Gazain menang telak. Satu sisi dirinya berhasil memenangkan keinginan Medina untuk membantu Gia, sisi lainnya Gazain bisa membuat Gia merasa terusik lewat kehadiran mereka. Rasa-rasanya ia belum akan rela Gia bahagia. Segila-gilanya pikiran tiba-tiba singgah di kepala Gazain, berkeinginan ia mencumbu Medina di depan mata kepala Gia. Biar keangkuhan Gia musnah tak bersisa. Namun, jelas eksekusinya akan salah di kacamata agama. Tak mungkin disetujui Medina. "Nona ..." "Ya, Suamiku?" "Kala aku bicara, hadapkan dirimu dan lihat aku," pinta Gazain malas. Medina menoleh kepada lelaki bersisik di sampingnya, "Kamu lihat aku sedang memasak? Telingaku bisa mendengarmu, tapi tanganku bisa teriris kalau lengah dari pisau ini. Bukan berarti aku tidak menghargaimu, Suamiku.” Gazain gemas, serasa

