Gazain menjalankan kendaraan dengan rasa jengkel yang sulit dihilangkan. Sebabnya pasti, Medina dan Gia sama-sama di kursi belakang. Mereka berbicara akrab sekali. Muak Gazain, serasa Medina masih marah kepadanya dan kini sengaja semua perhatian sang istri sepenuhnya untuk Gia. “Ada yang sakitkah?” tanya Medina memeriksa Gia lewat mata. “Aku tak apa,” sahut Gia lemah. “Tidak wajar berdarah saat hamil muda,” tepis Medina serius. “Katakan apa yang terjadi?” Gia menggeleng saja. Tak nyaman rasa di tubuh, pun perasaan karena sikap baik Medina. Padahal ia berharap Gazain saja yang datang. Terkaannya, pasti Medina dan Gazain tadi sedang bersama. Wajar jika lelaki itu tampak setengah hati membantunya. Bisa jadi juga ada pertengkaran di antara mereka sebelumnya, menilik bekas tangis di waja

