♡ Living Flawless 3

1780 Words
“Lo mau turun di mana Zack?” Tanya Vianka pada seseorang di sampingnya. Hari ini Vianka memutuskan pulang dengan Zacky, mengingat kemarin Vianka dan Zacky gagal mencari apartemen untuknya karena kafe miliknya tiba-tiba menjadi rame, hal itu membuat seluruh karyawan kafe Flawless kelimpungan dan meminta bantuan dari Vianka dan Zacky. “Turun di depan aja, biar gue yang nyebrang sendiri.” “Emangnya siapa yang mau nyebrangin lo? Lo bukan kakek-kakek kan?” Ledek Vianka. "Lo gak setua itu kok." Lanjut Vianka terkekeh pelan. “Ya elah, siapa yang tau kalo lo mau ketemu calon mertua kan?” Kekeh Zacky. “Lo gila yak, ish.” Kesal Vianka seraya memukul paha Zacky. “Udahlah lo ikut gue sebentar, sekalian nyokap gue ngebet banget mau ketemu lo. Dari tadi dia ngespam terus tau, suruh bawa lo ke toko.” Gerutu Zacky seraya mengerucutkan bibirnya. “Enggak Zack lain kali aja deh, di kafe banyak yang harus gue urus. Lagian ya lo lupa apa kemarin rame banget, gak usah manyun gitu lo makin jelek kalo gitu Zack.” Tawa Vianka pecah. "Ayolah." Mohon Zacky. "Kalo gue ikut sama lo, nanti harus puter arah lagi Zacky." Jelas Vianka. Zacky mendengus sebagai jawabannya, tanpa sepengetahuan Vianka  dia membelokkan mobilnya ke seberang mencari tempat parkir yang dekat dengan toko sang mama. Vianka tersadar dari tawanya, dia merasakan sebuah dorongan ke arah kiri membuatnya terkejut. Dia sadar ternyata lelaki di sampingnya membawa dirinya ke toko milik mama lelaki itu. “Aaaaaah Zacky, nanti gue harus muter jalan lagi dong. Aish lo mah emang nyebelin.” Umpat Vianka di samping Axel. “Cup cup cup, cuma sebentar kok sayang, nanti juga kan mau nyari apartemen buat kita.” Ucap Zacky mengelus sayang kepala Vianka. “Bilang apa lo?” Tanya Vianka tajam. “Nyari apartemen kan?” “Sebelumnya ih.” “Cuma sebentar.” Ucap Zacky dengan nada datar, membuat Vianka menatapnya kesal. “Bukan yang itu Zacky, kelewat ih.” Zacky memasang ekspresi terlihat sedang berpikir, “mm apa ya? Gue gak inget sayang.” “Nah lo inget Zack, iya itu.” “Yang mana sih Vianka? Emang gue bilang apa tadi?” “Lo bilang sayang ih.” Ucap Vianka jengah. “APA?” Teriak Zacky pura-pura tak mendengar ucapan Vianka. “SAYANG!!” Teriak Vianka tak kalah kencang tepat di telinga kiri Zacky. Hal itu membuat Zacky mengusap kedua telinganya dengan kasar, “iya sayang, ada apa? Ga usah teriak gitu kali, aku kan ada di samping kamu.” “Lo itu ya! ZACKYYYYYYY!!” Sebelum kena pukul Vianka lagi, Zacky segera membuka pintu mobil dan berlari memasuki toko milik mamanya. ‘TUK’ Zacky berbalik lalu mengetuk kaca mobil, hal itu membuat Vianka menurunkan kaca mobilnya. “Apa lagi sih?” “Lo benahin dulu tuh seragam, ya kali rambut kepang dua pake kaca mata segede pintu tapi seragam acak-acakan gitu.” Vianka menatap dirinya dari atas sampai bawah, “duh kenapa berantakan gini.” Gumam Vianka pelan. Vianka turun dari mobil setelah merapikan pakaiannya kali ini dia merubah penampilannya, kacamata cupu nya digantikan dengan headset yang di pasangkan di kedua sisi telinganya serta sweeter hitam polos kebesaran milik Zacky membuat tubuh mungilnya semakin tak terlihat, saking kegedeannya membuat rok pendek sekolahnya hanya terlihat beberapa senti saja. Vianka berniat mengejar Zacky yang sudah di depan pintu masuk, akan tetapi dia melupakan sepatu yang belum dia ikat dengan tuntas, hal itu membuat Vianka tak sadar tengah menginjak salah satu tali dari sepatunya.  “Zackk--- BRUKK” Teriakan Vianka terhenti karena dia menginjak tali sepatunya sehingga membuat dia menubruk orang yang lewat di depannya. Hening beberapa saat, Vianka tak berani membuka matanya. ‘kok gak sakit sih?’ batin Vianka masih belum berani membuka matanya. Vianka sadar, ternyata dia tidak jatuh mengenai aspal parkiran tapi dia jatuh dan menimpa seseorang. Vianka semakin membenamkan kepalanya di d**a seseorang yang dia timpa merasa tak berani menatap matanya karena malu, pasti posisinya saat ini menjadi bahan pertontotan. Pikirannya masih bergelut ria, bagaimana jika yang dia tabrak itu bapak-bapak berkepala botak dengan perut buncit, bagaimana jika dia menimpa cowok jelek yang bergigi tonggos, bisa-bisa Zacky meledeknya sampai lulus SMA lagi. Tangan Vianka perlahan turun untuk meraba perut seseorang yang dia timpa, ‘eh tapi sebentar, astaga perutnya rata banget woy.’ Batin Vianka menjerit, setelah melakukan pengecekan pada perut lelaki yang dia timpa. ‘eh ya ampun kok wangi banget sih?’ batinnya semakin menyelundupkan kepalanya kedalam d**a orang itu. “Minggir.” Ucap seseorang dingin tepat di samping telinga Vianka. Vianka tak mengindahkan suara lelaki yang dia timpa, dia malah memikirkan bagaimana rupa dari laki-laki itu. “Lo tuli? Gue bilang minggir bego.” Sentak lelaki itu, membuat Vianka memberanikan diri menatap wajah di hadapannya. ‘eh ya ampun, mimpi apa gue semalam.’ Batin Vianka di sela tatapannya. “Eh - I-iya.” Vianka terkejut membuatnya berusaha bangun untuk berdiri, namun sayang sepertinya sepatunya licin membuat Vianka kembali menindih lelaki di hadapannya. “Sshh.” Ringis lelaki yang ditimpa Vianka. Vianka mencoba bangun kembali namun tetap saja itu tidak bisa, pergerakannya semakin membuat lelaki itu kesakitan. “Lo diem dulu anj*r.” Geram lelaki itu kesakitan. "Ish, tadi disuruh minggir." Gerutu Vianka langsung terdiam. Vianka terdiam, dia sudah mencoba untuk bangun tapi nihil tidak ada yang berhasil, dia sudah lelah harus menahan tubuhnya, dengan memberanikan diri dia menidurkan kepalanya di d**a bidang lelaki itu. “Eh iya maaf ya, gu-gue gak bisa bangun sepatu gue licin, capek gue nih nitip kepala sebentar aja di d**a lo yang datar ini.” Vianka malah terdiam lalu menidurkan kepalanya, membuat lelaki itu menghela nafas kasar. “Ya ampun bang, lo ngapain sih pake tiduran di jalan segala.” Ucap cewek berpenampilan tak jauh beda dari Vianka. ”Vianka bangun!” Vianka mendongak saat mendengar suara Zacky, "paha lo keliatan." Umpat Zacky seraya membuka seragamnya untuk menutupi paha Vianka. “Eh iya Zacky, bantuin gue dong. Kok gue gak bisa bangun sendiri sih, cepetan ih pegel nih.” Rengek Vianka seraya menahan air matanya supaya tidak turun membasahi seragam lelaki yang berada di bawahnya. Dengan cepat, Zacky mengangkat Vianka menggendongnya di depan lalu membanya masuk ke dalam toko sang mama. Vianka berontak di dalam gendongannya, “eh kok gue dibawa masuk sih, bentar Zack gue mau minta maaf dulu sama tu cowok.” “Ga usah.” Bantah Zacky. “Ada apa ini Zacky, kenapa di luar rame banget, ini kenapa juga calon mantu mama pake digendong segala.” Ucap seorang wanita paruh baya. “Ga papa ma, dia lagi manja aja.” Balas Zacky cepat. “Ihhhhh Zackyyyy, turunin gue dong.” “Gak.” Kekeuh Zacky. “Eh kasian tau Zack, tadi dia jatuh ngegubrak gara-gara gue tabrak, terus lagi gue timpa dia.” Tanpa Vianka sadari, ternyata lelaki yang dia tabrak tadi sudah berada di belakangnya. “Zacky, please ini mah. Kasian tu si cowok perut rata, mana pasti punggungnya sakit lagi.” “Maksud lo?” Tanya Zacky heran. “Emmm, maksud gue kasian itu tadi si cowok yang gue tabrak.” Gugup Vianka. “Gue gak papa kok.” Sahut seseorang di belakang Vianka. Vianka terkejut saat mendengar suara lelaki yang sedang dia bicarakan, “Ups!” Kaget Vianka seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Turunin gue atau lo gak boleh jadi tetangga gue nanti di apart baru.” Ancam Vianka. “Lo gak seru, bisanya ngancem.” Cibir Zacky seraya menurunkan Vianka. “Eh aduh maaf ya, berantakan gini.” Ucap Vianka dengan gaya anggun seraya merapihkan penampilannya di hadapan si cowok perut rata. Hal itu tak luput dari penglihatan lelaki di depannya dan teman- teman Zacky, melihat aksi konyol sahabatnya itu Zacky pun hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya. “Santai aja.” “Bang Axel, gue sama anak-anak duduk di sana.” Ucap seorang cewek mendapat anggukan dari Axel. “Sebentar ya kak.” Vianka pergi meninggalkan lelaki yang dia ketahui bernama Axel itu. “Eh kak, sini duduk.” Pinta Vianka saat kembali dari ruangan tante Rika mama Zacky. Merasa gerah Vianka membuka sweeter yang dia pakai menyisakan seragam putihnya. “Gue Axelior Dino, panggil gue Axel aja.” Ucap lelaki itu seraya duduk di depan Vianka. “Gue Vianka Pouril.” Balas Vianka seraya menarik tubuh Axel kemudian meraih kemeja yang Axel kenakan. “Eh.” Ucap Axel terkejut karena tangan Vianka menarik seragam yang dia pake membuatnya terpaksa harus mendekat. "Eh mau ngapain?" "Sini duduknya majuan dikit." Titah Vianka seraya menarik kursi yang Axel duduki. Dengan telaten Vianka membuka kancing kemeja yang Axel kenakan satu persatu, menyisakan kaos hitam polos yang Axek kenakan. Vianka hendak menarik ke atas kaos hitam milik Axel, tapi dengan cepat Axel menahannya. "Eh lo mau ngapain sih?" Tanya Axel yang sudah kesal. Axel terdiam sesaat ketika matanya menangkap sebuah kalung yang di pakai gadis di hadapannya, “Gue mau obatin punggung lo, gak usah geer deh. Coba lo muter dong, gue mau mau liat lukanya.” pinta Vianka. Dengan sigap Vianka membuka kaos hitam milik Axel, lalu pandangannya terjatuh pada punggung lelaki itu. “Ya ampun, Zacky!” Teriak Vianka heboh memanggil Zacky yang tengah mendudukkan dirinya bersama temannya. “Iya Vi ? gak usah teriak kenapa sih.”Ucap Zacky seraya menghampiri Vianka. “Lo liat gak nih? Gila Zack, kenapa bisa nyampe berdarah gini sih punggungnya. Hiks, gak tega gue ngobatinnya juga.” Ringis Vianka. “Lo yang gila bukan gue, ngapain juga sih jatoh, mana nimpa orang lain lagi. Terus lo ngapain ngesot-ngesot gak jelas, itu pasti ngebuat punggung si Axel ke gasruk terus lah.” “Iiiih kan Vianka mau bangun Zacky, emangnya gak pegel apa posisi kayak tadi, pegel tau.” Cicit Vianka. “Ya kan gak ada yang nyuruh juga, lagian lo bohong banget sih masa segitu aja gak bisa bangun.” “Aish Zacky lo nyebelin sumpah, lo gak ngerasain banget sih. Tadi tuh kayak ada lem yang nempel di tubuh gue sama si Axel tau.” "Mana ada lem hah?" Ledek Zacky. Sebelum Vianka membalas ucapan Zacky, Axel terlebih dahulu memotongnya. “Ayo dong Pouuu, katanya mau obatin gue.” ‘DEG’ Panggilan Axel untuk Vianka membuat gadis itu merasa debaran kencang di dadanya, berbeda dengan Vianka seluruh temannya dan adik Axel malah menatap Vianka dengan pandangan terkejut. “Eh sorry, gue salah manggil.” Ucap Axel berubah menjadi dingin. Semua teman Axel menghela nafas, lalu memandangnya lega. Vianka tersenyum kaku seraya mengangguk, "eh iya, bentar ya." Ujar Vianka seraya mulai mengobati luka di punggung Axel. ~ “Vianka sayang, tante kan masih kangen sama kamu. Kok sebentar banget sih?” Pinta Rika. Vianka berpamitan pada Rika, bersamaan dengan itu juga teman-teman Zacky pulang. “Tante Rika sayang, Vianka kan masih harus ngurus kafe dulu. Lagian abis ini Vianka mau nyari apartemen sama Zacky.” “Ya sudah, tidak papa.” Sedih Rika. “Yah tante jangan sedih dong, nanti Vianka main kesini lagi.” “Bener ya, tante nunggu loh.” “Iya tante Rika sayang.” “Oh iya Vianka, sini dulu tante mau bisikin sesuatu.” Titah Rika membuat Vianka mendekatkan dirinya. “Hayo lagi ngomongin Zacky yah?” Ucap Zacky yang tiba-tiba berada di samping Vianka. “Pede banget sih lo, siapa sih ini tan?” Tanya Vianka pada Rika. “Tante gak tau sayang.” Balas Rita membuat Zacky merenggut kesal. “Zacky kan anak mama Rika.” Manja Zacky seraya memeluk Vianka. “Lo anak mama Rika kan? Kenapa meluk gue sih?” “Eh iya salah.” Tawa Zacky. “Udah ah tan, Vianka mau pulang sekarang. Zacky lo harus tanggung jawab, gara-gara lo gue harus puter jalan lagi.” Pamit Vianka. “Oh iya sayang, hati-hati ya.” Ucap Rika. “Ogah ah.” Malas Zacky. “Zacky, anterin calon mantu mama SEKARANGGGG.” Teriak Rika membuat Zacky dan Vianka lari terbirit-b***t.  “KABUUUURRR!!” Ucap Vianka dan Zacky barengan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD