Serangan Red Moon Pack

1113 Words
Para werewolf dari dua Pack itu pun saling mewujud menjadi wolf. Mereka melolong dengan lolongan panjang, menarik perhatian wolf lain sehingga mereka datang dan berbaris di belakang Alpha mereka. Hanya aku yang bukan dari bangsa Werewolf, meskipun aku bukan manusia tapi tetap aku penyihir yang baru saja belajar sihir. Ukuran mereka yang tiga bahkan sampai lima kali lebih besar dariku membuatku seperti kurcaci di tengah raksasa. Seketika aku mundur beberapa langkah. Nyaliku menciut saat melihat moncong-moncong yang siap merobek kulit dan menggigit dagingku. Mate, pergilah dengan Mr. Max! Aku harus melawan mereka bersama pasukanku. Ethan berbicara di dalam kepalaku. “Aku bisa membantu kalian!” Aku menyerang wolf abu-abu kehitaman yang akan menyerang Mr. Max. Meskipun warna mereka sama-sama abu-abu tapi aku bisa membedakan keduanya. Mr. Max memiliki satu warna bulu yaitu abu-abu dan hanya perlu melihat tatapan matanya saja aku bisa membedakannya. Aku meniup untuk mengeluarkan sihir yang bisa membuat makhluk hidup menjadi es. Aku meniupkannya ke werewolf dari Red Moon Pack yang sedang melompat untuk menyerang Mr. Max. Wolf itu pun membeku saat ke empat kakinya belum menyentuh tanah, jatuh dan pecah berkeping-keping layaknya gelas yang jatuh. Wolf besar berwarna putih yang merupakan alpha dari Red Moon Pack pun melolong panjang. Aku berdiri mematung, namun tiba-tiba werewolf abu-abu yang merupakan Mr. Max menggigit kerah baju dan menarikku hingga terlompat beberapa inch lalu jatuh di punggungnya. Puluhan wolf dari Red Moon Pack mengejar kami. Tangan kiriku menggenggam bulu Mr. Max sementara tangan kananku sibuk menyerang mereka dengan sihir berupa sinar putih yang keluar dari ujung telunjukku. Werewolf hitam yang ukurannya dua kali lebih besar dari Mr. Max melompat sangat tinggi. Aku segera membuat gelembung pelindung, werewolf itu pun akhirnya terpental setelah mendarat di gelembung pelindung yan kubuat. “Kita akan kemana Mr. Max?” tanyaku saat Mr. Max justru menjauh dari rumah Mr. Alex. “Maafkan saya, Yang Mulia. Tapi saya diperintahkan untuk membawa anda sejauh-jauhnya dari pack. Alpha ingin melindungi anda sekaligus tidak membahayakan penduduk Blue Moon Pack.” Keterangan Mr. Max sangat masuk akal. Kami meninggalkan gerbang Blue Moon Pack yang hanya berupa reruntuhan. Ia berlari sangat kencang sampai aku tak bisa melihat sekelilingku kecuali sekelebat bayangan tak berbentuk. Namun kecepatan Mr. Max ternyata tak secepat para werewolf dari Red Moon Pack yang kini berdiri mengelilingi kami. “Mate, tunggu sebentar saja! Aku akan menolongmu. Gunakan sihirmu untuk melindungi kalian berdua!” pinta Ethan melalui telepati. “Hati-hatilah, Ethan. Aku bisa jaga diri.” Aku tak ingin membuatnya khawatir meskipun keyakinanku untuk selamat surut beberapa persen. Mereka ada puluhan wolf sementara aku hanya bersama Mr. Max. Aku baru akan membuat gelembung pelindung saat werewolf coklat akan menyerangku namun ditahan oleh Mr. Max. Wolf-wolf yang lain pun maju secara bersamaan, membuat Mr. Max harus melawan mereka dan bahkan terkena gigitan serta cakaran secara bertubi-tubi. Aku menggunakan sinar putih untuk menyerang mereka dan membuat mereka mundur. Tak hanya itu, aku juga menyemburkan udara yang membuat siapa saja yang terkena udara itu, seketika menjadi es. Namun karena aku menyemburkannya tidak hanya pada satu titik, sehingga efek esnya pun tak bisa seperti saat aku menyemburkannya ke wolf yang akhirnya jatuh dan pecah tadi. Meskipun yang terkena udara es akan mengalami kesulitan pada bagian tubuh yang membeku, namun mereka tetap bisa melakukan serangan kepada kami berdua. Wolf hitam tiba-tiba menyerangku dari samping kiri. Seketika aku menyerangnya dengan sinar putih. Tubuhnya terdorong dengan sangat kuat hingga ia jatuh menabrak pohon akasia yang berdiri beberapa meter di belakangnya. Wolf itu berusaha bangkit namun tubuhnya terluka parah akibat seranganku. Tiga werewolf mewujud menjadi manusia. Dua orang laki-laki berbadan sangat besar dan berotot serta seorang wanita yang juga tak kalah besar dan berototnya, seakan mereka adalah atlet Wrestling yang siap melumatku. Meskipun tubuh mereka besar, namun mereka sangat tangkas. Dua orang laki-laki itu segera menangkapku dari samping kanan dan kiri, sementara sang wanita berada di belakangku dan menjambak rambutku hingga aku mendongak, mengikuti arah tarikannya agar rambutku tak tercabut dari akarnya. “Kita diperintahkan untuk membawanya hidup-hidup,” kata lelaki botak yang menahan lengan kananku. “Biarkan aku sedikit membalas serangannya ke adikku tadi,” ujar wanita yang masih menarik rambutku. “Argh … Grrr.” Wanita yang menjambakku tiba-tiba merintih sambil menggeram, tarikannya semakin kuat hingga rambutku terbebas dari jambakannya dengan cara yang sangat menyakitkan. Aku yakin ada puluhan helai rambutku yang tercabut. “Caleb … Pengkhianat!” seru lelaki yang menahan lengan kiriku. “Kalau itu bisa membuatku selamat, aku senang menjadi pengkhianat,” kata Caleb dengan bibir gemetar. Lelaki botak itu melepas cekalannya untuk mewujud sebagai wolf dan menyerang Caleb. Tindakan sembrononya membuatku bisa menyerang lelaki yang masih mencekal lengan kiriku. Aku meniupkan es hingga lelaki itu membeku dan menjadi patung. Aku mematahkan tangannya yang serapuh boneka kaca. Melemparnya dan mendorongnya hingga jatuh, pecah berkeping-keping. Aku menoleh, hendak menolong Caleb namun Ethan datang lebih cepat. Ia menggigit leher wolf coklat yang menyerang Caleb, mencabik-cabiknya hingga werewolf itu jatuh dan tak bergerak lagi. “Kau tidak apa-apa, Mate?” tanya wolfy sambil mewujud menjadi Ethan. “Aku tidak apa-apa … Caleb, kau tidak apa-apa?” tanyaku sambil melihat Caleb yang lengannya dalam proses penutupan luka. Aku yakin lukanya tadi cukup dalam. Ada garis sepanjang lengannya yang perlahan menutup hingga sempurna. “Saya tidak apa-apa, Yang Mulia,” jawabnya sambil meringis. “Dimana Mr. Max?” tanyaku sambil memutar badan, mencari keberadaan Mr. Max. “Saya baik-baik saja, Yang Mulia.” Mr. Max muncul dan mewujud manusia di sebelah Caleb. Ia menunduk, memberi penghormatan kepadaku. Aku memeluknya erat, bagaimanapun juga Mr. Max sudah seperti ayahku sendiri. Aku sangat bahagia karena ia selamat tanpa terluka sedikit pun. “Mate, jangan lakukan itu!” Ethan menarikku dari pelukan Mr. Max. Mr. Max merasa tak enak dan tampak sangat menyesal hingga ia menunduk dalam-dalam. Tapi tak ada yang salah. Pelukan adalah bentuk dari perhatian dan rasa syukur pada orang terdekat kita. “Kau tak boleh menyentuh lelaki lain selain aku, Mate,” geramnya tepat di samping telinga. “Kau cemburu pada Mr. Max?” Mulutku terbuka lebar, bahkan kepada Mr. Max yang usianya sangat jauh di atas kami pun ia cemburu. Aku yakin usia Mr. Max mungkin seribu atau seribu lima ratus tahun. “Semua werewolf pecemburu, Mate. Biasakan dirimu,” bisiknya, membuatku memutar dua bola mata. Ethan dan semua werewolf mewujud menjadi wolf. Aku naik ke punggung wolfy, memegang erat lehernya saat ia melesat menuju tempat tinggal Mr. Alex. Tak butuh waktu lama untuk tiba disana. Halaman rumah Mr. Alex rusak parah. Maze yang dulu menjadi tempat favoritku kini rusak bahkan di beberapa bagian terdapat bekas terbakar. Anak-anak dan beberapa wanita tampak masih shock dan ketakutan. “Kita harus memindahkan mereka ke Desa Herrai. Sudah jelas tempat ini taka man lagi bagi mereka,” ujar Mr. Alex sambil memandang penduduk Blue Moon Pack yang sangat menyedihkan. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD