Bos Yang Aneh

1004 Words
Setelah beberapa menit, mereka sampai di rumah Risa. Lampu teras masih menyala, memberi kehangatan di tengah malam. “Hayu masuk,” ucap Risa pada Tari sambil membuka pagar dengan terburu-buru. “Ibuuu…” panggil Risa begitu masuk, suaranya sedikit ceria untuk menutupi lelahnya. “Kamu ya, kalau sudah sama Tari lupa pulang,” ucap ibunya sambil menepuk bahu Risa lembut, senyumnya penuh rindu. “Risa udah kerja lagi, Bu… sama Tari,” ucap Risa sambil melepas tas dan berjalan menuju kamar, suaranya datar tapi matanya berbinar karena bisa sedikit pamer. “Ibuuu…” Tari menyusul, langsung memeluk ibu Risa erat, membuat suasana jadi hangat. “Kamu lagi? Risa nggak ada bukannya main ke sini,” goda ibu Risa sambil balas memeluk Tari, senyum tipis terukir di bibirnya. "Sibuk,bu aku."ucap tari sambil tersenyum. “Eh, Risa… kemarin Reno ke sini,” ucap ibu Risa tiba-tiba, sambil melangkah masuk ke kamar Risa. Risa tertegun, tangannya berhenti melipat baju. Ibunya melanjutkan dengan nada lembut, “Ibu bilang kamu di rumah Tari, tapi dia nggak tau rumah Tari di mana. Kalian bertengkar, ya?” “Udah putus, Bu,” jawab Risa singkat, matanya menunduk, tangannya cepat membereskan bajunya agar terlihat sibuk. “Risa nggak lama ya, Bu. Besok kerja, soalnya capek,” ucapnya lagi sambil mencium tangan ibunya lalu pamit. “Yah… kamu nggak kangen sama Ibu? Sama Ayah kamu juga belum ketemu, Risa,” ucap ibunya sambil mengikuti Risa sampai pintu, nada kecewa tersirat jelas. “Nanti Sabtu Risa pulang, ya, Bu. Assalamualaikum,” ucap Risa sambil tersenyum tipis dan melangkah pergi. “Waalaikumsalam… dasar anak itu,” gumam ibunya sambil geleng-geleng kepala. “Buru-buru amat,” gerutu Tari sambil memasang wajah malas. “Takut si Reno ke rumah, Tar,” ucap Risa terengah, matanya melirik ke belakang seperti waspada. “Pantesan… bukannya kangen malah ngga mau ketemu. Aneh lo,” ucap Tari dengan nada heran, matanya melirik Risa sekilas. “Dah akh… jangan ngomel mulu,” balas Risa sambil cemberut, menyandarkan kepala di jok. Mobil pun melaju kencang malam itu, lampu kota memantul di kaca jendela. Dalam perjalanan, mereka sempat mampir makan di pinggir jalan. Asap sate mengepul, suara pedagang bersahutan. Risa makan dengan lahap tapi wajahnya tetap murung, sesekali termenung. Selesai makan, mereka pulang, lalu tertidur di kamar masing-masing dengan lelah yang menumpuk. Keesokan harinya, pagi terasa sibuk. Risa sudah bersiap dengan kemeja berwarna blue sky yang menempel rapi di tubuh mungilnya. Celana formal hitam dan sepatu pantofel berhak membuatnya terlihat profesional. Rambut cokelatnya diikat tinggi, wajahnya serius. “Tari, ayoo,” ucap Risa sambil menenteng tasnya, langkahnya cepat. “Iya, bentar,” sahut Tari sambil memakai jam tangan, lalu berjalan bersama Risa menuju basement. Mobil melaju, Risa membuka obrolan ringan. “Lo nggak punya pacar, Tar?” tanyanya sambil melirik Tari iseng. “LDR gue,” jawab Tari singkat sambil fokus menatap jalan. “Dih… gaya LDR,” goda Risa sambil nyengir. “Dia kerja di Jepang, lumayan gajinya,” ucap Tari, wajahnya tersenyum samar penuh bangga. “Hmm… yang kerja di Jepang gitu duitnya pasti buat ortunya. Lo mah dapat hikmahnya,” ucap Risa dengan nada keki sambil merapikan rambutnya di kaca spion. “Lah iya, kok lo tau?” Tari terkekeh, matanya masih fokus di jalan. “Dulu temen gue gitu juga,” jawab Risa santai sambil bercermin kecil. “Baru pacaran, kalau udah nikah kan uangnya buat gue,” celetuk Tari sambil tertawa kecil. “Iya juga, ya,” sahut Risa sambil ikut tertawa, mencairkan suasana. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di kantor. Risa dan Tari berjalan menuju lift yang penuh sesak seperti biasa. Aroma parfum bercampur dengan kopi pagi memenuhi ruangan sempit itu. Sampai di atas, Risa langsung bersiap di mejanya. Ia menyalakan komputer, mengecek email yang masuk, dan mencatat jadwal bosnya. Pukul 9 tepat, Evan masuk. Jas hitam elegannya, langkah tegas, dan aura dingin membuat semua mata tertuju. “Pagi, Pak,” ucap Risa sambil berdiri memberi salam, wajahnya sedikit kaku. “Hmm,” hanya itu balasan Evan, ia berlalu tanpa menoleh. Risa menahan napas, lalu cepat mengikuti sambil membawa agenda. “Pagi, Pak. Ini jadwal Anda hari ini,” ucapnya sopan. “Pukul 10 ketemu klien di hotel. Pukul 11 Anda bertemu dengan teman Anda dari Korea di hotel yang sama. Pukul 13.00 survey proyek. Pukul 14.00 disuruh ke rumah kakek Anda,” lanjut Risa sambil menutup buku agenda dengan hati-hati. “Udah, itu aja?” ucap Evan sambil mengetuk meja dengan ritme pelan, suaranya dingin. “Iya, Pak, sudah,” jawab Risa menunduk, takut salah. “Ya sudah,” balas Evan, pandangannya terarah ke jendela kaca, membelakangi Risa. Risa menelan ludah, lalu pamit keluar dengan cepat. Siang menjelang, telepon di meja Risa berdering. Suara wanita terdengar tajam dari seberang. “Maaf, Bu. Hari ini Bapak jadwal penuh, paling besok ya,” ucap Risa dengan nada tegas namun tetap sopan. “Bilang hari ini! Kalau tidak, kamu dipastikan dipecat,” ancam suara itu. Risa menggigit bibir, lalu bertanya lembut, “Maaf, dengan siapa? Saya akan sampaikan dulu untuk atur jadwal.” “Bilang saya Sofia,” jawab wanita itu dengan ketus. “Ok, baik Bu Sofia. Saya sampaikan dulu,” ucap Risa sambil menutup telepon, napasnya terasa berat. Dengan langkah ragu, Risa masuk ke kantor Evan. “Maaf, Pak. Barusan ada telepon dari Ibu Sofia, meminta bertemu Anda hari ini,” ucapnya sopan. “Bilang jadwal saya penuh,” ucap Evan ketus, tanpa mengalihkan pandangan dari berkasnya. “Sudah, Pak. Tapi dia maksa, katanya kalau nggak disampaikan saya dipecat…” suara Risa melemah, matanya menunduk. “Yang gaji kamu saya. Kok kenapa takut?” ucap Evan sambil merapikan jasnya, tatapannya tajam. “Jadi gimana, Pak?” Risa semakin bingung, keringat dingin muncul di pelipisnya. Evan bangkit, melangkah mendekat hingga jarak mereka hanya sejengkal. Ia menunduk sedikit, berbisik dengan nada dingin menusuk, “Bilangin… saya sibuk, Risa.” “Ok, Pak. Maaf,” ucap Risa cepat, menunduk semakin dalam, lalu buru-buru pergi dari kantor Evan. Napasnya memburu. Ya Tuhan, bos satu ini bikin jantung gue copot tiap hari, batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD