Kesedihan Dari Kekalahan

1085 Words
Sebelum melakukan perjalanan jauh menuju Desa Herrai, para Werewolf jantan mengumpulkan jasad korban penyerangan Red Moon Pack. Dua puluh lima werewolf terdiri dari dua belas werewolf laki-laki, sembilan werewolf perempuan dan empat werewolf anak-anak meninggal dengan cara yang sangat mengenaskan. Werewolf yang mengumpulkan mereka di halaman rumah Mr. Alex harus mengumpulkan organ tubuh mereka yang terpisah. Darah menggenang di halaman rumah Mr. Alex, bau amis darah sangat menusuk hidung. Tangis semua penduduk Blue Moon Pack pecah. Para keluarga korban berlari mendekati keluarga mereka yang telah terbujur kaku, menangis dan meratapi kepergiannya. Seorang wanita tua menangis dan mendekatiku. Iya mengguncang bahuku sambil menangis histeris. Tak ada yang ku lakukan selain diam sambil menyeka air mataku yang ikut luruh bersama tangisnya. Meskipun aku tidak dekat dengan seluruh penduduk Blue Moon Pack, namun aku merasa kehilangan dan sedih saat melihat kejadian ini. Aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan, perasaan putus asa dan gagal. "Kau adalah penyihir. Tolong bangkitkan anakku yang sudah mati disana. Aku yakin kau bisa menyelamatkannya kumohon, Yang Mulia." Wanita itu menangis meraung-raung lalu memelukku erat sambil menepuk punggungku. Ethan hendak menarik wanita itu dari pelukanku, namun aku menahannya. Aku tidak bisa membantunya kecuali membiarkan dia melampiaskan kesedihannya. "Gordon masih sangat muda. Masa depannya masih sangat panjang. Iya baru melewati masa transisinya," ucapnya diantara isak tangis. Para keluarga korban mendekatiku, berlutut dan meminta bantuanku agar bisa menghidupkan keluarga mereka lagi. Andai saja aku bisa, pasti akan kulakukan. Meski demikian, aku memilih mendekati mayat anak-anak yang letaknya tak jauh dariku. Meskipun aku tak yakin, namun aku berusaha mengeluarkan sihir ku untuk bisa membuatnya hidup kembali. Pasti akan sangat menyenangkan kalau orang-orang yang kita cinta bisa kembali bersama kita. perasaan itu juga aku miliki terhadap semua orang yang telah meninggalkanku. Berkali-kali aku mencobanya, namun tetap tak berhasil. Tubuhku mulai lemah karena banyaknya sihir yang telah aku keluarkan. Meski demikian aku tetap berusaha, apalagi melihat para penduduk berharap aku bisa melakukannya. Aku mengalami kelelahan hingga tubuhku merosot di atas tanah. Aku berusaha bangun dengan gemetar, namun tubuhku seperti tak bertulang. Sangat lemah dan mengantuk. "Cukup, Mate. Kau hanya menyakiti tubuhmu sendiri. Tidak ada sihir untuk menghidupkan orang yang telah mati." Ethan menarik tubuhku agar berdiri. "Kita harus tetap berusaha. Aku yakin pasti bisa melakukannya. Aku hanya harus terus berlatih sampai berhasil," ucapku. "Kak harus percaya padaku. Bahkan Carissa tak bisa menghidupkan pohon yang telah mati. Ini mustahil!" Ethan merangkul pundakku. wajah-wajah para keluarga korban yang tadinya penuh harap kini akhirnya murung dan memilih untuk fokus kepada keluarga mereka yang telah meninggal. Air mataku luruh, melihat mereka seakan melihat diriku di masa lalu. terutama saat aku tak bisa menghibur mereka dengan sesuatu yang sangat mereka inginkan. Sama seperti yang aku inginkan waktu itu. "Kita harus istirahat sebentar. Kita akan berangkat setelah mereka selesai menguburkan sahabat-sahabat kita yang telah meninggal akibat pertempuran." Aku menghembuskan nafas berat, kembali memandang wajah wajah penuh kesedihan an-nissa melakukan sesuatu yang berguna. "Caleb, antar Mate-ku masuk!" Caleb segera melaksanakan tugasnya. Iya berdiri di sebelahku, mempersilakanku untuk masuk ke dalam rumah. Tak ada yang bisa aku lakukan selain menuruti perintah Ethan. Aku pun melangkah dengan lemah diikuti Caleb di belakangku. Di dalam rumah, aku disambut dengan wajah-wajah yang tak kalah sedih dari orang-orang yang ada di luar. "Apakah kita akan selamat?" tanya seorang gadis remaja kepada ibunya. "Kita akan selamat. Aku berjanji akan melindungi kalian," ucapku penuh tekad. "Benarkah?" tanya seorang wanita paruh baya. Bajunya terdapat noda darah di bagian kerah baju, dan di bagian lengannya. "Kita sudah mendapat bantuan dari Desa Herrai. Sekarang yang kita harus lakukan adalah ke desa itu," jawabku. "Apakah tempatnya jauh?" tanya seorang wanita yang mungkin usianya tak jauh dariku, maksudku kalau saja dia manusia. "Tempatnya cukup jauh. Tapi aku yakin kita bisa sampai ke sana sebelum malam tiba." Tak ada pertanyaan lain, aku pun mencari keberadaan .... Aku ingin melihat keadaannya. ..... Sedang membungkus daging di dapur bersama seorang wanita. "Kita harus membawa bekal untuk anak-anak dan wanita tua." Ibu bahkan tidak menoleh saat mengatakannya padaku. Iya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku membantunya membungkus daging yang telah dipotong oleh pelayan lalu memasukkannya ke dalam tas. Perjalanan menuju desa Herrai membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun tak sampai satu hari penuh, namun kadang anak-anak membutuhkan makan di saat yang seharusnya bukan waktu makan. Setelah memasukkan bungkusan daging yang terakhir ke dalam tas, ibu juga menyiapkan beberapa botol minuman. Perbekalan yang dibuat dalam kondisi buruk. Ibu menyerahkan satu tas kepadaku, ia juga membawa satu tas dan menyerahkan beberapa tas lain kepada ada wanita yang memiliki anak. Ethan dan Mr. Alex datang untuk memberitahukan bahwa penguburan telah selesai. Sudah saatnya untuk berangkat menuju Desa Herrai. Ethan dan aku ada di barisan paling depan, di belakang kami ada Mr. Alex dan ... Diikuti Mr. max, Caleb dan seluruh werewolf Blue Moon Pack. Werewolf yang kuat disebar di tengah dan di belakang untuk menjaga werewolf yang lemah. Perjalanan menuju desa Herry tidak benar-benar aman. Bisa saja kami akan diserang oleh Red Moon Pack yang menginginkan kehancuran Blue Moon Pack dan membuat Alpha Blue Moon Pack takluk pada mereka. Setelah melakukan perjalanan berjam-jam lamanya, kami pun beristirahat di sebuah tanah yang lapang yang dikelilingi pohon-pohon yang rindang. Mereka mewujud menjadi manusia. Duduk bersandar di pohon, anak-anak mengeluh lapar dan haus. Ternyata apa yang kapan ibu benar, jadi anak-anak bisa makan dan minum karena perbekalan yang telah ia persiapkan. Masih ada separuh perjalanan lagi untuk menuju desa. Wajah-wajah lelah bercampur sedih membuat kami tak memiliki keinginan untuk bicara. Meskipun bersama ratusan werewolf yang kini berwujud manusia, hampir tidak ada yang berbicara. Suasana sangat berbeda dibanding dulu. Karena aku tahu, penduduk Blue Moon Pack sangat terbuka dan sangat ceria. Pasti butuh waktu lama untuk bisa kembali seperti dulu. Werewolf dari desa Herrai bertugas menjaga kami dan melindungi kami dari serangan. Ethan duduk sambil mengamati mereka. Ia sangat siaga, dan itu membuatku khawatir. Aku mendekatinya dan memberinya sebotol air. "Terima kasih," ucapnya. Ya minum dengan mata tertuju pada ada werewolf hitam yang sedang duduk membelakangi kami. Tiba-tiba saja, Werewolf hitam itu bangkit, berputar dan berteriak. "Kita diserang!" Anak-anak dan wanita yang kelelahan seketika bangkit dan berkumpul menjadi satu. Werewolf yang kuat mengelilingi mereka, bersiap untuk melawan serangan musuh. Aku membuat gelembung lapisan pelindung untuk mereka. "Apapun yang terjadi, jangan keluar dari gelembung itu atau kalian takkan selamat!" ujarku. Tak lama kemudian, wolfy menghadang werewolf yang akan menyerang ku. Pertempuran pun kembali terjadi. Kali ini aku harus berjuang untuk menjaga penduduk yang tersisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD