7. Penyakit Rindu

361 Words
7.  Penyakit Rindu   Dengan penuh kesal, Risa mengikuti Arka dari belakang. Risa pikir, Arka akan mengajaknya pergi jalan-jalan ke mall, nonton, atau ke tempat ramai lainnya. Nyatanya, cowok itu hanya mengajaknya untuk memandangi ketenangan air danau saja. Benar-benar jauh dari dugaan. "Tadi kenapa nggak sekolah?" tanya Arka seraya mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di sana. Risa ikut mendudukkan tubuhnya di samping Arka. "Kenapa? Tumben nanyain?" "Jawab, Larisa." "Itu udah gue jawab." "Tapi nggak sesuai keinginan jawabannya." Berdecak. Risa memutar bola matanya malas. Berdebat dengan Arka tidak akan pernah membuatnya menang. Ia selalu kalah dalam hal itu. "Ada urusan penting." Arka menatap Risa seraya mengernyit heran. "Sejak kapan lo punya urusan penting?" "Semua orang punya urusan penting." "Contohnya?" "Penting buat bersikap peduli ke orang." Arka mengalihkan pandangannya kemudian menyandarkan punggungnya di sana. "Kok, jawaban lo nyeleneh, ya?" "Bodo amat." "Sekarang serius. Urusan penting lo apa sampai nggak masuk sekolah?" Risa mendengus kemudian ikut menyandarkan punggungnya. "Tadi nolongin temen dulu." "Temen siapa, sih? Sampai segitunya?" Risa menatap Arka dengan mata yang memicing heran. "Kok, tumben jadi bawel?" Arka membalas tatapan Risa. "Katanya pengen dipeduliin." "Kok, gue nggak ngerti?" Arka menghela napasnya seraya kembali mengalihkan pandangannya ke depan. "Gue banyak nanya karena gue mau tau. Gue mau tau urusan lo, berarti gue peduli sama lo. Lemot banget, sih." Risa menahan senyumnya. "Oh, jadi gitu ceritanya?" Arka tidak membalas, cowok dengan balutan kemeja biru dongker itu hanya menatap lurus ke depan. "Eh, kok, lo tumben ngajak jalan?" Arka menoleh seraya mengangguk kecil. "Iya. Sekali-kali jalan-jalan supaya nggak ribut terus." "Yang nyiptain keributan, tuh, elo." "Kok gue?" "Iya, lah. Kalo lo nggak bikin gue kesel, gue pastiin kita nggak bakalan ribut." "Emang gue suka bikin kesel?" Risa memutar bola matanya jengah. "Nggak tau. Senyadarnya aja, sih." "Ya, udah, gue nggak nyadar karena gue nggak ngerasa." Risa mendengus kesal. Arka memang selalu begitu, tidak pernah mau mennggakui kesalahannya. "Eh, tapi, beneran, deh, lo tumben banget ngajakin gue jalan." "Iya. Ada hal penting yang pengen gue omongin." Risa mengangkat alisnya seraya mengangguk kecil. "Oh. Tumben. Ngomongin apa emang?" Arka menatap Risa sebentar, setelahnya ia kembali mengalihkan pandangannya ke depan. "Gue kena penyakit." "Penyakit? Kok, bisa?" tanya Risa heran. "Penyakit apa? Kok ngasih taunya baru sekarang?" Arka menatap Risa dengan tatapan datar tanpa ekspresi. "Nggak ketemu lo di sekolah tadi, bikin gue jadi terkena penyakit. Penyakit rindu."   To Be Continue...  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD