Ulang Tahun

1014 Words
Aku menatap Bowie mount yang terlihat dari balkon kamar. Di balik gunung dan hutan Darkforest, kastil Madamoissale berada. Kebahagiaan di tempat ini tetap tidak bisa menghapus jejak kastil itu dari ingatanku. Aku penasaran, bagaimana keadaan Redrick dan pekerja-pekerja yang lain. Aku menangkupkan kedua tangan, meminta Tuhan untuk menjaga orang-orangku sampai aku siap menjemput mereka. Aku harus menguasai kemampuan sihir sebelum melakukan itu semua. Aku mencoba dengan segala cara, tetapi sihir itu tidak muncul sesuai yang kuinginkan. Sesekali keajaiban terjadi, tetapi aku tidak tahu sebenarnya dengan cara apa sihir itu berfungsi. Ethan kembali sibuk bekerja, kembali membantu Mr. Alex mengusir rogue yang semakin gencar melakukan aksi mereka. Sebagian sisi pack ini bahkan sudah dikuasai, membuat Ethan tidak tidur semalam. Nanti malam aku berulang tahun yang ke sembilan belas. Bukannya aku menginginkan sesuatu yang lebih, hanya saja kuharap setidaknya nanti malam Ethan menemuiku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Tahun lalu, ayah mengadakan pesta ulang tahunku dengan meriah bersama para pekerja. Tahun ini … aku mengembuskan napas. Sungguh terlalu jika aku mengharapkan sesuatu sementara segalanya berubah buruk. Matahari kian meninggi, segalanya menjadi terasa hangat. Kuhirup udara dalam-dalam, kupejamkan mata dan kudengarkan burung-burung yang bersenandung. Jika boleh meminta, aku ingin Redrick dan semua pekerjaku sehat. Aku ingin mereka baik-baik saja sampai aku bisa menjemput mereka dan membawa mereka ke tempat yang aman. Seseorang melingkarkan kedua lengannya di sekitar pinggangku, membuatku terlonjak kaget. Ethan meletakkan dagunya di pundak kiriku, wajahnya kusut dan kelelahan tampak jelas di kedua matanya. “Sebentar saja, aku ingin memelukmu. Ella, selamat ulang tahun.” Ethan menunjukkan sebuah kotak kecil berwarna biru, saat kubuka ternyata berisi cincin platinum dengan berlian kecil di tengahnya. Ini kejutan yang luar biasa. Dulu aku mencibir ekspresi tokoh wanita yang menurutku sangat berlebihan saat tokoh lelaki memberinya hadiah. Tapi sepertinya aku justru lebih buruk dari itu. Aku tersenyum bahagia, ternyata Ethan ingat ulang tahunku. “Tapi bagaimana kau tahu?” Aku belum pernah menceritakan soal kapan aku ulang tahun kepadanya. “Suaramu nyaring di kepalaku.” Ucapan Ethan membuatku memutar badan, sedikit menelengkan kepala sambil menyipitkan mata. Aku tak mampu meredam tawa, hal yang paling menyebalkan adalah karena Ethan bisa mendengar suara hatiku. “Kau curang.” Aku menggigit bibir bawah. Kedua lenganku melingkar di pinggangnya. Ethan tertawa sambil mendongak, menikmati sentuhan cahaya matahari yang benar-benar hangat. Aku memeluknya erat, menikmati siang yang semakin hangat karena Ethan. Ethan menarik daguku hingga kedua mata kami beradu. Wajahnya yang terkena sinar matahari, membuatnya seperti seorang malaikat dalam hidupku. Ia memagut bibirku lembut, membuat kedua tanganku melingkari lehernya, menikmati cecapan lembut dan sangat memabukkan, membiarkannya menarik pantatku dan membopongku masuk kamar sembari membelitkan lidah kami. Pesta ulang tahun yang sangat sempurna. Aku berbaring di sebelah Ethan yang terlelap, menikmati sisa-sisa kebahagiaan yang baru kami reguk bersama. Kupandangi jemari yang kini berhias cincin yang tampak seperti cincin kawin, membuat senyum tak mampu kuredam. “Maafkan aku, hanya bisa memberimu cincin biasa. Tadinya aku ingin memesan cincin indah, tetapi kau tahu pekerjaan membuatku tak punya banyak waktu.” Ethan menggeram, ia menarikku ke dalam pelukannya. “Tidak, Ethan. Ini sempurna.” Aku mengecup bibirnya, mengucapkan rasa banyak terima kasih melalui sentuhan bibir yang ringan dan lembut. “Aku sudah minta cuti. Malam ini aku ingin menghabiskan waktu hanya bersamamu.” Senang rasanya bisa kembali menikmati saat-saat berdua, terutama untuk merayakan hari lahirku. Terima kasih, Ethan yang begitu peduli padaku. Tidak ada yang bisa kuberi selain cinta dan pengabdianku selamanya. “Ayolah, Ella. Memangnya apalagi yang kuinginkan darimu, Sayang.” “Ethan, berhentilah membaca pikiranku.” Aku merengut sementara Ethan memutar bola mata sambil tertawa. Aku hendak memukul pundaknya namun Ethan malah mencekal lenganku dan menarikku dalam pelukannya. *** Mengenakan baju kasual, kaos dan celana panjang, aku dan Ethan berjalan di tengah kerumunan. Mata-mata memandang kami, kini sudah bukan menjadi masalah. Bahkan sesekali aku sengaja mengerling mereka, membuat mereka segera membuang muka dan itu sangat menyenangkan. “Ella, kau mau apa?” Ethan sangat tampan sekalipun hanya mengenakan kemeja garis-garis biru dan celana jins. Aku memeluk lengannya erat, seperti wanita-wanita rapuh yang selalu ingin perlindungan dari lelaki mereka. “Aku hanya ingin berjalan denganmu … Ethan, ini romantis sekali.” Kami menghabiskan malam yang sempurna dengan jalan-jalan dan nonton bioskop. Rasanya aneh sekali karena hanya ada kami berdua di bioskop, tetapi sungguh aku tidak ingin tahu alasan mengapa hanya ada kami berdua. Menikmati popcorn serta minuman bersoda, namun akhirnya hanya berakhir dengan ciuman dan membiarkan film berputar tanpa ditonton sampai habis. Suasana yang sangat mendukung. Lagipula kami hanya remaja biasa yang sedang jatuh cinta. Jadi sangat wajar kalau kami berciuman dan saling menyentuh dan saling menggoda. Kami kembali berjalan, melewati toko-toko yang mulai tutup. Beberapa orang merubah diri menjadi wolf lalu berlari sangat cepat. Sesekali kami bertukar senyum dan berciuman. Meski malam, rasanya segalanya terlihat begitu terang. Lentera hidupku ada bersamaku dan segalanya pasti baik-baik saja. “Apa kau bahagia, Ella?” “Tentu saja. Kau tahu Ethan, kau membuatku bahagia seperti orang gila. Kau, Tuan penguntit, Tuan sok tahu, Tuan werewolf. Kau membuatku seperti bocah mendapat permen raksasa.” Ethan tertawa terbahak-bahak, membuatku kembali tersenyum sambil menggigit bibir bawah. “My mate, kau membuat jantungku berhenti.” Ethan menyentuh d**a kirinya, membuatku tertawa. “Kau pasti tahu apa yang kurasakan. Ethan, bersamamu itu seperti mimpi yang menjadi nyata. Apa kau tahu maksudku?” Aku meraih kedua tangannya, memasukkan jari jemariku ke dalam jari jemarinya yang besar. “Kau, wanita paling gombal yang pernah kutemui, Ella.” “Apa kau baru tahu, Tuan melankolis.” Jangan tanya berapa banyak sebutan yang kuberikan kepada Ethan, tetapi sebutan-sebutan itu selalu muncul begitu saja setiap kali kami berbicara. Ethan mendekatiku, tetapi aku tidak membiarkannya mendekatiku. Aku mundur sementara ia maju selangkah demi selangkah. Aku mengumbar senyum, membuatnya menutup mulut, membungkam tawa yang siap meledak. Aku mendongak, menatap bulan yang terlihat sangat besar dan terlihat seolah sangat dekat. Tiba-tiba dadaku terasa sangat sakit, seperti diremas-remas. Membuatku mencengkeram kaos dan menunduk. “Ella, kau kenapa?” Ethan mendekati dan menahan tubuhku yang siap ambruk. Aku mengatur napas dan berusaha mengenyahkan rasa sakit yang begitu menyiksa dadaku. Beberapa saat kemudian, rasa sakit itu menghilang begitu saja. Aku mencengkeram lengan Ethan dan memintanya membawaku pulang. Ethan mengangkat tubuhku dan membopongku menuju tempat tinggal kami.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD