Bab 6 Nama Belakang yang Sama

1450 Words
Nirmala syok hingga menganga tak percaya. Rahangnya seperti sudah mau jatuh ke lantai. Dia membeku kaget cukup lama seolah matanya sudah mau melompat keluar dari tempatnya. Nona kaya ini bagaikan disambar petir dipermalukan seperti itu! “Ta-tante!” pekiknya pucat pasi, pupilnya menyusut gemetar. Menatap tak percaya kepada wanita di depannya, sedikit gemetar karenanya. Bibir bawahnya digigit gugup. Linglung dan bingung di saat yang sama. Nadia tersenyum licik dan sangat cantik, menyerahkan gelas kepada pelayan yang buru-buru datang untuk meraihnya, kemudian menepuk-nepuk sayang sebelah pundak Nirmala. “Sekarang masalahnya sudah selesai. Akulah yang telah merusak gaunmu dengan sengaja, kan? Akan aku ganti. Katakan saja siapa desainer itu. Jangan bersikap tidak dewasa seperti ini lagi. Semua orang menilaimu, Nirmala. Ingat statusmu bukanlah orang biasa. Jangan sampai ini masuk ke berita utama esok hari.” “Tante!” protesnya kesal, tapi menciut karena Nirmala tahu kekuasaan wanita di depannya ini hampir setara dengan keluarga Damian Abizard Sky. Selain itu apa yang diucapkannya semua benar. Nirmala akhirnya mengalah, menundukkan kepala pelan dengan perasaan tidak rela. Claris melihat semua itu terjadi di depan matanya hanya bisa terbengong bodoh dengan wajah konyol belepotan krim kue dan makanan. Apa yang terjadi? Kenapa wanita itu malah bertindak seperti itu? Apa dia tidak takut kepada nona kaya itu? Detik berikutnya, tubuhnya menegang ketika Nadia tersenyum berjalan menghampirinya. “Nyo-Nyonya... saya sungguh tidak bersalah...” cicitnya gemetar takut. Nadia tersenyum lembut, matanya sangat indah bagaikan bulan sabit di malam hari. Pembawaannya benar-benar anggun bagaikan seorang ratu bijaksana yang membuat semua hati orang-orang yang melihatnya langsung menaruh rasa hormat dan segan kepadanya. “Siapa namamu, nona pemberani?” Claris linglung sejenak mendengar pertanyaan itu. Untuk apa menanyakan namanya? Apakah untuk memasukkannya ke daftar siksaannya? Suasana di ruangan ini tiba-tiba dijatuhi keheningan aneh ketika pertanyaan itu dilontarkan. Karena sebelumnya sudah ditanya oleh beberapa pria berjas dengan muka mesumnya, maka Claris hanya bisa berkata seperti sebelumnya. “Ri-Riri, Nyonya. Nama saya Riri,” ucapnya sembari menggigit bibir gugup. Nadia tersenyum lembut, sedikit tertawa lucu melihat wajah belepotan krim dan warna merah berkuah dari makanan entah apa. Tangan wanita elegan ini memberikan gerakan di udara yang memerintahkan dua pria yang menahan lengan Claris untuk dilepaskan. Menyadari perintah tidak terucap itu, kedua penjaga keamanan langsung melepaskan Claris. Sang pelayan sedikit terhuyung dibuatnya. Kedua pipinya yang tersembunyi oleh lemparan makanan dan krim merona diam-diam menahan malu. Semua ini tidak akan terjadi kalau saja dia sempat mengisi perut! Menyebalkan! Nirmala yang melihat Claris dibela oleh tante Nadia, mendengus kesal dengan pose melipat tangan di dadanya begitu angkuh. Wajah cantiknya sudah terlihat seperti pemain antagonis yang selalu siap untuk menyiksa sang tokoh utama. “Kau tidak apa-apa?” tanya Nadia pelan, keningnya berkerut dalam melihat hasil pertengkaran Claris dengan Nirmala. Dibanding dengan Nirmala, pelayan di depannya ini jauh lebih buruk keadaannya. Baju Nirmala mungkin sekarang sudah kotor oleh beberapa noda makanan di mana-mana, tapi dia sama sekali tidak terluka parah seperti Claris. “Sa-saya baik-baik saja, Nyonya. Tapi, saya sungguh tidak bersalah,” jelasnya lagi dengan kepala menunduk sedikit, agak gugup karena ternyata wanita dewasa di depannya ini sepertinya beda dengan para orang kaya lain di ruangan tersebut. Kedua tangan Claris yang berdarah dan perih terjalin di depan tubuhnya, tampak malu-malu dan rendah diri. “Aku minta maaf mewakili perbuatan Nirmala. Dia memang kadang tidak dewasa karena terlalu dimanja, dan merupakan anak tunggal di keluarganya. Jadi, tolong jangan masukkan dalam hati kejadian hari ini.” Claris tertegun menatapnya. “Tante!” Nirmala tampak tidak terima mendengar hal itu, hendak maju ke depan, tapi Nadia berbalik dan memberinya tatapan peringatan. Kontan saja Nirmala berhenti di kedua kakinya, tercekat dengan mulut bungkam. Nadia kembali berbicara kepada Claris, berjalan lebih dekat untuk melihatnya, “kau terluka. Sebaiknya istirahat saja.” Sang pelayan cantik bingung. Apakah dia masih bisa istirahat? Apa boleh seperti itu? “Te-terima kasih atas perhatiannya, Nyonya. Tapi, saya adalah pelayan di hotel ini. Saya butuh pekerjaan ini. Tidak dipecat setelah kejadian ini saja sudah beruntung. Kalau istirahat, maka pasti saya tidak akan dapat apa-apa,” jelasnya dengan bulu mata merendah sedih, karena tidak tahu nasibnya akan seperti apa jika dia dipanggil untuk menghadap. Apa yang akan terjadi dengan nasibnya? Memang pihak hotel akan tetap membiarkannya berada di ruangan ini? Wanita dengan wajah belepotan krim dan saus merah entah apa itu, berpikir bingung dengan keadaannya. Posisinya saat ini serba salah! Lawan bicara Claris tersenyum lembut, “tidak masalah. Aku adalah pemilik hotel ini. Aku jamin kau tidak akan dipecat. Sekarang, pergilah bersihkan dirimu dan rawat lukamu. Kalau infeksi, bisa gawat, kan?” Napas Claris tercekat, matanya membola kaget melihat sang lawan bicara di depannya. Dia adalah pemilik hotel ini? Sungguh? Pantas saja semua orang begitu segan dan bersikap tidak biasa kepadanya saat memasuki ruangan! “Nyo-Nyonya adalah pemilik hotel ini?” tanyanya linglung, setengah terbodoh. Nadia tersenyum lembut, matanya sedikit melengkung dengan binar indah yang berkilau tenang di kedua bola matanya. Membuat kecantikannya jadi sangat istimewa. “Namaku adalah Nadia Oliviandra Wira Atmaja. Pemilik utama hotel ini, jadi kau tidak perlu takut dengan kejadian hari ini. Aku yakin kau pasti tidak akan berbuat masalah di pesta besar ini jika memang tidak ada yang menekanmu, kan?” terangnya sambil melirik ke arah Nirmala dengan tatapan sedikit sinis dan menyindir. Clarisha tertegun kaget sekali lagi. Bukan kaget karena wanita itu adalah pemilik hotel megah dan terkenal ini, melainkan nama belakang wanita itu. Nadia Oliviandra Wira Atmaja? Wira Atmaja? Kenapa nama belakangnya bisa sama dengan namanya? Sudah jelas itu adalah nama belakangnya, bukan? Oliviandra adalah nama untuk perempuan. Wira Atmaja sebenarnya terbilang sangat umum, tapi kalau sebagai nama belakang, barulah tidak umum. Nama lengkap pelayan cantik ini adalah Clarisha Wira Atmaja. Wira Atmaja adalah nama pendahulu dari keluarga ayahnya yang turun temurun diberikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ayahnya sendiri bernama Harzan Wira Atmaja. Nama yang sama persis dengan salah satu anggota keluarga sang ayah yang dulu pernah membanggakan keluarga mereka. Penggunaan nama Wira Atmaja itu ibarat sebuah marga dalam keluarga sang ayah. Identitas yang melambangkan mereka adalah keturunan dari keluarga itu. Juga agar bertujuan lebih mudah mengenali relasi mereka dengan nama belakang yang sama. Sebuah hal yang menyatukan dan mempererat ikatan keluarga mereka seperti sebuah simbol di dalam masyarakat luas. “Kau tidak apa-apa?” tanya Nadia sembari menyentuh pelan sebelah lengan sang pelayan. Claris berjengit kecil, kaget hingga lamunannya terhenti. Kakinya mundur selangkah dalam keadaan sedikit pincang. “Sa-saya baik-baik saja, Nyonya Nadia! Terima kasih atas perhatiannya!” ungkap Claris sembari mencoba membersihkan wajahnya yang belepotan dan dirasanya tidak sopan, membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih atas kemurahan hatinya. “Tidak perlu begitu. Aku yang merasa tidak enak hati. Cepatlah istirahat. Jika tidak segera merawat lukamu, apa kata orang nantinya aku memperlakukan karyawanku seperti ini?” Oh, rupanya dia hanya peduli kepada reputasi bisnisnya semata?! Dalam hati, Claris tertawa dingin. Sempat berpikir kalau dia ini berbeda dari orang-orang kaya di sekelilingnya, ternyata kebaikan wanita ini ada maksud lain. Apakah ucapannya tadi tulus? Atau hanya sandiwara lain untuk menjaga mukanya seperti tingkah laku para orang kaya lainnya? Jangan-jangan nanti dia akan dipecat diam-diam? Hati Claris tenggelam sedih. Dipikirnya karena nama belakang mereka sama, mungkin ada pertanda bagus untuknya hari ini setelah semua kesialan yang menimpanya. Ternyata itu hanyalah khayalannya semata. Menggelikan! Apa-apaan dirinya ini? Orang bilang kalau sedang putus asa dan frustasi, pikiran bisa jadi aneh-aneh berharap hal yang tidak masuk akal dan konyol. Claris tidak mau berlama-lama di tempat terkutuk itu, maka dia pun mengucapkan terima kasih banyak dengan setulus mungkin sembari membungkuk super rendah, lalu pamit dari ruangan itu dengan berjalan tertatih menyedihkan usai meraih ponselnya yang tergeletak malang di lantai. Melihat kepergian Claris yang memprihatinkan itu, Nadia menghela napas pelan. Wajahnya tampak cemas dan memasang wajah sedih. Apakah keponakannya juga bernasib malang seperti itu karena hidup miskin dengan saudaranya yang terbuang? Nadia menghela napas berat. Dia harus segera menemukan kakak keras kepalanya itu, dan membujuknya untuk kembali ke keluarga Wira Atmaja. Rasa kasihan melihat apa yang baru saja menimpa pelayan muda di depannya, sungguh membuat hatinya entah kenapa merasakan rasa perih yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Harzan... sebenarnya kau pergi ke mana? Dasar kakak bodoh! batin Nadia dengan perasaan sedih dan berat. Tatapan matanya sendu dan sedikit menerawang jauh ke arah pintu di mana Claris baru saja keluar. Nadia Oliviandra Wira Atmaja tidak tahu kalau pelayan wanita yang baru saja ditolongnya, sebenarnya adalah keponakan yang sedang dicari-carinya selama kurang lebih setahun ini. Wajah Claris yang belepotan makanan dan krim, serta saus merah, dan belum pernah bertemu sekalipun di masa dewasanya, maka wanita kaya ini tidak mengenali Clarisha sama sekali. Padahal jika Clarisha tidak sekotor dan seberantakan sekarang ini gara-gara ulah Nirmala, mungkin saja dia akan mengenalinya karena wajahnya yang sedikit banyak mewarisi kecantikan sang ibu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD