49 - Bayaranmu

1431 Words
            “Bukankah ke arah sini, Zeth?” tanya Syville pada Zeth yang saat ini masih berusaha untuk keluar dari dalam hutan setelah berpisah dengan Aezolux sebelumnya.             Zeth menganggukkan kepalanya. “Seharusnya dengan berjalan lurus saja kita sudah sampai di tempat kita berpisah dengan Key sebelumnya … tapi aku tidak sadar kalau tempatnya lebih jauh dari yang kubayangkan.”             Syville terus menggenggam tombaknya dengan waspada, khawatir seseorang … tidak, sesuatu yang bernama Aezolux ini kembali muncul di hadapannya. Ia masih tidak bisa memaafkannya karena menggunakan senjata yang terlihat sangat mirip dengan tombak yang selalu kakaknya gunakan ketika bertarung.             Akhirnya, setelah berjalan kurang lebih beberapa menit mereka berhasil keluar dari hutan itu. Zeth dan Syville langsung menyebarkan pandangan mereka, tidak melihat siapa pun di sekitarnya. Sepertinya Jura dan Lucius bertarung di tempat lain, tetapi seharusnya Key berada tidak terlalu jauh dari tempat ini.             “Aku akan mencari ke sebelah sana, Zeth,” kata Syville terdengar khawatir sambil menunjuk ke arah selatan.             “Kalau begitu aku ke arah sebaliknya. Kau masih memiliki pin yang ada di dunia ilusi Jorxas itu, ‘kan?”             Syville mengambil sesuatu dari sakunya dan memperlihatkan pin ‘anggota Kementrian Sihir’ pada Zeth. “Tentu, aku akan memberi tahu lokasiku ketika melihat Key, Jura atau Lucius. Kau juga, ya?”             Zeth menyelesaikan pembicaraan mereka berdua dengan anggukkan singkat. Kemudian mulai mencari keberadaan Jura dan yang lainnya. Untung saja, belum terlalu lama Zeth mulai mencari, ia melihat Jura yang berlari dengan wajah khawatir ke arahnya.             “Zeth! Zeth! Kau tidak apa-apa?” tanya Jura masih dengan napas yang tidak teratur. Ia memeriksa seluruh tubuh Zeth dari ujung kaki sampai ujung kepala. Setelah melihat tidak ada luka yang serius, akhirnya ia mendesah lega.             “Bagaimana denganmu, Jura? Apa kau terluka?” tanya Zeth balik.             “Aku baik-baik saja. Tapi aku dapat kabar kalau Key terluka parah,” jawab Jura. “Apa kau melihatnya? Bagaimana dengan Syville?”             “Key terluka parah? Lalu … kau dapat kabar dari siapa?” tanya Zeth bingung.             “Itu … ah, aku akan menjelaskannya nanti setelah kita semua berkumpul bersama. Kita juga harus mencari Lucius secepatnya … aku khawatir dengannya.”             Zeth melihat pin yang ada di tangannya. Aliran Mana Syville belum terasa dari pin itu, berarti Syville masih belum menemukan Key atau Lucius. “Syville sedang mencari Key dan Lucius di arah selatan, dan aku memintanya untuk menggunakan pin ini jika bertemu dengan mereka.”             Jura menepuk tangannya sekali seakan baru sadar. “Benar juga! Kemari, biarkan aku mencari mereka … aku bisa menggunakan sihir untuk menemukan lokasi seseorang yang memiliki pin ini juga. Tunggu sebentar,” katanya cepat kemudian menggenggam erat pin yang ada di tangannya. Beberapa detik ia terdiam dan terlihat memfokuskan pikiran dan aliran Mananya pada pin itu. Zeth hanya bisa bergerak canggung di tempatnya menunggu Jura.             Ia tidak tahu dari mana Jura mengetahui kalau Key terluka parah, dan Lucius yang kemungkinan sedang berada dalam masalah. Semoga tidak terjadi hal yang membahayakan mereka berdua.             “Aku tahu di mana Syville, Key dan Lucius. Lucius berada jauh dari sini, untung saja Syville sudah berada di dekat Key. Tetapi, aku bisa merasakan kalau Key dan Lucius tidak bergerak sedikit pun …” kata Jura semakin khawatir, wajahnya terlihat pucat. “Ayo kita pergi menemui Key terlebih dahulu.”             Zeth hanya mengangguk dan berlari mengikuti Jura di belakangnya dengan menggunakan Aero, sehingga mereka bisa sampai di tempat Key dan Syville lebih cepat.             .             .             Apa yang Jura dan Zeth bayangkan ternyata tidak seindah kenyataannya. Syville yang pertama kali menemukan Key berusaha untuk membersihkan lukanya terlebih dahulu. Saat mereka berdua sudah sampai, dengan cepat Jura langsung mengalirkan tangannya dengan sihir untuk menyembuhkan luka di tubuh Key.             Lukanya sangat mengerikan, terlihat jelas bekas sayatan di seluruh tubuhnya. Bahkan warna baju Key yang berwarna biru kalah dengan bercak darah yang membasahi seluruh tubuhnya. Terlihat jelas dadanya telah ditusuk oleh pedang, dan rasanya seperti keajaiban kalau saat ini Key masih hidup.             Ketika menemukan Key pertama kali, hal yang menarik perhatian Syville adalah pedang yang menancap di perut Key. Untung saja Jura datang tidak lama kemudian dan langsung menarik pedang itu, kemudian menggunakan sihir agar Key tidak terlalu kehilangan banyak darah.             “Untung saja pendarahannya berhenti sebelum keadaannya lebih parah,” gumam Jura pelan. “Tetapi dengan sihirku saja tidak akan bisa menyembuhkannya secara menyeluruh. Kita harus merawat luka Key di tempat yang lebih nyaman …”             “Kita harus menemukan desa atau kota secepatnya kalau begitu …” kata Syville pelan. “Tapi aku tidak melihatnya di mana pun. Sepertinya kita harus berjalan lebih jauh.”             Jura mengusap dagunya berpikir. “Membawanya juga akan sedikit sulit. Aku khawatir dengan sedikit gerakan saja, tulangnya yang patah bisa merusak bagian dalam tubuhnya yang lain …”             “Bagaimana dengan Lucius?” tanya Zeth.             “Dia terlalu jauh dari tempat ini … Sebentar, aku akan memeriksanya lagi,” kata Jura cepat sambil mengalirkan Mananya pada pin yang ia pegang. Tetapi, beberapa detik kemudian ekspresinya berubah seketika.             Melihat hal itu, Syville dan Zeth bertanya dalam waktu yang bersamaan, “Apa yang terjadi?”             Jura langsung berdiri dari posisinya yang duduk di sebbelah Key dengan wajah yang terlihat sangat panik. Tiba-tiba saja ia menciptakan pelindung magis yang cukup untuk melindungi dirinya dan yang lainnya. Suara ledakan yang sangat keras terdengar beberapa detik setelah Jura selesai menciptakan pelindung magis itu.             Debu yang berterbangan di sekeliling mereka menghalangi pandangan Zeth setelah ledakan itu. Akhirnya, sebuah … makhluk(?) monster(?) yang seluruhnya dikelilingi oleh aura hitam terlihat setelah debu yang menghalangi pandangan Zeth mulai menghilang.             Beberapa detik tubuh Zeth tidak bisa bergerak karena aura yang dipancarkan oleh makhluk itu. Terlihat dengan jelas kalau cakarnya pada kaki(?) dan tangannya(?) sangat panjang, selain itu, yang terlihat hanyalah aura hitam yang menyelimutinya, dan dua titik merah bercahaya yang kemungkinan adalah mata yang menatap tajam pada Zeth dan yang lainnya.             Secara refleks Zeth langsung menarik Syville ke belakangnya dan berdiri di dekat Key yang masih belum sadar. Dari sampingnya, terlihat jelas kalau tubuh Jura sedikit bergetar dan kedua matanya terbelalak tidak percaya melihat sesuatu yang baru saja muncul di depan mereka ini.             Terdengar napas yang sangat mengerikan dari arah makhluk itu. Kemudian, yang lebih membuat Zeth dan yang lainnya terkejut adalah, terdengar suara yang sangat mengerikan yang terdengar berasal dari dunia lain, memanggil, “Ju … Jura …”             .             .               Suara senjata yang saling berbenturan itu tidak kunjung berhenti. Keadaan di sekitar tempat itu sangat mengerikan, banyak rumput dan pepohonan yang mengering mati karena terkena aura dari dua orang yang sedang bertarung secepat kilatan cahaya itu.             Harus lebih cepat … harus lebih cepat dari sebelumnya! Sahut Lucius dalam hati. Harus lebih kuat dari sebelumnya! Kenapa!? Kenapa Dravelux belum kelelahan juga?             Seluruh tubuh Lucius serasa terbakar. Kepalanya mulai berkabut karena bisikan yang terdengar seperti nyanyian kematian yang terus bergema di kedua telinganya. Jantungnya berdegup sangat kencang, rasanya seperti akan meledak jika ia tidak mengalahkan Dravelux sekarang juga.             Iblis yang berada di dalam tubuhnya berteriak kelaparan dan terus memakan jiwa Lucius begitu cepat sampai pikirannya mulai menggila. Tetapi dengan memberikan rasionalitasnya, gerakannya dan kekuatannya untuk menyerang Dravelux semakin cepat dan kuat. Akhirnya … akhirnya ia merasa kalau Dravelux mulai terpojok.             Akhirnya, belati yang rasanya seperti kobaran api itu berhasil menusuk Dravelux tepat di jantungnya. Aura yang mengelilingi Dravelux menghilang seketika, darah langsung keluar dari mulutnya.             “Ha … Hahaha!” anehnya, Dravelux mulai tertawa sambil melihat belati yang masih menancap di dadanya. “Kau memang tidak pernah mengecewakanku, Lucius.”             Awalnya Lucius ingin membalas, tetapi ia memilih untuk menyimpan tenaganya dan sesegera mungkin menghabisi musuh yang ada di depannya ini. Dengan cepat ia kembali menarik belatinya, dan menusukkannya pada leher Dravelux, membuatnya untuk secepat mungkin meninggalkan dunia ini.             Mata Dravelux yang berwarna perak menatap lurus ke arahnya, senyuman yang memperlihatkan giginya terlihat jelas di wajahnya. “Se … secepat itukah, kau ingin kembali?”             d**a Lucius kembali sakit. Ia harus kembali pada Jura dan yang lainnya secepat mungkin.             “Ber … berpikir untuk kembali dengan memperlihatkan wujudmu yang … seperti itu?” kata Dravelux. Kenapa? Meski Lucius sudah jelas menusuknya di tenggorokkannya agar ia tidak bisa berkata apa pun, kenapa ia masih bisa berbicara?             “Kau, hanyalah sebuah bayangan yang tidak akan bisa kembali padanya.”             Kali ini, bukan suara Dravelux yang terdengar, tetapi sebuah suara yang berada jauh di dalam dirinya. Suara yang selalu ia dengar ketika sebagian jiwanya kembali hilang.             “Kau telah mencapai batasmu,” suara itu kembali terdengar.             “Diam,” kata Lucius sekuat tenaga. “Aku akan kembali padanya.”             Tawa pelan memenuhi pikirannya. “Kau telah kehilangan kekuatanmu, dan juga identitasmu.”             Jantung Lucius kembali terasa sakit. Pandangannya menjadi semerah darah.             “Ini bayaranmu karena telah menjual jiwamu demi kekuatan yang selama ini kau inginkan. Jiwamu sudah terlahap seutuhnya.”             Lucius menggigit bagian bawah bibirnya, berusaha untuk mengembalikan kesadarannya. “Jura … aku akan kembali padamu secepatnya.”             Tidak ada perkataan apa pun yang didengar oleh Lucius setelahnya. Pandangannya hanya berubah hitam pekat seutuhnya, dan tubuhnya seperti jatuh ke dalam kegelapan yang abadi. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD