8. Pergi Honeymoon

1657 Words
Luna perlahan-lahan bangun karena suara dering telepon yang tidak kunjung berhenti. Badannya seperti remuk, terlebih bagian kakinya. Dengan susah payah Luna mencoba membuka matanya dan mencari di mana ponselnya. Matanya menangkap benda itu berada di atas meja seberang kasurnya. Dalam hati Luna mengutuk kenapa ia meletakan benda itu di sana. Luna meraih benda itu dan melihat nama ibunya terpampang di layar ponselnya. “Halo,” sapa Luna dengan suara parau khas bangun tidur. “Selamat pagi,” balas Ibunya. “Eh, selamat pagi,” ucap Luna lagi. “Hari ini jadi pergi bulan madunya?” tanya Ibu. “Iya, jadi Bu. Ini baru bangun mungkin agak siang berangkatnya,” jawab Luna. Dia kemudian bergerak menuju kamar Lucas untuk membangunkan lelaki tersebut. “Suamimu di mana?” tanya Ibu lagi. “Hah? Eh! Itu... lagi mandi Bu,” kata Luna sedikit gelagapan. “Belum biasa ya dipanggil suami?” tanya Ibu lagi dengan nada menggoda. “Hah? Iya,” jawab Luna asal karena dia masih mencari dimana Lucas berada. “Ya udah, selamat menikmati ya bulan madunya,” kata Ibu lagi sebelum panggilan telepon itu di putus Luna. Dia akhirnya menemukan Lucas sedang tertidur di depan sofa dengan TV yang masih menyala. Dia segera bergegas membangunkan Suaminya itu. “Hey, Lucas!!” Luna mengguncang pelan bahu Lucas. “Bangun! Kita harus segera berangkat,” kata Luna lagi. Lucas menggeliat kecil sambil membuka matanya perlahan. “Hmm?” Luna sedikit kaget mendengar suara berat khas bangun tidur milik Lucas. Entah kenapa itu terdengar... seksi?. “Ayo bangun, kita harus berangkat,” kata Luna lagi. “Tapi kata kamu kita bisa pergi kapan aja karena naik privat jet?” tanya Lucas sambil bangkit dan duduk di sofa, matanya masih terpejam. “Iya, tapi lebih bagus kalau lebih cepat,” kata Luna lagi. Lucas mengangguk pasrah. “Oke, aku bakalan siap-siap mungkin sekitar sejam. Habis itu kita harus segera berangkat,” kata Luna lagi. “Iya... kamu bawel banget deh,” kata Lucas malas. Luna membulatkan matanya setelah di kritik Lucas barusan. Tapi dia berusaha untuk tidak mengambil pusing. Dirinya segera berjalan ke kamarnya untuk siap-siapa. Luna melewati meja makan ternyata sarapan telah tersedia di sana. Baguslah, setidaknya Luna bisa minum kopi dulu. Satu jam kemudian, Luna sudah siap. Dia memandangi dirinya yang sudah sangat cantik dengan gaun pantai. Bali adalah tempat Luna dan Lucas berbulan madu. Luna tidak sabar untuk bersantai di tepi pantai dan menikmati suara deburan ombak dengan angin segar. Hmm... membayangkannya saja sudah membuat Luna bersemangat. Wanita keluar dan menemukan Lucas sedang sarapan. Lelaki itu tampak asyik dengan ponselnya sambil memakan sepotong roti. Dia juga sudah mengganti bajunya dengan kaos oblong berwarna putih dengan jeans berwarna biru. “Koper kamu udah siap?” tanya Luna sambil menggeser tempat duduk dan kemudian duduk di seberang Lucas. Lucas hanya menggeleng tanpa menoleh ke arah Luna. Luna hanya memandang lelaki itu dengan tatapan bingung sekaligus kesal. “Ayo berangkat,” kata Luna lagi. Dia mendadak tidak berselera untuk sarapan. Lucas hanya mengangguk sambil menyuapkan potongan roti terakhirnya ke mulut dan ikut berdiri tanpa melihat Luna. Pria itu kemudian berjalan lebih dulu dan meninggalkan Luna yang bertambah kesal. *** Lucas melongo melihat pesawat jet di hadapannya. Seumur hidupnya, ini kali pertama dia melihat sebuah pesawat pribadi dan dia akan menaikinya sekarang. Entah kenapa Lucas menjadi bersemangat setelah tadi dirinya dikhawatirkan oleh Regina yang tidak membalas pesannya, sekarang suasana hatinya menjadi lebih baik. Lucas baru memperhatikan Luna saat mereka menaiki pesawat itu. Wanita itu tampak sudah sangat siap untuk menyambut pantai sampai-sampai dia memakai gaun pantai dari sini. “Keluarga kamu sekaya apa sih?” tanya Lucas tiba-tiba. “Kenapa memangnya?” “Aku bahkan belum pernah melihat bentuk dari pesawat jet pribadi” kata Lucas. “Aku pikir, first class dalam pesawat itu sudah yang paling mahal,” kata Lucas lagi. Luna memandang Lucas lagi. “Ya, keluargaku memang kaya. Tapi akunya belum,” kata Luna lagi. Dia hanya sedang mencoba menghibur Lucas yang terlihat minder meski pria itu tidak mengatakan apa pun. Lucas tersenyum miring. “Aku juga lagi merintis usahaku, mudah-mudahan bisa beli pesawat jet pribadi sendiri,” kata Luna sambil tertawa kecil. “Aku cuma dokter anak,” kata Lucas lagi. “Dokter pekerjaan yang mulia. Lagian, kenapa juga kamu mengukur pekerjaan kamu dengan kekayaan? Kamu kerja kan sesuai dengan apa yang kamu senangi. Kalau kamu mau jadi kaya, kenapa kamu jadi dokter? Itu kan menandakan kalau kamu cinta pekerjaan kamu. Menurut aku sih itu cukup, kaya mah bonus doang,” kata Luna lagi. Untuk beberapa saat, Luna dan Lucas tampak asyik dengan telepon genggam mereka masing-masing sampai seorang pria masuk menghampiri mereka. Luna menatap Pak Irwan, asisten pribadi Ayahnya. Kehadiran Pak Irwan tentu saja menimbulkan tanda tanya untuk Luna sekaligus penasaran dan khawatir. Pak Irwan selalu berada di samping Ayah, tidak mungkin dia ada di sini kalau tidak ada yang penting. “Pak Irwan kenapa di sini?” tanya Luna penasaran. Pak Irwan malah memasang wajah murung. Dia menarik nafas kemudian menggelengkan kepalanya. “Saya dapat perintah langsung dari tuan besar, Non,” kata Pak Irwan lagi. Lucas menatap Luna dengan tatapan bingung mencoba mencari jawaban pada Luna tapi wajah wanita itu juga menampakkan hal yang sama. “Tuan besar dan Nyonya dapat info bahwa Tuan dan Nona tidak tidur bersama karena pelayan menemukan tuan tidur di sofa. Menurut Tuan besar, ini adalah hal yang memalukan,” kata Pak Irwan menjelaskan. Luna memejamkan matanya untuk menahan amarahnya. Kemudian dia menatap ke arah Lucas dengan tatapan siap membunuh pria itu. Sementara itu Lucas masih memandang Luna dan Pak Irwan bergantian dengan tatapan polos. “Terus?” tanya Luna. “Apa kami tidak jadi pergi bulan madu?” tanya lagi. Lucas bersemangat saat mendengar pertanyaan Luna tadi. Dia sudah rindu pada Regina. Daripada melihat Bali bersama Luna, tentu saja dia lebih memilih berada di samping Regina. Pak Irwan menggeleng. “Untuk itu destinasi bulan madu kalian akan di ubah. Dari Bali menuju sebuah pulau pilihan Pak direktur,” kata Pak Irwan lagi. “Hah??” Lucas dan Luna terperangah kaget. “Di sana nanti Tuan dan Nona akan dijemput oleh tim kita. Dan... untuk waktu bulan madunya akan diperpanjang jadi 10 hari,” lanjut Pak Irwan. “Ta-tapi, saya gak bawa visa dan paspor saya,” kata Lucas. “Semuanya sudah disediakan, Tuan.” Pak Irwan tersenyum ke arah Lucas membuat Lucas semakin dongkol. “Baik kalau begitu, saya permisi dulu karena pesawat ini akan segera lepas landas. Silakan nikmati perjalanan Anda,” kata Pak Irwan lagi kemudian lelaki itu keluar dari kabin. “Hah...,” Luna mendesah keras sambil memandangi Lucas. Dia begitu kesal dengan lelaki itu yang sudah cutinya di perpanjang padahal dia harus secepatnya kembali ke kantor. “Apa??” tanya Lucas karena Luna sedari tadi menatapnya dengan tatapan kesal. “Kenapa bisa kamu seceroboh itu?” tanya Luna sambil menaikkan sebelah alisnya. Wajahnya terlihat sangat mengintimidasi. “Ya mana aku tahu aku bakalan di laporin?” balas Lucas. Luna memutar bola matanya. “Kamu ini bodoh atau bagaimana? Ya udah pasti mereka akan ngawasin kita. Kita ini nikah karena dijodohin, ya pastilah kita bakalan diawasin,” kata Luna kesal. “Keluarga kamu aja yang aneh. Ya masa ada pengantin baru harus dicek?” Lucas terlihat emosi. “Orang kaya emang gak punya privasi,” kata Lucas lagi membuat Luna semakin kesal. “Yah, maaf aja kalau aku gak punya privasi. Soalnya aku gak pernah miskin!!” Luna kemudian keluar dari kabin itu meninggalkan Lucas. Ditinggal Luna malah semakin membuat Lucas marah dan emosi. Wanita itu selalu merendahkannya. Membuat Lucas semakin ingin untuk membuat pernikahan mereka hancur. Kalau bisa, setelah kembali dari bulan madu, keduanya sudah bisa berpisah. “Dasar wanita sialan!” maki Lucas dalam hati. *** “Hey, bangun!” kata Luna sambil mengguncang badan Lucas pelan. Lucas mengerjap bangun dengan perlahan. “Kenapa?” tanya Lucas dengan nada jutek. “Makan dulu,” kata Luna lagi. Wanita itu sedang makan sambil menonton TV. “Aku gak makan!” kata Lucas masih dengan jutek. Dirinya langsung menarik selimut dan memunggungi Luna. “Ya udah... kamu yang rugi. Aku sengaja pesan steik dan dimasakin langsung sama koki dari Italia,” kata Luna santai. “Cih, dasar tukang pamer!” sindir Lucas. “Hmmm.” Luna mengangkat bahunya sambil membuka penutup makanannya. Bau daging panggang itu langsung semerbak memenuhi ruangan kabin mereka. Wangi lezat itu tercium jelas oleh Lucas membuat perutnya berguncang minta di isi. “Hmmm,” suara Luna meninggi seperti sedang memuji makanan yang baru saja dimakannya. Lucas menelan ludahnya membayangkan seenak apa steik itu. Ditambah lagi perutnya sedang tidak bisa di ajak kerja sama. Dalam suara pelan TV, suara perut Lucas yang bergemuruh terdengar jelas membuat pria itu semakin malu dan semakin meringkuk dalam selimut. Tiba-tiba dia merasa ada yang mendekati dirinya. Tangan Luna terulur menepuk pelan bahu pria itu. “Makan dulu, kamu bisa sakit karena cuma makan sarapan hari ini,” kata Luna lembut. Mendengar suara lembut Lucas membuat lelaki itu membalikkan badannya dan melihat makanannya sudah tersedia di sebuah nampan. Luna sudah kembali duduk dan menikmati makanannya sambil menonton TV. “Kita bakalan mendarat malam, jadi kemungkinan kita akan nginap di kota dulu sampai pagi,” kata Luna tanpa mengalihkan pandangannya dari TV. Lucas mengangguk-angguk sambil menyantap daging steik yang memang sangat enak itu. Lucas heran karena dia bahkan tidak bisa menemukan steik seenak ini di restoran mahal mana pun tapi dia malah menemukannya di sebuah pesawat jet pribadi. “Maaf kalau kamu gak nyaman sama semua ini. Dan, maaf juga soal kata-kata aku tadi,” kata Luna lagi. Lucas menatap wajah wanita itu. Luna menunduk dengan ekspresi menyesal, membuat Lucas juga sedikit merasa bersalah. “Nanti sampai sana, aku usahakan untuk kita bisa pisah kamar. Aku tahu kamu gak nyaman.” Luna menutup kembali piring kosongnya dan kemudian berjalan menuju luar kabin. Lucas membuang nafasnya yang entah kenapa menjadi berat. Hatinya sedikit nyeri melihat Luna di keadaan seperti itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD