dari Hanin, Hanin lalu tersenyum dan menyambut uluran tangan Ceyda. "Maaf Sayang, Tante tidak bisa mengantar sampai ke luar." Ucap Hanin. "Tidak apa-apa Tan." Balas Ceyda "Bang, hati-hati yah. Jangan ngebut." Hanin mengingatkan Aldrik yang tidak pernah pelan membawa kendaraan. "Iya Mi." Jawab Aldrik, lalu mereka keluar berjalan ke tempat mobil Aldrik di parkirkan. "Aku pulang naik tram saja, nanti turunkan saja aku di jalur tram." Ucap Ceyda setelah mobil Aldrik keluar gerbang rumahnya. "Aku sudah berjanji untuk mengantarkan kamu dengan selamat." Ucap Aldrik dengan nada dingin, Ceyda menggigit kuku ibu jarinya, wanita itu gugup ini kali kedua dia berada satu mobil dengan Aldrik hanya berdua, dan dengan waktu yang cukup lama. "Apa kamu menyukai kadonya Kak ?" Ceyda mencoba mengikis jarak dengan Aldrik, walaupun gadis itu masih gugup, namun Aldrik tidak menjawab pertanyaan Ceyda, Ceyda hanya bisa menghela nafas berat. "Apa kamu tidak ingin meminta maaf padaku ?" Ucap Ceyda menatap Aldrik dari samping, Aldrik mengernyitkan dahinya melirik Ceyda. "Untuk apa ?" tanya Aldrik dengan nada heran. "Kejadian di apartemen waktu itu, kamu salah menuduhku." Ucap Ceyda "Dan kamu juga mencuri ciuman pertamaku." Aldrik terperanjat mendengar ucapan Ceyda. "Aku akan menuntut pertanggung jawabanmu, tapi tidak sekarang." Ucap Ceyda tersenyum licik, Aldrik menghela nafas kesal. "Lihatlah, bagaimana gadis yang terlihat polos tadi." Bisik Aldrik dalam hati "Wanita rubah." Mata Ceyda membola mendengar umpatan Aldrik untuknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD