Ciuman Penenang

1207 Words
Tindakanku diketahui hampir oleh seluruh werewolf di ruangan ini. Sihir itu pula yang membuat mereka tidak lagi memandangku rendah. Mata-mata mencemooh, kini berubah menjadi mata-mata ketakutan. Bukan jenis tatapan yang kumau, akan tetapi kurasa ini jauh lebih baik daripada penghinaan-penghinaan yang sering mereka lontarkan. “Calon Luna kita seorang penyihir, sulit dipercaya.” “Jaga bicaramu atau dia menyihirmu menjadi katak.” “Ssst, tutup mulut kalian!” Bisikan-bisikan itu terlalu keras hingga terdengar di telingaku. Berdiri di tengah pesta penyambutan, menjadi pusat perhatian karena aku penyihir dan di tengah bangsa werewolf, percayalah bahwa ini bukan hal yang menyenangkan. Mata-mata penuh selidik, mulut-mulut saling berbisik, semua terarah padaku. Akan tetapi saat aku membalas tatapan mereka, mulut mereka terkatup, kepala mereka menunduk. Mereka takut padaku, mereka takkan berani macam-macam denganku. “Rachella, sebaiknya kita pergi dari sini.” Ethan menarik pergelangan tanganku, mengajakku meninggalkan orang-orang yang kembali menatap kami. *** Ethan memandangku dengan dua alis mengkerut, tangannya sibuk mengusap rahangnya yang mulai bercambang. Aku yakin sejuta pertanyaan muncul di benaknya. “Apa kau sekarang percaya, Ethan.” Rasa terkejut masih belum lepas dariku, sekalipun ini sudah dua kali kulakukan. Ini benar-benar gila, jauh lebih gila daripada saat mencium Ethan pertama kali. Kupandangi dua tanganku, dengan senyum bahagia karena kini aku tahu siapa jati diriku. Menjadi penyihir adalah sebuah berkah. Ini keajaiban nyata. Aku yakin suatu saat aku bisa menyihir dengan lebih baik dan bisa saja aku bisa menandingi Esperanza. “Ethan, apa vampire hidup di dunia ini? dwarf, elf, troll, apakah mereka juga ada di dunia ini?” Aku terlalu bersemangat sampai tawa Ethan meledak, bahunya berguncang hebat hingga membuatku mencibirnya. Namun sangat masuk akal jika aku penasaran dengan ke-eksis-an makhluk fantasi lain di dunia ini, jika werewolf dan penyihir ada, maka bisa saja mereka semua juga ada. Ethan menerawang cukup lama, membuatku sebal menunggu jawabannya. Ia terkekeh sambil setengah menunduk, tatapan geli yang terpancar jelas di kedua matanya membuatku merengut. “Hei Tuan werewolf, apa kau tidak takut padaku. Aku penyihir.” Ucapanku kali ini justru makin membuat tawanya menjadi-jadi, yang akhirnya membuat tawaku ikut meledak. Ethan memelukku erat dan mengusap punggungku lembut. Aku mencium aroma yang menguar dari bahunya, begitu harum. Segalanya seolah menghilang dan hanya ada Ethan seorang jika hanya bersamanya. Dunia ini gila tetapi bersama Ethan, jauh lebih gila lagi. “Tunjukkan sihirmu.” Ethan memandangku dengan dua tangan berada dalam saku celananya. Menungguku mengeluarkan sebuah keajaiban dari dua tanganku. Aku memandang sekitar, taman labirin dengan lampu besar menerangi tempat ini. Air mancur tiga tingkat mengalirkan air jernih, mengeluarkan suara kecipak air yang begitu menyenangkan. Ini sempurna. “Kupikir, aku bisa menghentikan air itu.” Kutunjuk air mancur, Ethan mengikuti arah telunjukku. Satu alisnya terangkat, bibirnya mengkerut, tak percaya bahwa aku bisa melakukannya. Akan kubuktikan bahwa aku bisa. Cukup dengan berpikir jernih, fokus membayangkan bisa menghentikan air yang mengalir. Semudah itu. “Masih bergerak.” Ethan mencibir, ia menahan gelak tawa. Aku memicingkan mata, sekali lagi berusaha menunjukkan kemampuanku. Aku sudah melakukan seperti yang kulakukan tadi pagi, bahkan mataku terasa panas karena tidak berkedip cukup lama, tetapi air masih tetap saja mengalir. Aneh sekali. Kurasa tidak mudah mengeluarkan sihir. “Apa benar kau bisa sihir, Mate.” Ethan kembali mencibirku, suara seksinya membuat telingaku gatal. “Tunggu sebentar, Tuan werewolf.” Aku kembali berusaha mengeluarkan sihir, kali ini sambil menunjuk, akan tetapi air tetap saja bergerak. “Aneh sekali.” Ethan mengacak-acak rambutku, memeluk dan mencium keningku. “Mungkin butuh latihan. Sudahlah.” Ethan menarikku menuju gazebo yang berada di belakang air mancur. Duduk di tempat itu, dengan Ethan yang kini kembali tertawa. “Apa itu sangat lucu sampai kau tidak berhenti tertawa, Tuan werewolf.” Aku mencebik, membuang muka sambil melipat kedua tangan. Kupikir setelah sekali dua kali melakukannya, maka ketiga kalinya akan menjadi mudah, tetapi ternyata tidak. Mungkin sihir harus dipelajari di sekolah sihir, seperti di film harry potter. Pertanyaannya, apakah sekolah semacam itu benar-benar ada? Aku menghela napas berat, menatap langit yang bertabur bintang. Musim panas memang indah sekali, udara pun jauh lebih hangat. Aku menutup mata, mencium aroma alam hingga tiba-tiba sesuatu yang lembab, hangat dan lembut, menempel di bibirku. Ethan mencium bibirku sambil merebahkanku di lantai kayu gazebo. Menikmati keindahan malam bersama pasanganku adalah malam yang paling sempurna. Tetapi lampu taman terlalu terang, kuharap lampu itu padam. Tiba-tiba lampu taman padam, membuat Ethan terkejut sementara kedua sudut bibirku terangkat. “Aku harus mendalami kemampuan baruku. Aku harus bisa menyihir … aku harus hebat, sehebat Esperanza, bahkan lebih darinya.” Ethan tersenyum sesaat sebelum kembali mencium bibirku dan menikmati malam bersama, di tengah labirin yang menyesatkan kami dalam pusaran yang memabukkan. *** Berjalan di taman bunga yang ada di tengah kawasan blue moon pack bersama Ethan adalah kebahagiaan tersendiri. Selama aku datang hingga kemarin, Ethan selalu sibuk dengan ayahnya. Ini menjadi sangat spesial karena besok aku berulang tahun yang ke sembilan belas. Sempurna. Aku memeluk erat lengan Ethan, membuatnya tersenyum sambil menggenggam tanganku. Kami berbagi senyum, cinta dan kehangatan kasih. Aku tidak tahu bagaimana harus hidup jika tanpanya. “Kenapa?” Ethan mengangkat satu alisnya. “Aku mencintaimu, Tuan werewolf … Ethan.” Aku tersenyum sambil menggigit bibir bawah. Menggenggam tangannya, mengayunkannya pelan. Hatiku sangat hangat karena Ethan. Setiap hari, setiap saat rasanya tidak cukup. Terdengar berlebihan tetapi itulah kenyataannya, aku ingin selamanya bersama Ethan, tanpa sedetik pun terlewat. “Mate, kau menggodaku.” Ethan menggeram, mendekatiku dan hendak memelukku namun aku berlari sambil meledeknya. Berlari diantara lavender yang sedang bermekaran, memberi aroma yang khas. Sesekali aku berhenti hanya untuk meledek. Ethan berubah menjadi wolfy, menahanku di bawah tubuhnya. Ia menggeram sebelum menjilati wajahku, membuatku tertawa kegelian. “Wolfy, hentikan. Aku geli….” Aku mendorongnya, memutar badan dan kini wolfy yang berada di bawahku. Ia berubah menjadi Ethan, memeluk pinggangku, menahanku untuk terus berada di atasnya. “Kau nakal, Tuan werewolf.” “Oh Mate, kau membuatku gila.” Geraman Ethan membuatku tertawa, sama sepertinya, aku pun sama gilanya. “Kau tahu, Ethan. Menikah … ehm, maksudku bersatu denganmu adalah ide paling gila tapi luar biasa.” Aku mencium bibirnya yang lembut. Rasanya jutaan kembang api meledak di kepalaku. Ethan menggulingkanku, menggunakan lengannya sebagai bantalan. Aku mengalungkan kedua lenganku di lehernya. Menatap pria yang paling tampan di dunia ini, membuat hatiku mengembang. Tidak ada yang lebih indah dalam hidupku selain dia. “Jangan pernah meninggalkanku, Ethan. Jangan pernah.” Cinta terlalu membesar dalam hatiku, membuat rasa takut kehilangan ikut membesar pula. Jika Ethan pergi, entah apa yang akan terjadi dalam hidupku. Pusaran jiwaku ada pada Ethan. “Werewolf selalu setia pada pasangannya, hanya kematian yang bisa memisahkanku darimu.” Terima kasih Tuhan, Kau ciptakan makhluk werewolf tidak bisa hidup dengan pasangan lain selain matenya. Hadiah terbesar setelah segala macam kesedihan singgah dalam hidupku. Ethan hendak menciumku saat tiba-tiba seekor serigala abu-abu datang lalu kemudian berubah wujud menjadi Mr. Max. “Maaf mengganggu kalian, tapi beberapa rogue masuk koloni. Mr. Alex, ayahmu, memanggilmu bertugas.” Ethan mendecak sebal namun tetap bangkit, ia meminta Mr. Max menjagaku sebelum ia pergi untuk membantu ayahnya. Rogue adalah werewolf yang tidak masuk dalam pack manapun, mereka lebih seperti penjahat di dunia manusia. Mereka mencuri, merampok bahkan membunuh sebuah pack untuk kemudian mereka klaim sebagai pack mereka. Kurasa masa senang-senang harus berakhir. Ethan memandangku dengan sorot mata kecewa karena kami harus kembali berpisah. Aku memberinya senyum sambil mengangguk pelan. Ethan, calon alpha dan dia memang harus mengedepankan tugas dari pada aku. Meski ini juga berat bagiku, tetapi bukankah tidak ada sempurna di dunia ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD