bc

Mimpi Menyesatkan

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
HE
sweet
office/work place
secrets
assistant
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan Canda tiba-tiba berubah karena sebuah mimpi, mimpi yang tidak pernah terfikirkan olehnya, mimpi yang pada akhirnya mengganggu kehidupan nyatanya, mimpi yang tak seharusnya hadir, karena dia sudah memiliki kekasih yang sangat menyayanginya..

chap-preview
Free preview
Vivid Dream
Pagi yang terlalu berantakan bagi seorang Canda yang prosentase keseriusannya hanya seujung kuku. Tidak biasanya sampai di kantor Dia langsung menuju kamar mandi, membasuh kembali mukanya yang sebenarnya sama sekali tidak kotor, mungkin sebenarnya isi kepalanya yang perlu dibersihkan. Sambil memandangi wajahnya yang kusut tanpa make up, kewarasannya masih mempertanyakan mimpinya semalam. "Bisa-bisanya ada mimpi begituan?, ini yang bikin skenario mimpi beneran nggak salah tulis?!" Tangannya menepuk-nepuk kedua pipinya, meyakinkan diri sendiri agar segera sadar.. "Oke, exhale... inhale... exhale... inhale". Setelah mengeringkan mukanya dengan tisu, Ia segera keluar kamar mandi, meskipun moodnya belum benar-benar kembali, tapi Ia tetap harus bekerja. Suasana kantor masih lumayan sepi, karena Canda memang sengaja bergegas berangkat demi melupakan mimpi konyolnya. Namun, nampaknya ini benar-benar hari sialnya, baru beberapa langkah dari kamar mandi, dia berpapasan sama tersangka perusak mimpi sekaligus perusak mood paginya hari ini.. Niat mau mundur masuk kembali ke kamar mandi tapi gengsi, tapi malu, gengsi tapi malu, malu tapi gengsi, au ah susah amat dideskripsikan.. Akhirnya dengan perasaan jantung mau copot dia berusaha menghadapi kenyataan berat yang ada di depannya, meskipun itu hanya perasaannya sendiri, semua karena mimpi sial itu. . Padahal bagi sesosok pria yang ada didepannya, itu adalah adegan yang 'B aja'.. "Pagi Pak Caraka?, mau ke kamar mandi yak?".. Sambil cengar-cengir menutupi kegugupannya. Pria bernama Caraka itu berhenti tepat didepannya, sangat dekat, membuat nafas Canda tercekat, sekuat tenaga menahan detak jantungnya supaya tidak meledak di depan pria yang "semalam" menjadi kekasihnya. Sampai akhirnya Caraka mengangkat tangan, menggerakkan telunjuk didepan Canda, "Saya mau bikin tumpeng" sambil tersenyum dan berlalu masuk ke kamar mandi pria. Seperti tersadar dari hipnotis, Canda segera menyuplai oksigen sebanyak-banyaknya, beberapa detik dia biarkan paru-parunya tidak bekerja. "Canda....?", tiba-tiba Caraka kembali keluar dari kamar mandi... Entah kesekian kalinya jantung Canda hampir lepas pagi ini.. "Kenapa Pak? sudah jadi tumpengnya?" Canda berusaha memecah kegugupannya dengan bersikap biasa, biasa nggak ada adab sama atasan. "Kamu kenapa mukanya kayak kunti gitu sih? pucet amat?!". Sebagai atasan Caraka cukup concern sama bawahannya. "Semalem habis ngasih makan vampir Pak, he hee... Semangat ya Pak?" "Semangat apanya?" "Bikin tumpengnya!" (Bisa aja biji ketimun) Canda kabur tanpa menunggu respon dari atasannya itu, kalo saja Dia tau senyum Caraka saat mendengar jawabannya, mungkin Dia pingsan di tempat. _____ Sampai di meja kerjanya, Canda mengomel dalam hati.. 'Nggak mungkin juga Gue kasih tau muka gue pucet gara-gara nggak pake make up, Gue nggak pake make up gara-gara lagi bad mood, Gue bad mood gara-gara mimpi buruk, Gue mimpi buruk gara-gara Dia merusak mimpi Gue, mimpi gue rusak jadinya gue bad mood, kalo gue bad mood jadi ga pake make up, kalo nggak pake make up gue jadi............Aduh ngomong apa sih Gue?!' Canda kembali menepuk-nepuk pipi untuk mengembalikan kesadarannya. Diambilnya peralatan make up, biar bagaimanapun hari ini dia harus ketemu klien, muka yang kata Caraka kayak kunti itu sama sekali tidak menunjang pekerjaannya. Untunglah nggak perlu ribet muka Canda sudah kembali glow up, dengan sedikit sentuhan, kecantikan bak filter Instragam sudah terpancar dari wajah mungilnya. . Sejenak melakukan peregangan, menarik otot-otot tubuhnya ke kanan dan kiri, di situ dia sadar belum ada siapa-siapa di kantor. Dilihatnya jam di tangan, ternyata masih jam delapan, artinya masih satu jam lagi jam kerja di mulai. "Pagi yang mubadzir" pikirnya. Mau ke pantry bikin kopi, tapi takut ketemu lagi sama atasan gaje disana. Candapun memutuskan mencari kopi diluar, untung kafe diseberang kantor sudah buka.. Canda memesan satu cup cappucino, sebagai pecinta kopi, dia cenderung menyukai semua jenis kopi. Pagi ini dia butuh sesuatu yang manis untuk menetralisir kekacauan pikirannya, semua karena mimpi yang terasa sangat nyata, sampai-sampai membuat paginya menjadi kacau balau. Sambil menunggu rekan-rekannya, Dia memilih berhenti di kafe itu, dan memesan tiramissu. Jantungnya masih belum siap jika harus berduaan di kantor dengan Caraka. Padahal hari-hari biasanya, hal semacam itu bukan suatu masalah, bahkan jika harus seruangan dengannya, tidak ada kata gugup ataupun malu bagi Canda. Sambil memainkan hape, Dia scroll scroll tidak jelas, hanya sekedar mengalihkan pikirannya dari mimpi semalam, sebelum tiba-tiba benda ditangannya itu berbunyi.. Ternyata orang yang sedari tadi memenuhi benak dan pikirannya itu menelpon..... Dia abaikan saja suara itu, sampai atasannya menelpon kedua kalinya, dia tidak berani untuk tidak mengangangkatnya, dia masih butuh kerja.. "Halo bosss...." Jawabnya sedikit malas.. "Halo, kamu di mana? bukannya tadi sudah di kantor!" Jawab suara diseberang. "Lagi beli kopi bos, diseberang kantor. Bos mau nitip? Lagian jam kerja masih lama, gabut sendirian di kantor". Canda mencoba menjawab senatural mungkin. "Bas bos bas bos, Kamu kenapa sih hari ini? aneh banget tau!" 'Iya ya, kenapa juga Gue jadi manggil bos?!' batin Canda, orang kalau lagi gugup memang suka nggak bisa kontrol diri.. "Ah anu, reflek aja, atau ini yang namanya situasional, kadang jadi Pak kadang jadi Bos. Pak Caraka sendiri kenapa kadang jadi Pak kadang jadi Bos?he hee.." "Kok jadi nyalahin saya?, kan kamu yang aneh. Ah bodo amatlah, kalo gitu pesenin saya cappucino, biar hilang stress saya gara-gara kamu". 'Kenapa harus cappucino?' dengus Canda yang hanya dibatin saja.. "Yaa Pakk!" Jawabnya asal-asalan. "Uangnya mana?" Ujar Canda basa-basi.. Tapi tiba-tiba dari belakang, seseorang menyodorkan uang seratus ribu ke arahnya, membuatnya kembali terkejut.. "Nihh..!" Caraka seperti berteleportasi dalam sekejap sudah sampai di samping Canda. "Astaghfirullahhal'adzim!!, Pak Caraka bisa lebih santui nggak sih?! ini jantung tidak dijual di toko terdekat". Lumayanlah, rasa gugupnya bisa ditutupi dengan pura-pura marah, meskipun sebenarnya memang sedang benar-benar kesal. "Eh, makanya fokus jadi orang, malah nyalahin orang lain. Buruan sana pesenin kopinya". Canda dengan kesal mengambil uang yang tadi di sodorkan, sedangkan Caraka duduk ditempat Canda.Melihat tiramissu di atas meja, cacing di perutnya pun meronta-ronta, seolah mengingatkan kembali bahwa mereka belum dikasih makan sejak semalam. Tanpa meminta izin sama yang punya, Caraka melahap dengan santai kue didepannya. "Kamu pesen kue aja pakai uang itu, anggap aja uang sendiri!". Ternyata makhluk satu ini memang menyebalkan. Untung cakep, untung bos.. Canda didepan kasir hanya merespon dengan cibiran yang Ia coba sembunyikan, se santai-santainya dia ke atasan, ternyata masih ada sedikit rasa takut tersimpan. Setelah menerima kopi pesanannya, Ia kembali ke meja, menyodorkan kopi ke Caraka, dan mengantongi uang kembaliannya.. Sambil menyeringai "Buat ganti cake nya kan?, lumayan buat makan siang?!". Ternyata amarah tidak berpengaruh pada kematreannya. Caraka hanya tersenyum meledek sambil geleng-geleng kepala. Entah bagaimana ceritanya, Canda yang pagi ini berusaha menghindari Caraka, justru berakhir ngopi bareng di kafe. Berkat Caraka yang segera membahas soal kerjaan, Canda jadi seperti kesurupan roh karyawan yang terobsesi naik jabatan. Setidaknya berkat percakapan itu Canda bisa sedikit memperbaiki moodnya. Mereka akhirnya kembali ke kantor bersama, karena harus meeting pagi dan baru selesai setelah tengah hari. Rasa lelah baru terasa, Canda menjatuhkan badannya di kursi, rekan-rekannya mulai bersiap istirahat, golongan extrovert saling memberi rekomendasi tempat makan siang yang seru, kaum mager seperti Canda lebih memilih memesan makanan online. Sekilas Canda melihat Caraka keluar kantor, setahu Canda, dari perbincangan rekan-rekannya, Caraka selalu makan siang bersama pacarnya, seorang selebgram yang juga pernah menjadi BA perusahaannya. Sebelumnya Dia tidak pernah peduli, hari ini hal semacam itu mulai berseliweran di benaknya. 'Bodo amatlah' pikirnya. _________ Hampir saja Canda tertidur di kursi, sampai tiba-tiba Dia dikagetkan oleh bestienya yang kebetulan juga bekerja di sana, namun di divisi berbeda. Pada jam-jam luang Ia kerap sekali mengganggu temannya itu. "Lu kalo lapar makan, jangan gangguin orang istirahat napa?!" gerutu Canda masih dengan mata terpejam. "Lu kusut amat tumben?!, kesambet penunggu pohon pisang?, eh tau nggak Da...?!" "Nggak tau". Tanpa peduli apa yang mau dikatakan Echa, Canda mencoba segera mengakhiri percakapan. "Denger dulu, hari ini ada kemajuan drastis dalam dunia Gue sebagai pemuja rahasia bos Lu, tadi pas gue kesini papasan sama Dia, tau nggak apa yang terjadi?! Dia sempet melirik Gue, jantung rasanya mau copot tau nggak, berdebar-debar, rasanya sampe setahun nggak bakal ilang sensasinya" Echa bercerita seolah-olah sedang melayang-layang saking senengnya. Dengan senyum sinis tanpa rasa berdosa Canda menjawab "Tadi pagi Gue ngopi bareng sama idola Lu". Lalu kembali memejamkan matanya, seolah-olah itu mata habis dipaksa bekerja melebihi kapasitasnya. "Order makanan gih, Gue lagi nggak ada energi buat keluar". Pintanya tanpa memperdulikan Echa yang baru saja Ia patahkan kebahagiaannya..

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook