Ketenangan Berakhir

1049 Words
Meskipun Ethan memintaku untuk istirahat, tapi aku tak bisa melakukannya karena terlalu penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi. Berjalan keluar rumah, aku bertemu dengan Caleb yang menahanku. “Tuan Ethan meminta saya menjaga anda dan memastikan anda istirahat,” katanya sambil membungkuk, memberiku penghormatan. “Dimana dia sekarang?” “Nyonya, saya tidak berani melawan Tuan. Saya….” “Caleb, kau jangan takut. Aku akan pastikan kau takkan mendapat hukuman darinya. Jadi sekarang, katakan dimana dia?” Sesaat ia menatapku dengan mata berkilat sebelum akhirnya ia menunduk sambil menghela napas berat. Pasti sulit melawan perintah Ethan yang sudah memasukkannya ke kandang kambing, tapi ia pun tak bisa melawanku. “Tuan ada di tepi sungai. Beliau sedang memburu Rogue yang berhasil masuk ke tempat ini,” katanya dengan suara bergetar. “Rogue?” “Lapisan pelindung tidak menutup sejak kita masuk ke desa ini,” jawabannya membuatku terkejut. Saat itu aku terlalu bersemangat sampai tak memeriksa apakah lapisan pelindung yang dibuat ibu kembali menutup atau tidak. Aku segera ke tepi sungai dengan langkah terburu-buru. Tidak ada satu werewolf pun yang ada di luar rumah kecuali Caleb. Aku yakin Ethan yang menginginkan agar anak itu tidak masuk rumah dan tinggal bersama denganku. Ethan sangat cemburu dan itu baru kuketahui. Aku jarang berbicara dengan lelaki selain Ethan dan Mr. Max selain mendiang ayah dan beberapa pelayanku. Suara geraman terdengar cukup dekat tapi saat aku menoleh, tak ada siapapun. Aneh sekali, tapi mungkin itu geraman werewolf yang sedang menikmati makanannya. Desa dan tepi sungai jaraknya hanya sekitar lima puluh meter, namun untuk mengetahui apakah lapisan pelindung menutup sempurna atau tidak, aku harus berada di tepi sungai karena lapisan pelindung dimulai dari tengah sungai. Rasanya aneh ada Rouge yang bisa masuk tempat ini mengingat setengahnya sungai itu sangat dalam dan arusnya juga cukup deras. Tapi jadi tidak aneh kalau mengingat semalam pasti orang-orang sibuk mencariku. “Ini semua karena aku,” sesalku. Geraman werewolf kembali terdengar dan kali ini benar-benar sangat dekat sampai bulu kudukku meremang. Aku menoleh dan tiba-tiba saja aku diserang hingga aku terjatuh telentang dengan Rouge abu-abu yang kini menindih dan mencakar dadaku dengan cakaran yang panjang. Sedetik kemudian Rouge itu terjengkang saat Ethan menyerangnya. Werewolf lain segera menyerang Rouge yang bertubuh kurus dengan bulu-bulu yang begitu jelek dan kusam. Darah merembes melewati baju yang terkoyak bekas cakarannya. Sudah sangat lama aku merasakan luka seperih ini. Aku bahkan tak mampu mengangkat tubuhku sendiri. Rasa sakit dan panas itu membuat air mataku menetes. “Ethan.” Aku terisak saat Ethan membopongku. “Ella bertahanlah. Aku akan menyelamatkanmu!” Wajahnya begitu tegang, terlihat jelas kalau dia sangat mengkhawatirkanku. Aku menahan diri untuk tidak mengeluh sakit meskipun rasa perih itu sampai membuat kepalaku seakan mau meledak. Ethan meletakkanku di atas ranjang. Dengan hati-hati ia menggunting bajuku, bekas cakarannya tampak sangat jelas. Luka memanjang secara horizontal tepat di atas dadaku. “Bagaimana kalau lukanya membekas, Ethan?” Aku tak ingin ada bekas luka di tubuhku. Ethan menggenggam pisau lipat lalu mengiris telapak tangannya, darahnya mengucur ke lukaku yang menganga. Aku mengerang saat tetesan darah itu mendarat di lukaku yang masih sangat basah. Kedua tanganku mencengkeram kain seprai dan aku menggigit bibirku sendiri untuk menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. “Darahku akan membuat lukamu cepat mengering dan menghilang. Aku takkan membuatmu memiliki bekas luka, Mate.” Ethan memelukku setelah selesai mengobati lukaku dengan darahnya. Tubuhku lunglai tak berdaya dan membiarkannya memeluk serta menciumi wajahku. Luka itu perlahan menutup secara ajaib, meskipun tak secepat para werewolf yang lukanya sembuh dengan sendirinya. Rasa sakit pun berangsur-angsur menghilang namun tubuhku masih lemas akibat kurang istirahat dan mungkin karena shock setelah mendapat serangan secara mendadak. “Benar-benar tak membekas,” ujarku sambil melihat bekas cakaran yang ada di atas dadaku. Ethan tersenyum dengan mata penuh kilat nakal. Tentu saja karena aku dalam kondisi shirtless. Ia menyentuh kulit yang tadi terkena cakaran, sentuhannya yang ringan membuat darahku berdesir. “Oh Ethan.” Aku memejamkan mata, menikmati sentuhannya yang membuatku merasa dipuja. Pemujaan itu berlangsung sangat sempurna. Dia adalah lelaki sempurna yang sangat pandai memujaku dan membawaku ke puncak dunia bahkan berkali-kali. Ia mendekapku sambil menikmati sisa-sisa kesenangan kami. Napasku masih memburu, bersaing dengann Ethan yang masih terengah-engah. “Tidurlah, Mate. Aku akan menjagamu,” ujarnya sambil tersenyum. “Kau tak lelah, Ethan?” “Aku bisa melakukannya berkali-kali kalau aku mau dan tanpa lelah, tapi kau butuh istirahat,” ujarnya sambil membelai punggungku. “Aku tidak lelah. Aku ingin melakukannya sekali lagi. Kumohon,” Permohonanku membuatnya menggeram dengan geraman yang sangat seksi. *** Aku keluar kamar setelah tidur beberapa jam. Aku merasa segar mood dan staminaku sangat baik. Ethan sedang mengajar anak-anak tentang kehidupan para werewolf. Mereka belum bisa bertransformasi menjadi wolf, namun bukan berarti mereka tidak bisa diajari seperti apa kehidupan werewolf. Bagaimana kita hidup berdampingan dengan manusia. Aturan-aturan apa yang harus mereka ikuti. Dan banyak hal yang harus mereka ketahui. Ethan sangat keren saat mengajar. Anak-anak terlihat begitu senang, karena Ethan lucu dan menyenangkan. anak-anak banyak tertawa, membuatku ikut tertawa dan Ethan melihatku, ia tersenyum dan itu membuatku merasa wajahku memanas. Ethan mewujud menjadi wolfy. Anak-anak bertepuk tangan lalu berlari mendekatinya. Mereka berebut ingin naik ke punggung wolfy. Mereka sangat lucu sementara wolfy menjadi tak berdaya. Aku semakin tertawa keras hingga perutku terasa kaku. Tiba-tiba wolfie mewujud kembali menjadi Ethan. Tawa ceria yang tadi tampak di wajahnya, berubah menjadi tegang bahkan rahangnya mengeras. iya mengakhiri kegiatan belajarnya, tawa ceria anak-anak pun hilang. Mereka pergi dengan penuh kecewa. Aku hendak mendekatinya untuk bertanya mengapa ia mengecewakan anak-anak. Namun saat Mr Smith tiba-tiba datang menemuinya, aku pun mengurungkan niat dan hanya berdiri dari kejauhan sambil mengamati pembicaraan mereka yang tampak sangat serius. Setelah itu Mr. Smith pergi dengan terburu-buru. Ethan mendekatiku masih dengan wajah yang begitu sedih dan kemarahannya juga kurasakan. "Apa yang sebenarnya terjadi, Ethan?" langkahnya lebar, membuatku setengah berlari untuk mengimbangi langkahnya. "Ella, kita harus kembali ke Blue Moon Pack. Kita diserang habis-habisan." Ia berhenti di depan sungai. "Siapa?" Bagaimana bisa pack yang begitu kuat diserang habis-habisan. "Red Moon Pack," desisnya. Tak lama kemudian para werewolf dan juga Caleb berkumpul bersama Mr. Smith. Aku segera membuka lapisan pelindung. Dua werewolf memasang jembatan agar kami bisa melewatinya. Para Werewolf berubah menjadi wolf lalu melewati jembatan untuk kembali ke Blue Moon Pack. Aku ada di punggung wolfy yang berlari sangat kencang. Bahkan jauh lebih kencang dari saat kami menuju Desa Herrai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD