TAK SENGAJA BERTEMU

1917 Words
"Kamuu..!!" Pekik Rhea seketika “Ya saya? Apa anda sebelumnya sudah mengenal saya-oh maaf, silahkan duduk dulu.” Ajak Shaka Tak ingin membuat waktu, dengan sekali Rhea di persilahkan duduk, ia kemudian mengambil posisi untuk segera mendaratkan bokongnya. “Anda-maaf, maksud saya-Bapak yang kemarin di hotel itukan?” Tanya Rhea pelan Shaka berpikir sedikit berputar, lagi-lagi hatinya tak pernah asing dengan wanita di hadapannya ini. "Ka..kamu-yang kemarin satu kamar sama sayakan?." Ujar Sakha “Hhah! Akhirnya bapak menyadari kan.” Ejek Rhea dengan wajah penuh kekesalan Shaka beranjak dar duduknya guna untuk mendekati Rhea namun yang ada hanya sebuah jawaban retoris dari Rhea. "Jangan mendekat!" Rhea bersuara galak "Akhirnya, tanpa saya harus bersusah payah mencari kamu, kamu sudah berada di hadapan saya sendiri." Kata Sakha dengan suara santai dan masih setia di posisinya berdiri dengan di halangi sebuah meja "Apa maksud Bapak?" Tanya Rhea "Mau apa anda, saya rasa setelah kejadian malam itu kita tidak ada urusan apa-apa lagi, kecuali, bila memang di rahim saya tumbuh sebuah janin." Ujar Rhea serius "Bahkan saya mengharapkan itu, ada sebuah janin saya tumbuh di rahim kamu itu." Sakha tak ingin kalah "Kalo kamu mikir ini sudah selesai kamu salah" Ejek Shaka "Dasar gillaaaa!" Umpat Rhea dalam hati "Maaf, pak Sakha saya disini untuk mengatarkan surat dokumen dari Bu Adinda untuk anda, dan maaf untuk pembicaraan diluar pekerjaan." Kata Rhea tegas sembari mengalihkan perkataan Shaka "Baik saya Terima." "Kalo begitu terima kasih pak, saya mohon undur diri" Pamit Rhea sembari membalikkan badannya dan segera menarik hendle pintu ruangan makhluk terlaknat ini Namun disaat Rhea akan menarik pintu ruangan Sakha dengan cepat Sakha menarik pinggang Rhea dan membuatnya mundur dari langkahnya, Sakha dengan cepat meraih pergelangan tangan Rhea. Tak segampang itu Rhea ingin melarikan dirinya begitu saja darinya, tidak untuk kedua kalinya. Mata elang milik Shaka menghunus tajam pada mata coklat madu milik Rhea, agar ia tahu bila sudah masuk ke kandang macam tak akan pernah bisa bebas. "Jangan memberontak, atau aku akan menciummu." Ancam Shaka "Lepaskan saya, saya harus segera pergi." Aura dingin dari Rhea “Bahkan urusan kita sudah selesai pada malam itu.” "Saya tidak akan melepaskan kamu lagi!" Kata Sakha lagi "Pak Sakha, tolong lepaskan saya atau saya akan teriak." Ancam Rhea lagi Detik berikutnya, Shaka sudah membalikkan badan Rhea dan mendorongnya tubuh ramping itu bersandar pada daun pintu. Di kurungnya tubuh mungil milik Rhea di antara lengan kekarnya, Sakha membawa dagu Rhea untuk mendongak ke arahnya, saling menatap satu sama lain. pendangan mereka saling mengunci, awalnya bukan begini yang Shaka harapkan, ia hanya ingin duduk berdua menyelesaikan masalah namun sepertinya Rhea membuat jiwa emosional Shaka bangkit. Bahkan jiwa kelakiannya tak bisa ia tahan, ia terlanjur candu dengan bibir mungil tipis itu. "Mari kita bicara." Ajak Shaka dengan lembut Sakha semakin mendekatkan dirinya kearah Rhea, Rhea semakin diam di dalam posisinya ia menatap lurus mata elang milik Sakha yang memancarkan sinar ketegasan, ia ingin memberontak namun gerakaannya terkunci dengan tatapan elang milik Sakha. Aroma mint menguar disekitar telinga Rhea, ya Sakha meniupkan udara kearah telinga Rhea seketika itu Rhea menutup matanya pelan dan yang Sakha tahu ia berhasil melemahkan lawannya, entah sejak kejadian waktu itu membuatnya merasa terikat pada sosok wanita asing didepannya ini. Sakha mengambil langkah cepat, ia mulai menyerukkan kepalanya disela-sela leher jenjang Rhea, Sakha menghirup dalam aroma Rhea sesekali ia menciumnya lembut, terlihat tidak ada pemberontakan Rhea. Sakha mulai berani menyerukkan bibirnya kearah leher Rhea, pertahanannya memang selemah itu pada wanita yang diam-diam sudah mengalihkan sistem kerja otaknya. Setelah itu Rhea seakan tersadar dan matanya terbuka seketika, ia tahu ini kesalahan lagi bila tidak segera ia hentikan ia tahu kejadian malam itu akan terulang kembali. Akhirnya tangan mungil Rhea mendorong keras d**a bidang Sakha. "Dasar b******k!!" "Rhea, apa-apaan kamu." "Apalagi yang akan anda lakukan pak Sakha, tidak cukupkah malam itu anda sudah merusak segalanya termasuk harta yang saya jaga, pernahkah anda berfikir kalo anda sudah menghancurkan harapan saya, mengambil apa yang bukan hak anda. " Cecar Rhea "Rhea, dengarkan saya dulu" "Apalagi yang akan saya dengarkan? Pembelaan seperti apalagi  pak Sakha yang terhormat. Saat semuanya sudah berakhir, saat impian saya musnah dengan cepat hanya dengan satu malam dan itu karna anda!" "Kalo-kalo kamu lupa kita melakukan tanpa sadar Rhea, kamu harus ingat itu!" Kata Sakha dengan wajah penuh frustrasi Dengan senyum meremehkan dan menyunggingkan senyum di sela-sela bibirnya, "iya saya memang tidak sadar dan saya menyesal pernah tidur bersama anda!" Caci Rhea "Saya akan tanggung jawab Rhea kalo kamu menginginkan itu" "Terima kasih, untuk tanggung jawabnya Pak Shaka." Ujar Rhea dengan suara kecil namun menusuk "Urusan saya sudah selesai disini pak, selamat siang pak" Pamit Rhea "Saya akan menikahimu Rhea, dan tolong jangan lari dari saya lagi." Mohon Sakha sembari menahan Rhea "You wish!" Sadis Rhea kemudian keluar dari ruangan Sakha dan segera berlari kearah lift. °°° Di ruangannya, Sakha berteriak frustasi. Entah apalagi yang akan dia lakukan agar ia bisa meyakinkan Rhea, serius dengan bertanggung jawab, dia bukan seorang laki-laki pengecut yang bisanya hanya menyemburkan benihnya. Setidaknya kini ia tahu, dimana ia akan menemukan Rhea lagi, ia tak ingin kehilangan jejaknya lagi, bisa mati gila nanti ia yang hanya memikirkan temen tidurnya dimalam sial itu. "Dasar wanita, dikasih tanggung jawab dibilangnya gamau nerima, sekalinya ga dikasih tanggung jawab malah minta-minta" Dengus Sakha yang kembali berkutat pada pekerjaannya Namun, disisi lain. Wanita cantik yang baru saja beradu urat dengan pengacara sok iye itu, dibalik kemudinya ia sesenggukan menangisi kejadian beberapa minggu yang lalu Seakan mati rasa, Rhea masih terus menepuk keras dadanya yang terasa sesak yang selalu menjalar didadanya, lelehan air mata terus mengalir betapa sakit dan terpuruknya Rhea sekarang, hidupnya srmakin rumit berawal ia memergoki pacarnya yang sedang asik ala ala tiduran k*****t, hingga ia nekat datang ke Club malam hanya untuk menghilangkan rasa sakit hingga ia bermalam dengan laki-laki asing yang nyatanya malah pengacara dari bosnya. "Fix lama-lama gue bisa gilaaa." Frustasi Rhea "Semoga aja pemeriksaan dokter memang negatif." Racau Rhea lagi disela-sela ia sesenggukannya "Arrrgghhh gue bisa gilaa benerann..!!" Teriak Rhea lagi hingga akhirnya Rhea memilih untuk segera pergi dan menarik gas mobil kesayangannya untuk kembali ke kantornya °°° Di caffe Lunar, Sakha bertemu dengan kedua temannya, sebenarnya ada tiga karena yang satu lagi mumet alias pusing dengan masalah kehidupannya dan memilih untuk mangkir nongki-nongki ganteng kata temen Sakha yang bernama arjuna. "Tumbenan muka lo kucel gtu, abis hendel orang ngamuk di pengadilan ya?" Tanya arjuna "Gue ketemu sama cewek yang udah gue tidurin kamerin, man" Seloroh Sakha sembari meraih gelas yang sudah hampir habis isinya "Hahahaha! makanya lo kucel Sekarang, abis ngapain lagi lo, ngulang kelakuan lo pas di hotel?" Gurau Lando teman Sakha uang lainnya "Gue abis diamuk dia, gue deketin dia buat ngasih pernyataan kalo gue mau tanggung jawab, abis itu udahlah gue begini." Dan saat itu juga kedua teman Sakha menertawakan kebodohan yang dilakukan oleh Sakha pada Rhea. "Lo gila apa mau belajar gila sih, Sakh hahahaha." Tawa menggelegar menghiasi sudut caffe itu "Ya iyalah Rhea ngamuk, kelakuan lo kaya gtu." Seloroh Arjuna lagi “Deketin cewek itu harus pelan tapi pasti Shak, bukannya langsung nyosor aja. Kaya belum berpengalaman aja lo.” Ujar Arjuna menambahi khotbahnya "Man, cari dong akal yang agak sehatan dikit, lo begitu tuh cewek larilah." "Kalo dikatain bahasa medis, dia trauma nyet." Kelakar Lando dengan wajah serius "Terus gue mesti pake cara gimana, gue kemarin udah kehilangan jejak dia, dan sekarang gue nggak ingin dia lari lagi." "Ya lo pepet dia terus, tapi pake cara halus man jangan pake cara kasar lo tadi." "Yaudah gue mau cabut dulu." Pamit Sakha pada teman-temannya "Tumbenan buru pulang mau indehoy sama siapa lagi lo hahahaha." "What the f**k! jun" "Gue pulang dulu nih buat bayar moccachiato gue" pamit Sakha sembari berdiri dari duduknya tadi °°° Jam sudah menunjukkan waktu kerja berakhir alias waktunya untuk pulang dan meninggalkan report-report bertumpuk-tumpuk, selesai berberes meja officenya, Rhea beranjak untuk segera turun ke bawah bersama karyawan lainnya. Lelah sudah pasti, apalagi lelahnya baru saja bertemu orang yang paling ia hindari di muka bumi ini, belum lagi soal dirinya yang memang dinyatakan positif hamil. Ya kamarin sewaktu ia usai pada jam kerjanya Rhea memaksa dirinya untuk mendatangi dokter kandungan. Hidupnya sudah tak semulus dulu setelah kejadian malam itu, disaat hidup Rhea bak air yang tenang kini, hidupnya penuh dengan kegelisahan, dan juga ketakutan. Sekarang pria yang tidur dengannya sudah tahu ia berada dimana suatu saat pasti ia tak akan melepaskannya, apalagi bila ia tahu kenyataannya bila ia tengah mengandung janinnya. Didalam lift Rhea melamun pikirannya tertuju pada keadaannya, ia tak mungkin menghindar terus apalagi usia kandungannya nanti seiring waktu bertumbuh menjadi sebuah perut yang membesar. Lamunannya terpecah karena dentingan pintu lift yang terbuka, Rhea melangkah keluar. Mungkin nanti akan ia pikirkan lagi dan ia tetap harus waras. Rhea berjalam kearah mobil abu-abunya ia ingin segera pulang dan segera menengelamkan dirinya diantara nyamannya kasur, setidaknya dia bisa menghilangkan rasa penat dipikirinnya. °°° "Hallo, Bu Adinda." Sapa orang di seberang "Oh pak Sakha ada apa pak? Berkas saya ada yang bermasalah atau bagaimana?" Seloroh pak Marlo disebrang sana "Oh tidak, tidak Bu. Saya hanya ingin mencari sebuah informasi yang keluar dari konteks kerja." Ucap Sakha agak kaku "Oh baiklah pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Adinda lagi "Begini Bu, saya memerlukan kontak person karyawan Bu Adinda yang bernama Rhea. Kalo Bu Adinda berkanan bisa kirim CV Rhea, Bu. Pada saya. Bisa tolong nanti kirimkan pada email saya" Ujar Shaka hati-hati "O-baik Pak, Sepertinya penting sekali ya pak?" Keponya "Iya Bu, Saya ada perlu dengannya, Bu" "Oh baik pak, segera saya kirim" "Terima kasih Bu Adinda atas bantuannya" Ucap Sakha setelah mendapat info Rhea Kali ini ia sudah melangkah jauh, memang belum seberapa setidaknya ia tahu dimana tempat tinggal Rhea dan nomer ponselnya, itu sudah membuatnya meringankan kepalanya. °°° Selesai mandi, Rhea menuju tempat tidurnya sembari merentangkan tangan dan menjatuhkan tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamarnya merenung, menutup matanya, hingga membuka lagi matanya. Kamarnya yang memang sunyi senyap karena ia tinggali sendiri membuatnya ia selalu bisa untuk menumpahkan kekesalan hatinya, ia juga belum memberitahu kedua temannya apa yang sedang ia hadapi. Ia hanya belum bisa menjelaskan tentang dirinya, ia tidur dengan seorang laki-laki asing hanya dengan minuman yang membuatnya lupa akan darat, what the hell!. Namun, disaat ia sedang asik berselancar lagi, ponselnya brrgetar menandakan satu pesan masuk, dengan gerakan males untuk bangkit Rhea meraih ponselnya diatas nakas dekat tempat tidurnya. Malam, Rhea. Send Siapa yang malam-malam begini mengirim chat, apa ini bosnya. Apa bosnya ini tidak tahu bahwa karyawannya sedang merasa lelah, namun sedetiknya Rhea membalas room chat itu. Malam, maaf ini dengan siapa? Send Hingga detik berikutnya, ponselnya berdering lagi, kali ini berderingnya berbeda, ada panggilan telepon yang masuk dengan nomer yang sama. Buru-buru Rhea mengangkat ponselnya yang sedang berdering  dan langsung tanpa berpikir itu orang asing atau tidak. "Hallo, Rhea. Saya Sakha, maaf kalo menganggu kam.. " Telepn terputus " Whattttt, bahkan laki-laki itu sudah tahu nomer ponselnya, selamat datang Rhea sebentar lagi hidupmu tak senyaman biasanya." Teriak frustasi Rhea Berikutnya ada panggilan masuk kembali dengan nomer yang sama, namun sayang. Panggilan dari Sakha lagi-lagi Rhea abaikan begitu saja. °°° Sembari menarik nafas berat "Oke, Rhea kalo mau kamu begini saya tidak akan melepaskan kamu sedikit pun." Terang Shaka   Baru kali ini Sakha di buat gila oleh satu orang wanita, sebelumnya ia jarang memperhatikan wanita yang mendekatinya, atau mamanya yang selalu membuat jadwal pertemuan untuk memperkenalkan dengan anak teman arisannya. Kesal melanda hati Sakha, hingga membuatnya melangkah kearah tempat tidurnya. Semakin ia memikirkan Rhea semakin besar kesempatan ia untuk segera gila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD