Prolog
Prolog
**
Hai guys!
Kenalin, aku Nasya Qanitah. Salam kenal semuanya…
Aku anak dari Mama Zahro dan Papa Azka, aku lahir secara normal dari rahim mamaku untuk yang pertama kali dalam hidupnya. Saat ini, terhitung 13 Agustus tahun 2000, aku telah hidup selama 20 tahun hampir ganjil 21 tahun di agustus nanti. Dalam kehidupanku, mama dan papa selalu mengajarkan untuk memperkenalkan diriku dengan baik dan sopan. Jadi aku sangat terbiasa memperkenalkan diriku terlebih dalam wawancara pekerjaanku saat ini.
Aku berdiri di hadapan tiga orang yang berprofesi sebagai HRD untuk wawancara pekerjaanku dalam posisi administrasi. Gemasnya, mereka tertawa saat aku mengatakan aku adalah anak yang pertama kali keluar dari rahim ibuku, setelahnya ibuku memberiku adik 3 orang. Aku memiliki tiga adik laki-laki, mereka semua tampan.
‘’Cukup perkenalannya, apa pekerjaan kamu sehari hari?” tanya HRD wanita dengan menatapku lembut. Akupun tak kalah bahagianya dan membalas senyumannya sebelum memberikan jawaban.
‘’Pekerjaanku belajar, mempelajari semua yang tidak aku ketahui dengan sangat keras. Aku tau, dalam tes IQ mungkin angka yang menunjukan kecerdasanku tidaklah banyak. Tapi aku adalah orang yang suka sekali berusaha, aku gemar mempelajari hal baru meskipun aku tidak mengerti sampai aku lelah dan akhirnya aku mengerti kesimpulannya.
Pekerjaan lainku juga menyelesaikan studi hingga SMA sekalipun orang tuaku menuntut untuk melanjutkan ke universitas.’’
‘’Kenapa tidak melanjutkan? Dan malah memilih bekerja disini?’’ tanya Hrd pria dengan raut penuh penasaran.
Lagi-lagi aku tersenyum dan menegapkan tubuhku yang duduk di atas kursi kayu sebelum aku menjawabnya.
‘’Aku melanjutkannya Bu, Pak. Aku melanjutkan studiku di perusahaan ini. Di perusahaan ini aku akan belajar banyak hal sembari memberikan baktiku pada perusahaan ini. Aku melanjutkan cita-citaku di sini, di perusahaan hebat ini. Dengan kemampuan belajarku yang tak pernah habis, aku yakin aku akan sangat membantu untuk menwujudkan visi misi perusahaan agar semakin nyata.
‘’Wah. Hebat sekali jawabannya. Oke, kami rasa sudah cukup wawancara hari ini. Silahkan kembali ke rumah dan tunggu email dari perusahaan kami.’’
‘’Siap pak, bu. Kalo begitu saya permisi. Teria maksih dan maaf sebelumnya. Selamat siang…’’
Aku mengundurkan diri dari ruangan dengan atmosfer sangat dingin, beberapa orang harus mau masuk ke ruangan itu hanya untuk menjawab pertanyaan yang sebenarnya tidak memberikan kepastian akan diterima atau tidaknya dia. Bahkan dalam ruangan bertuliskan hrd itu secara tidak sengaja, semua orang menggantungkan kepercayaannya pada profesi. Bukan pada Tuhan.
Huh, semenjak aku memasuki ruangan untuk wawancara, aku selalu berguman dan menyemangati diriku. Jika aku tidak mendapatkan pekerjaan ini. Itu artinya aku akan dapat pekerjaan yang lebih baik yang sudah Tuhan percayakan padaku.
Aku berjalan meninggalkan ruangan Hrd dengan pelan, mataku tak menemukan focus. Saat ini fokusku hanya bagaimana aku menghadapi kedua orang tuaku yang saat ini pasti tengah menahan emosi sebab aku meninggalkan tes perguruan tinggi dan memilih melakukan wawancara. Aishhh!