25 💕

1112 Words

Kalut, tapi masih waras pikirannya. Gazain membenarkan apa yang dikatakannya tadi. Gia itu memang sekedar tempat pelampiasan. Bukan iba atau cinta sebabnya. Hanya kebutuhan, tempat menyalurkan. Sekali lagi mereka berdua terkapar lelah di atas pembaringan, masih dengan napas naik turun belum kembali normal. Gazain mampu melakukannya. Dia menikmati membombardir Gia. Apa yang paling gila? Saat Gazain terus terang menatap puncak kenikmatan yang Gia dapatkan darinya. Layaknya air yang memancar, Gia pun melihat dan mengakui itu walaupun dengan gaya angkuhnya. Jadi mereka berdua memang sudah tidak lagi berbatas sama sekali. Tabir malu itu tidak ada lagi. Semua marah, semua kesal yang diciptakan Medina telah Gazain cambukkan kepada Gia. Kasar nafkah yang diberikannya, serampangan Gazain pakai k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD