Serangan Bunga Wolfsbane

1089 Words
Wolf hitam yang sangat besar, melompat melewati penjagaan werewolf dari Desa Herrai. Ia berdiri angkuh di tengah kami yang sedang beristirahat. Menggeram, seakan menunjukkan kalau ia adalah werewolf yang kuat dan harus diwaspadai. Sayangnya aku salah. Lolongan panjang itu adalah panggilan kepada kawanannya untuk menunjukkan bahwa ia menemukan kami. Hanya dalam hitungan detik, puluhan werewolf datang dari berbagai arah. Mereka melolong saling sahut menyahut, membuat anak-anak, sebagian besar wanita dan sebagian kecil pria saling merapat. Wajah-wajah lelah para penduduk di Blue Moon Pack pun berubah menjadi ketakutan. “Ibu, kau harus menjaga pack kita yang lemah!” Ethan meminta Mrs. Alena untuk tidak ikut dalam pertempuran yang pasti akan sangat sengit. “Tapi….” “Ethan benar, Bu. Pack kita membutuhkanmu. Membutuhkan ibunya untuk memberi semangat kepada mereka.” Aku sengaja menyebutnya sebagai ibu untuk Pack karena memang demikian. Sesaat ia mematung, namun akhirnya ia merapat kepada para wanita yang kini sedang gemetar ketakutan. Aku berada di depan mereka, menjaga kalau ada serangan mendadak. Aku takkan mengampuni siapapun yang akan melukai Blue Moon Pack. Sepi sesaat memberi rasa yang sangat mencekam, para werewolf dari Blue Moon Pack yang lemah dan tak berdaya merapat di tengah-tengah tanah lapang. Puluhan wolf entah darimana, kini berdiri, siap menyerang dan sambil menggeram. Gemerisik dedaunan sesaat terdengar, seperti bisikan kematian. Waktu seakan terhenti, wajah-wajah penduduk Blue Moon Pack terekam di ingatanku. Yang lebih kuat kini bertransisi menjadi werewolf yang siap melindungi pack. Mereka saling menggeram, seakan geraman itu penanda kekuatan yang mereka miliki. Pertempuran tak bisa dihindari. Kali ini bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Tak ada tempat yang benar-benar aman. Yang bisa kami lakukan adalah bertempur sampai titik darah penghabisan. Saat wolf hitam melolong panjang kembali, wolf lainnya melompat untuk menyerang kami. Aku segera membuat gelembung lapisan pelindung yang sangat besar untuk bisa melindungi seluruh pack yang tak berani melawan musuh. “Apapun yang terjadi, jangan pernah keluar dari gelembung ini!” perintahku. Anak-anak merapat ke pelukan werewolf dewasa. Mereka menunduk sambil menangis saat melihat serangan demi serangan dilancarkan. Wolf abu-abu berlari cepat menuju gelembung. Ia pasti berpikir bisa masuk ke dalam gelembung untuk menyerang anak-anak dan werewolf biasa yang lemah. Gelembung lapisan pelindungku seperti karet yang membal saat ada benda yang ingin menerobosnya. Semakin kuat benda yang akan menerobos maka elastisitasnya semakin kuat. Benda itu akan membal lebih jauh lagi. Werewolf-werewolf saling menyerang, saling menggeram, saling mencakar dan saling menggigit. Selain Wolfy, Mr. Alex dan Mr. Max, aku tak bisa membedakan yang lainnya. Pertempuran terjadi dengan begitu cepat. Aku bahkan hanya berdiri sambil memperhatikan gerakan-gerakan mereka yang mengerikan. Wolf abu-abu yang aku yakin bukan Mr. Max terkapar dengan luka bekas cakaran yang menganga di bagian perutnya. Luka yang seharusnya bisa sembuh dengan sendirinya dan cepat itu sepertinya tak berlaku bagi wolf yang terkapar itu. Ia mewujud menjadi lelaki berambut cepak yang kukenal, meskipun tak tahu namanya namun aku tahu ia adalah bagian dari Blue Moon Pack. “Itu pasti karena bunga wolfsbane. Bunga itu membuat werewolf tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri,” teriak Mrs. Alena. Bunga wolfsbane? Aku baru tahu kalau wolf memiliki semacam kelemahan dan itu hanya karena bunga. Aku membuat sinar putih yang kulemparkan ke werewolf putih yang hendak menyerang lelaki yang kini bersimbah darah. Wolf itu terjengkang hingga menabrak pohonn dan aku tak ingin membuang waktu dengan memperhatikannya. Aku segera membuat gelembung pelindung bagi lelaki yang terluka parah itu dan menyerang wolf putih yang sedang terkapar itu dengan sinar putih memanjang seperti pisau. Aku menggerakkan tanganku seperti sedang mengayunkan pedang. Leher wolf putih itu terpotong, darah mengubah warna bulunya yang putih menjadi merah. Wolf hitam yang pertama kali datang tadi melihat kejadian ini. Ia melolong panjang dan membuat perhatian anak buahnya teralihkan kepadaku. Mereka berlari dan melompat mendekatiku dengan sangat cepat. Sangat cepat sampai aku tak punya waktu untuk membuat gelembung lapisan pelindung untuk melindungiku. Wolfy, Mr. Max dan Mr. Alex melompat dengan cepat membuat barikade untuk melindungiku dari serangan mereka. Aku membuat gelembung lapisan pelindung saat musuh menyerang kami secara bersamaan. Mr. Max terkena gigitan taring tajam dari wolf berwarna coklat seperti dirinya. Aku segera menembak werewolf itu dengan sinar putih yang sangat besar. Wolf tersebut meledak hingga dagingnya tercecer di atas tanah. Mr. Max mewujud dari wolf menjadi manusia atau werewolf. Seperti lelaki tadi, ia pun tak bisa sembuh cepat dengan sendirinya. Darah mengucur dari lehernya yang terkena gigitan. Luka yang sangat dalam itu membuatku berlari kepadanya. Mr. Max berbaring di atas tanah dengan wajah yang sangat pucat. “Mr. Max!” Aku menutup mulutku dengan dua tangan, tak tahu apa yang harus kulakukan dengan luka sedalam itu. Mr. Alex mendekati kami, aku membuka jalan agar ia bisa masuk ke dalam gelembung perlindungan. Ia melepas kemejanya dan menahan darah yang mengalir dari leher Mr. Max. “Tekan untukku, Ella! Aku akan mencoba menyelamatkannya.” Mr. Alex menarik tanganku dan mengajariku cara menekan luka. “Bertahanlah, Mr. Max. Kau jangan pernah berpikir bisa pergi dariku.” Aku serius mengatakannya, namun Mr. Max terkekeh lemah. “Kau jangan berlebihan. Aku takkan mati hanya karena luka ini,” ujarnya. “Kau memang tak boleh mati. Kau tak kuijinkan mati sekarang. Kau harus bertahan bagaimanapun caranya.” Air mataku leleh saat mengatakannya. Mr. Max adalah ayah kedua bagiku. Aku takkan memaafkan siapapun yang melukainya. Mr. Alex datang dengan membawa kotak coklat yang berisi obat-obatan serta alat operasi. “Kau bantu aku!” ucapnya sambil menyiapkan alat suntik. Aku tak yakin bisa membantunya, tapi aku pun tak punya pilihan lain selain mengikuti instruksinya. Mr. Alex menyuntik leher Mr. Ma, mendorong cairan bening masuk ke dalam pembuluh darahnya. “Ini adalah obat penawar racun bunga wolfsbane. Kau jaga dia sampai sembuh. Aku akan membantu Alpha melawan mereka.” Mr. Alex melepaskan kain yang masih menempel di atas luka Mr. Max. Ia membersihkan luka lalu membebat leher Mr. Max dengan kain putih. Wajah Mr. Max yang tadinya sangat pucat kini sudah tampak lebih baik. Perlahan ia menutup mata dengan napas yang tenang. Pertempuran masih terjadi, satu persatu werewolf dari Blue Moon Pack tumbang dengan luka yang cukup parah. Mr. Alex mengobati wolf yang terluka dengan obat penawar yang ia suntikan. Ethan melindunginya meskipun ia harus terus bertarung dengan penuh kekuatan. Aku tak bisa tinggal diam saja. Aku bangkit dan menyerang werewolf hitam yang hendak menyerang wolfy. Meniupnya dengan hawa dingin yang membuatnya membeku dan hancur berkeping-keping saat wolfy mendorongnya. Banyak sekali korban yang jatuh dari pertempuran ini. Ethan menahan seorang lelaki berambut panjang, mengikat kedua tangannya di belakang dan mendorongnya hingga jatuh di atas tanah dengan cara yang sangat menyakitkan. “Dari pack mana kau? Siapa dia?” Ia jongkok di dekat kaki lelaki itu, menunggu jawaban darinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD