“Damian....” Claris cupu menatap pria di seberang meja dengan tatapan lesu. Tidak bisa mengatakan sepatah kata pun melihat wajah marah pria tersebut. “Kalau kamu sebegitu tidak ingin berteman denganku, berikan aku satu alasan logis yang benar-benar bisa aku terima, Claris. Aku tidak mau dengar alasan klise kalau hanya sekedar kamu merasa tidak enak hati karena selalu mendapat bantuan dariku. Apalagi jika menyinggung soal status berbeda di antara kita berdua. Kamu tahu dengan jelas betapa penting posisimu di sisiku sebagai seorang teman, tapi kenapa kamu masih tega berlaku kejam seperti ini? Apakah aku benar-benar layak ditakdirkan tidak akan bisa berteman selamanya dengan cara yang normal?” “Damian, pertemanan kita sendiri sama sekali tidak normal...” bisik Claris lemah, menatapnya kh

