Bab 5 Pria Dingin dan Misterius

2150 Words
Sang nona muda menggigit gigi marah, terlihat geram dan gemas melihat Claris yang kembali melawannya. Mangkuk persegi berisi lasagna tadi dilemparkan ke arah Claris hingga jatuh pecah mengerikan ke lantai, tapi tentu saja dengan cepat dihalau oleh sang pelayan hingga terhempas ke sisi lantai lain. “Aku bilang, cepat minta maaf!” raung Claris dengan pandangan menunduk penuh aura menakutkan. Sang nona muda tanpa sadar menciut melihat amarah Claris yang sepertinya tidak main-main itu. Dia seolah bisa melihat ada kegelapan yang muncul di balik punggung sang pelayan. Pada dasarnya, nona muda kaya ini adalah tipe pengecut. Nama besar keluarganya menjadi satu-satunya pendorong untuk bertingkah sesuka hati selama ini. Juga tidak merasa takut pada apa pun karena pasti keluarganya akan memanjakannya sebagai putri satu-satunya. Tapi, melawan satu pelayan bodoh sok cantik di depannya ini sepertinya tidak bisa dengan cara seperti biasanya! Sensasi tamparan Claris tadi masih terasa, dan itu sangat kuat sampai merasakan gerahamnya nyeri nyut-nyut. Bibirnya pun berdarah dibuatnya. Wajah nona kaya ini memucat tanpa disadarinya. “Aku bilang minta maaf!” Claris berjalan pincang ke arahnya, tampak bagaikan zombie dengan penampilan konyol yang hendak ingin memangsanya. Sang nona kaya melihat Claris yang kacau balau mirip badut comberan itu, mulai kembali dihinggapi oleh rasa sombong dan angkuh. Senyum liciknya terpasang lebar di wajah cantik mengerikannya. “Minta maaf? Minta maaf sama orang tuamu? Cih! Mereka memang orang yang bodoh sudah membesarkan anak memalukan sepertimu! Jangan-jangan, sebenarnya mereka sendiri yang jadi mucikarimu, ya? Hahaha! Hal semacam itu bisa jadi, kan? Zaman sekarang, apa, sih, yang tidak akan dilakukan oleh orang miskin sepertimu demi uang?” ledeknya sembari melipat tangan, sangat angkuh dan penuh senyuman mengejek merendahkan. Begitu mendengar ucapan penuh hinaan yang semakin buruk itu, hati Claris panas bagaikan ledakan tutup panci! Kejadian itu sangat cepat, tidak ada yang menyangkanya! Claris dan sang nona kaya mulai saling tarik menarik rambut. Suara erangan dan kemarahan dari kedua orang ini saling beradu menggertakkan gigi tidak mau kalah. Mereka saling pandang penuh kebencian dan permusuhan kuat satu sama lain. Detik ini, Claris lupa lagi soal ancaman yang nona muda. Dia tidak sudi kedua orang tuanya yang sudah merawat dan membesarkannya dihina dan direndahkan penuh fitnah seperti itu dari mulut wanita bodoh tak berotak itu! “SIALAAAN! SAKIIIT!” pekik sang nona muda, ketika Claris menjambak sanggul rambut indahnya, lalu mulai menggigiti sebelah bahunya. Clarisha benar-benar bertingkah seperti zombie! Semua orang tercengang kaget melihatnya! Mereka semua panik dan bingung harus bagaimana, karena di depan sana, pergumulan itu masih berlangsung sengit, tidak ada tanda-tanda salah satu pihak akan menang. Bagaimana bisa melerai pertengkaran itu? Kalau terjadi kesalahan, maka orang yang jadi sok pahlawan atau wasit sendiri yang mungkin akan cilaka! Suara heboh para tamu yang berdiskusi panik pun mulai meramaikan suasana, membuat pesta yang seharusnya menjadi elegan dan sangat megah itu jadi tampak sangat konyol. Lebih mirip disebut sebagai taman hiburan badut ketimbang acara pesta orang kaya yang berkelas. Ketika ketegangan itu semakin hebat dengan keduanya mulai saling bergulat di atas meja prasmanan, berguling dan saling memutar tubuh hingga membuat semua isi meja tumpah dan pecah ke lantai, sebuah suara merdu yang bijak dan halus dari seorang wanita dewasa membahana di udara. “HENTIKAN SEMUA INI!” Hening. Clarisha dan sang nona kaya tadi tampak masih berada di meja prasmanan. Sang pelayan unggul di saat ini, menekan tubuh lawannya dan kedua tangan menjambak kedua sisi kepalanya, sementara sang nona kaya tampak berusaha mencekik leher Claris dengan wajah bengis, Air liur sudah menetes-netes di sudut bibir ombrenya. “AKU BILANG, HENTIKAN SEMUA KEGILAAN INI!” suara merdu nan bijak dari seorang wanita kembali terdengar, membuat akal sehat Claris kembali ke kesadarannya. Dia dengan cepat melepaskan tubuh lawan gulatnya. Seiring dia mundur dengan kaki tertatih dan sedikit sempoyongan, dua orang pihak keamanan menahan kedua lengannya. “Lepaskan aku!” teriak Claris marah, tapi dia masih saja ditahan seolah-olah dialah pembuat onar utama di acara itu. “Oh! Tante Nadia! Syukurlah! Akhirnya Anda datang juga!” “Ada apa ini?! Apa yang terjadi?!” tanya sang wanita yang baru datang, keningnya mengencang hebat di wajah super cantiknya. Kedatangan wanita baru itu bagaikan seorang ratu agung yang memasuki aula kerajaan, semua tamu seketika segan dan hormat kepadanya. Wanita yang ternyata adalah seorang pebisnis hebat yang dibicarakan para tamu sejak tadi itu, akhirnya berbicara sejenak dengan para karyawan hotel untuk membereskan masalah yang ada. Bu Mirna bahkan sudah digotong cepat keluar ruangan, dan buru-buru beberapa orang segera datang membersihkan semua kekacauan itu. Nirmala terisak dibuat-buat dengan wajah tak berdaya. "Tante, dia mempermalukanku! Aku tadi ditampar keras olehnya sampai mungkin ada gigi yang mau copot. Kejam, kan?” terangnya lemah dengan sikap seperti korban perundungan, menunjuk Claris takut-takut seolah akan memukulnya begitu kejam tanpa perasaan. Sang pelayan syok bukan main. Saking syoknya dengan suasana yang tiba-tiba berubah itu, dia membeku bagaikan mesin macet karatan. Kaget melihat perubahan sikap nona muda tersebut. Apa-apaan dia itu? Sang nona muda kaya mulai akting sok manis dan lemah tak berdaya ketika melihat pemilik suara wanita dewasa itu datang memasuki ruangan, membelah kerumunan yang ada dengan aura kuatnya. Tubuh wanita bergaun merah muda kotor tadi menciut sangat menyedihkan hati hingga mampu membuat pria mana pun rela ingin membelanya mati-matian tanpa ragu. Seolah-olah dialah korban bully di ruangan besar dan megah itu, bukan Claris Sang pelayan. Sayangnya, hanya satu pria yang tidak terpengaruh oleh akting dramatisnya. “Da-damian!” lanjutnya dengan suara pecah dan tergugu serak, berjalan tertatih menyedihkan. Sangat anggun dan gemulai dengan wajah cantik imut tak berdayanya kepada seorang pria tampan dan dingin di sisi wanita yang dipanggilnya dengan sebutan Tante Nadia tadi. Kedua orang yang baru memasuki ruangan dan langsung menghentikan kehebohan luar biasa itu, jelas semakin menarik perhatian selain wajah dan penampilan mereka yang rupawan. Makin keraslah bisik-bisik para tamu yang hadir. Reaksi mereka bermacam-macam. Tapi, yang paling utama, mereka tahu kalau kedua orang ini lebih tidak bisa disinggung daripada lawan Claris tadi. “Aku pikir kau tidak akan datang,” ucap sang nona muda dengan wajah kuyu memelas, tapi detik berikutnya mencoba tersenyum semanis mungkin. Kedua pipinya merona malu-malu. Pria yang jadi lawan bicaranya adalah pria berjas hitam formal mewah dan mahal, sangat tampan dan terlihat elegan. Raut wajahnya sangat kokoh, hidung mancung, kulit putih bersih bagaikan seorang aktor papan atas, dan mata dinginnya terlihat kuat dan penuh intimidasi. Tubuhnya tinggi dan proporsional. Indah dan rupawan mungkin kata yang tepat untuk menggambarkannya. Selain itu, ada aura gunung yang tinggi dan lautan yang ganas menyeruak dari sosoknya ketika siapa pun berhadapan dengannya. Ini membuat kualitasnya jadi semakin sulit dijangkau oleh wanita biasa. Membuatnya jadi semakin mengagumkan. Pria idaman yang sempurna! Walaupun figurnya terkesan menakutkan, ketampanannya mampu membuat semua wanita terbius dan terpana tanpa bisa mengedipkan mata. Jantung lari marathon seperti sudah lupa bernapas saja! Nona kaya ini langsung merajuk sebal dibuat-buat bagaikan anak kecil, meraih cepat sebelah lengan pria tampan yang baru masuk ke ruangan bersama wanita dewasa tadi. Terlihat jelas kalau dia sangat akrab dengan sang pria, padahal jelas-jelas sosok itu begitu menakutkan dan membuat siapa pun segan kepadanya. Damian hanya diam, meliriknya dingin. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bibir sang wanita dimajukan cemberut persis anak kecil, mata berkaca-kaca menatap sang pria. Suaranya dibuat semenyedihkan mungkin, sedikit terisak menyedihkan. “Damian, jangan lihat aku seperti itu. Ini terjadi karena pelayan bodoh itu. Aku minta maaf karena sudah mengacaukan pesta penting ini. Maafkan aku, ya? Jangan biarkan paman dan bibi memarahiku! Aku mohon!” jelasnya dengan wajah mulai bercucuran air mata begitu indah dan anggun. Menggoyangkan sebelah lengan pria dingin itu seperti kekasih yang tengah merajuk manja. Damian masih diam tak bergerak bagaikan sebongkah es abadi, tapi matanya memberikan lirikan dingin dan tajam seolah akan menebasnya hingga membuat wanita manja itu menciut ketakutan, tapi tidak melepaskan lengan sang pria sedikit pun. Kepalanya tertunduk malu dan takut-takut, malah merepetkan tubuhnya sambil memeluk lengan sang pria sangat mesra. Tidak peduli dengan tatapan banyak orang di sekitarnya. “Penelope Nirmala Adiyaksa. Kau masih saja belum dewasa rupanya!” sela wanita bernama Nadia tadi, menghela napas pasrah melihat tingkah laku Nirmala. Kedua tangan berada di pinggang, memarahinya bak anak kecil. Wanita cantik ini memakai gaun terusan merah yang elegan dan sangat anggun, bawahan gaunnya jatuh mengembang alami dengan garis-garis emas dan putih sebagai hiasannya. Atasannya tidak terbuka seperti para tamu lainnya, melainkan tertutup dan sangat sopan. Begitu anggun dan dewasa. Benar-benar sangat sempurna dan cocok dengan wajah indahnya! Nirmala pun membela diri dengan nada masih manja dan bergelayutan mesra di tangan Damian, dia pun menjelaskan dengan ekspresi lemah tak berdaya, “tante, aku tidak salah sama sekali. Pelayan itulah yang tidak becus bekerja. Aku harus bagaimana? Gaun ini sangat mahal dan susah untuk didapatkan! Aku harus antri berbulan-bulan hanya untuk mendapat kesempatan langka itu! Harganya pun tidak sedikit!” Satu kakinya dihentakkan manja ke lantai, semakin merepet ke lengan Damian. Claris syok, tertegun hebat di kedua kakinya mendapati akting luar biasa wanita muda itu. Wajahnya mengkelam suram karena tahu di tempat banyak orang ini, jelas tidak ada yang akan mau membelanya. Yang ada, mungkin malah akan menekannya dan menyudutkannya sebagai orang yang sudah membuat masalah. Dalam hati, Claris tertawa dingin. Pelayan miskin sepertinya, siapa yang mau buka mulut untuknya, bukan? Mau bagaimana pun, tetap saja dia akan disalahkan karena dia adalah karyawan dan orang yang disinggungnya adalah tamu penting hotel. Roh Claris seolah melayang keluar dari raganya. Hati wanita ini mendingin hingga ke titik beku. Benar-benar tamat sudah riyawatnya! Niat hati ingin mencari uang demi biaya operasi sang ayah, ini malah masuk ke tempat pembantaian! Jika saja kedua lengannya tidak ditahan oleh para penjaga, tubuh Claris pasti sudah jatuh ambruk karena lemas memikirkan nasibnya. “Sa-saya tidak bersalah, Nyonya.... Nona itulah yang duluan menyenggol saya dari belakang...” aku Claris dengan suara berbisik tanpa sadar, berkata jujur seadanya. Semua mata tertuju kepadanya, membuat jantungnya seolah berhenti berdetak beberapa saat. Untungnya wajahnya yang belepotan krim kue menyembunyikan wajahnya yang memerah malu luar bisa. Astaga! Apa yang diucapkannya barusan? Kenapa mulutnya bicara seperti itu, sih? Wanita pelayan ini bingung sendiri karena tanpa sengaja bicara membela diri, padahal jelas-jelas pasti akan ditekan, bukan? Tidak ada harapan melawan orang kaya! “APA KAU BILANG?! SIAPA YANG MENYENGGOLMU?!” Nirmala terlihat hendak maju untuk melawannya kembali, diam-diam ingin menggertak Claris, tapi pelukannya di lengan sang pria segera dilepaskan kasar, membuatnya tersentak kaget. “Da-Damian!” serunya gugup, menatapnya takut-takut. “Bereskan kekacauanmu ini,” sinis Damian dengan wajah super dinginnya, sedingin suaranya, lalu melangkah meninggalkan tempat itu begitu saja. Sebelum pria tampan berjas mewah ini pergi dari sana, matanya melirik dingin penuh jijik kepada Claris yang dilihatnya sangat konyol dengan penampilan kacaunya. Claris seketika tertegun syok bagaikan ditampar hawa dingin di hatinya, membuatnya membeku dengan mata membola kaget ketika mata mereka terkunci selama beberapa detik. Wajah pelayan ini seketika pucat pasi. Entah kenapa perasaannya sangat tidak enak melihat pria tampan dan angkuh itu. “Da-damian!” pekik Nirmala tak percaya, gemetar melihat sang pria meninggalkannya seperti orang bodoh. Wanita bernama Nirmala ini berbalik ke arah Claris dan melotot marah. “Semua ini salahmu, pelayan bodoh!” makinya menggeram kesal, hilang sudah semua lemah lembut sebelumnya, yang ada hanya wajah benci penuh dendam. Membuat wajah cantik manis dan imutnya penuh dengan kerutan jelek, membuat para pria yang sebelumnya kagum dan rela ingin membela kaget setengah mati. Nadia menggelengkan kepala tidak percaya, sangat tidak habis pikir dengan sikap putri satu-satunya dari Keluarga Adiyaksa terhormat itu. Dia benar-benar terlalu dimanja! “Hentikan, Nirmala!” bentaknya tegas, membuat wanita itu berhenti melangkah untuk menjambak rambut Claris. Clarisha sendiri sudah gugup gemetar luar biasa tidak tahu harus berbuat apa, agak kaget ketika nona kaya bernama Nirmala itu hendak mendatanginya bagaikan topan yang mengamuk. Matanya sudah menampilkan kilatan ingin membunuhnya! Mata sang pelayan cantik ini melirik cemas ke arah Nadia. Apakah nyonya kaya itu akan memaki dan memarahinya juga? Nirmala segera menjadi jinak kembali, sok lemah dan sok manis. “Tapi!” “Tidak ada tapi-tapian! Ini adalah pesta besar. Apa kau sama sekali tidak malu? Pikirkan apa yang akan keluargamu dengar nantinya! Dewasalah, Nirmala!” “Tante Nadia... gaunku dirusak olehnya... Ini gaun mahal... aku harus bagaimana? Aku malu dibuatnya!” rajuknya dengan gaya centil menyebalkan di mata Claris, menghentakkan sebelah kakinya seraya kedua bahunya maju mundur bergantian. Tampak sudah ingin meneteskan air mata buaya untuk kesekian kalinya. Claris jijik melihatnya, berasa ingin muntah! Wanita muda kaya dan cantik seperti Nirmala, mungkin itulah jurus andalannya untuk merebut hati semua orang, atau mungkin semua nona kaya begitu sikapnya? Air mata adalah senjata? Wuah... Claris sama sekali tidak bisa seperti itu! Sayang sekali! Rasa kesal dan sedih silih berganti memenuhi benak sang pelayan. Dia pun menggeram marah melihat tingkah orang kaya di ruangan ini, tapi yang membuatnya membola kaget adalah ketika wanita dewasa bernama Nadia itu tiba-tiba berjalan ke arah seorang tamu wanita lalu merebut minumannya tanpa izin. Detik berikutnya, isinya ditumpahkan ke bagian depan baju Nirmala dengan gaya yang sangat elegan dan cantik. Semua orang terkesiap kaget, kehilangan kata-kata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD