bc

NYEGIK

book_age18+
62
FOLLOW
1K
READ
drama
tragedy
twisted
sweet
mystery
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Kisah ini menceritakan tentang seorang yang salah jalan dalam mencapai cita-cita kehidupannya. sehingga dia berani menggadaikan hidupnya, bersekutu dengan siluman babi.

Setelah berhasil membuat perjanjian. Dia mengira, kehidupannya akan bahagia karena memiliki harta yang berlimpah. namun kenyataan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

chap-preview
Free preview
1 Mbah Abun
Keesokan paginya. pagi-pagi sekali, Mbah Abun sudah siap dengan berpakaian rapi, Dia memakai baju kampret abu, serta celana pangsi hitam, tak lupa kepalanya ditutupi dengan topi koboi kebanggaannya. "Hati-hati! di jalan Abah!" Ujar Ambu Yayah, sebelum suaminya berangkat. "Iya, ambu! terima kasih! Abah berangkat dulu. doakan agar Abah usahanya lancar dan membawa hasil yang begitu banyak." jawab Mbah Abun, sambil mengecek kembali pakaian yang dia kenakan di depan kaca lemari. Setelah dirasa pakaiannya sempurna, tidak ada yang kurang. Mbah Abun pun berpamitan sama istrinya. kemudian Iya turun dari rumah panggung miliknya. Meski keadaan masih pagi buta, itu tidak menyurutkan niat Bah Abun, yang ingin menafkahi istrinya, membahagiakan keluarga kecilnya. Dia terus berjalan pergi ke rumah Zuhri, untuk mengambil bebek yang kemarin sudah dia bayar. Setelah sampai di rumah zuhri Mbah Abun pun, dengan giat Dia memasukkan bebek-bebek ke wadah yang terbuat dari bambu. namun setelah dia coba mengangkatnya ternyata bebek yang 50 ekor itu tidak terbawa semua. kemudian dia menghampiri Zuhri, yang sejak dari tadi sedang sibuk ngasih makan hewan ternaknya. "Abah kayaknya hanya kebawa 35 ekor, jang! Abah nitip dulu sisanya di sini." Ujar Mbah Abun sambil mengelap keringat yang membasahi dahinya. "Iya bah! nggak apa-apa! nanti saya kasih pakan." jawab zuhri yang menyanggupi permintaan Bah Abun, Mungkin dia merasa kasihan sama tetangganya itu. Setelah selesai menitipkan sisa bebek yang tidak terbawa, bah abun pun berpamitan untuk segera pergi menuju ke kota. menurutnya, kalau kesiangan nanti orang-orang sudah pulang dari tempat belanjanya. Setelah semuanya dirasa selesai. Mbah Abun terus berjalan, menyusuri Jalan Setapak. sambil memikul bebek. Jalan setapak yang nantinya akan tembus ke jalan raya. keringat yang bercucuran membasahi seluruh bajunya, tak menyurutkan niat bah abun yang begitu kuat. sehingga perjalanan yang jauh, dia tidak hiraukan. Lama berjalan dengan penuh perjuangan, akhirnya dia sampai ke Jalan Raya. setelah berada di Jalan Raya, dia mengacungkan tangan untuk menghentikan mobil angkutan umum, agar cepat sampai ke kota. Beruntung di perjalanan tidak ada gangguan sama sekali, sampai akhirnya Bah Abun sampai di tempat yang iya tuju. Setelah turun dari mobil dan membayar ongkosnya, dia pun memikul keranjang yang berisi bebek, menuju salah satu tempat yang menerima hewan ternak. "Mau dijual berapa ini, bah?" tanya pria yang duduk di belakang meja menatap ke arah bah abun. "Rp300.000, jang!" jawab Bah Abun. "Lah! kalau harga segitu, saya nanti jual berapa?" ujar pria itu sambil menatap ke arah Bah Abun. "10 ribuan!" jawab Mbah Abun dengan wajah datar. "Iya mending kalau sekaligus laku. Kalau nggak, saya harus mengurusnya, membeli pakannya, bah!" "Hehehe. Kayak nggak kenal sama abah saja, Itu kan keinginan penjual. silakan mau nawar berapa?" ujar Bah Abun sambil tersenyum, karena dia sudah sangat mengenal orang yang pembeli hewan ternak itu. "Bagaimana kalau saya beli semuanya Rp200.000." tawar pengepul hewan ternak. "Jangan segitu lah! Abah kalau dijual segitu, nanti Abah rugi!" kelak bah Abun memberikan alasan klasik sebagai penjual. "Terus habisnya berapa?" Tanya Bandar pasar sambil memicingkan mata ke arah bah abun. "Rp240.000!" "Ini tawaran terakhir ya, mbah! saya bayar 220, kalau abah tidak berani menjual dengan harga segitu, silahkan bawa ke tempat lain." pria itu memberi keputusan sehingga membuat Bah Abun terdiam seolah berpikir. "Kalau bukan sama langganan, Abah nggak akan jual harga segitu. soalnya untungnya tipis banget! tapi ya nggak apa-apa! Biar kita jadi langganan." ujar Mbah Abun seolah mengalah. padahal dengan harga segitu, dia sudah mendapatkan untung yang sangat banyak. selain uangnya sudah lebih dari pembelian. dia juga masih punya tabungan 15 bebek yang belum ia bawa. Akhirnya setelah mendapat keputusan, pria pengepul hewan ternak pun, mengeluarkan uang sesuai yang ia tawarkan. setelah menerima pembayaran dari penjualan bebek-bebeknya. Mbah Abun pun berpamitan dan berjanji akan datang kembali, dengan membawa berbagai hewan ternak lainnya. Setelah keluar dari tempat pembelian hewan ternak. Mbak Abun terus berjalan menuju ke pasar. setelah berada di pasar. Dia mulai membeli kebutuhan buat di rumahnya, mulai dari membeli ikan asin, terasi, serta kebutuhan-kebutuhan dapur lainnya. tak lupa dia juga membeli tembakau Molek kesukaannya. Setelah selesai berbelanja, bah Abun pun kembali pulang ke rumahnya. dengan membawa hati yang sangat bahagia, karena dia mendapatkan untung yang berlimpah, Dari hasil penjualan bebek-bebek zuhri. "Kalau begini terus, bisa-bisa aku cepat kembali ke kejayaanku." ujar Bah Abun dalam hati. Pukul 02.00 siang, Mbah Abun sudah sampai ke rumahnya. Dengan cepat ia memasuki rumah panggung yang terbuat dari kayu. Namun meski rumah kayu, rumah bah abun termasuk salah satu rumah terbesar yang ada di kampungnya. Ambu Yayah, yang melihat kedatangan Mbah Abun, dengan Sigap menyambut suaminya. Dia menyiapkan air teh serta singkong rebus, Yang dia ambil dari samping rumahnya. Abu Yayah tidak banyak bertanya terlebih dahulu, mungkin dia sangat paham dengan kondisi Mbah Abun, yang masih terlihat capek, sehabis perjalanan jauh. "Kita ke Tiban Durian Runtuh, ambu!" ujar Mbah Abun setelah keringatnya mulai surut, dia mulai mengawali pembicaraan. "Durian Runtuh bagaimana, Abaaah? kita kan sudah gak punya tanah, Yang ada pohon duriannya." Tanya Abu Yayah sambil mengerutkan dahinya, Mungkin dia merasa bingung dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. "Kamu tuh Kurang gaul, Ambuu! itu peribahasa orang kota. Artinya kita dapat untung besar." jelas Mbah Abun, sambil menatap lekat ke arah istrinya. "Untung besar bagaimana, Abah kan belum cerita. Bagaimana usahanya lancar, terus yang di plastik itu apa?" Ambu Yayah memberondong Mbah Abun dengan banyak pertanyaan. "Berkah, ambu! Bebek dari Jang zuhri, Abah belum bawa semuanya.,Masih ada 15 ekor lagi. Abah Tadi hanya kuat memikul 35 ekor. namun dengan bebek segitu, Abah sudah mendapat untung. bebek yang dibeli dari Jang juri seharga Rp200.000, hanya dengan 35 ekor uang itu sudah kembali. bahkan lebih Rp20.000. Ditambah bebek yang belum Abah bawa." jelas Bah Abun panjang kali lebar, dengan raut wajah sumringah, merasa bahagia dengan apa yang menimpanya. "Ya Allah, Abah! Syukurlah kalau begitu, semoga usaha Abah selalu dalam kelancaran, dengan hasil yang melimpah." Timpal Ambu Yayah yang ikut senang dengan keberhasilan suaminya. "Oh iya! Abah tadi beli kebutuhan dapur, sekarang kamu masak yang enak! kita rayakan keberhasilan kita." jelas Mbah Abun, sambil memberikan kantong plastik yang berisi belanjaan. Ambu Yayah pun dengan tersenyum menerima plastik itu, kemudian dia menyimpannya ke dapur. sekembali dari dapur terlihat Bah Abun sedang menghitung uangnya. "Nih! uang ambu, simpan lagi! Nanti kalau Abah butuh dan ada orang yang menjual hewan ternak, Abah pinjam lagi. dan yang ini buat bayar sisa uang yang kurang ke jang zuhri." ujar Bah Abun sambil memberikan uang yang sudah ia hitung, kepada istrinya. dan memasukkan uang buat bayar hutang ke dalam kantong celananya. Sore hari setelah selesai mandi, Mbah Abun pun sudah berangkat ke rumah zuhri, untuk membayar sisa Uang yang kemarin belum lunas. sambil mencari orang-orang yang hendak menjual hewan ternaknya. Beruntung Karena setelah dicari, Ternyata banyak orang-orang yang hendak menjual hewan ternaknya. karena biasanya para petani, mereka akan sayang memakan hewan peliharaannya, Berbeda kalau sudah jadi uang. Dengan cepat bah abun pun membeli hewan ternak para warga, sehingga dia memiliki tambahan untuk menjual bebek-bebek Zuhri yang tadi pagi tak terbawa. Keesokan paginya Mbah Abun pun sudah siap berangkat kembali ke kota. membawa bebek-bebek Zuhri yang kemarin tidak terbawa, ditambah dengan hewan ternak yang kemarin sore Mbah Abun beli daripara warga. Begitulah kehidupan Mbah Abun setiap hari, sorenya dia mencari hewan ternak yang dijual dari para warga. paginya dia pergi ke kota untuk menjual hewan ternak itu, sehingga lama-kelamaan Mbah Abun pun mulai terkenal kembali, sebagai Bandar Hewan ternak kampung. sehingga banyak orang yang menghubunginya, ketika mereka mau menjual hewan ternaknya. Bah Abun tidak harus repot berkeliling, mencari hewan yang hendak dijual. Dengan kegigihan yang dimiliki oleh bah Abun, kehidupannya mulai berangsur-angsur membaik. uangnya semakin bertambah. Mbah abun yang awalnya hanya Bandar hewan ternak berkaki dua ,akhirnya mulai meningkat ke hewan ternak berkaki empat, meski hanya baru menjadi bandar domba.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook