Pra Ritual

1149 Words
Menatap sepasang mataku di pantulan cermin, warna iris mataku seperti gambaran bumi yang dilihat dari luar angkasa. Warna biru bercampur dengan hijau dan sedikit kecoklatan. Jika memang benar aku adalah keturunan penyihir, mungkinkah ini adalah salah satu tandanya. Suara ketukan pintu membuat perhatianku teralihkan. Aku segera membuka pintu, Ethan berdiri sambil menyandarkan punggungnya di tepi pintu, kedua tangannya berada di dalam saku. Ia tersenyum dengan entah apa yang ada dalam pikirannya. “Kamu cantik.” Ethan mendorongku masuk sambil menutup pintu dengan satu kakinya. Tanpa banyak bicara, ia mencium bibirku hingga tubuhku melemas dalam pelukannya. Ciumannya adalah candu bagiku. Keharumannya adalah aroma terapi yang tidak akan pernah membuatku sadar dari rasa mabuk. Ciuman Ethan beralih ke leherku, menggigit kulitku dengan begitu lembut hingga rasanya ingin meledak. “Ethan … oh,” desahku. Ethan mendorongku hingga jatuh di atas ranjang. Ia kembali menciumiku hingga sulit sekali untuk sekedar bernapas. Bagian bawahku berdenyut-denyut hebat. Aku berusaha menanggalkan pakaiannya namun Ethan justru berhenti dan segera berdiri. Sungguh sangat mengecewakan, aku tidak perlu menutupi apapun darinya. “Maafkan aku. Tapi ini belum saatnya.” Kali ini aku sangat malu karena aku jauh lebih agresif darinya. “Tidak, Sayang. Aku sangat ingin memilikimu. Tapi ibuku pasti marah jika aku melakukannya sekarang. Dua hari lagi bulan purnama. Sampai saat itu, kita harus menjagamu tetap suci.” Aku mengatur napas sambil mencoba memahami ucapan Ethan. Pikiranku terlalu kacau untuk bisa memahami apapun yang baru saja ia ucapkan. “Sudahlah. Ayo kita makan,” ucapnya. Akhir-akhir ini Ethan jauh lebih dewasa daripada saat kami baru berkenalan. Ethan seperti bukan Ethan saat kami berjalan di hutan Rotterwood saat pulang sekolah, tetapi aku lebih suka Ethan yang sekarang. *** Aku berada di balkon kamar di kediaman keluarga Mr. Alex. Pemandangan taman dengan labirin yang luas membuatku tak bosan untuk melihatnya. Udara begitu sejuk dengan sentuhan angin yang berembus sepoi-sepoi, sesaat membuatku terlena. Rasanya begitu damai dan begitu nyaman, namun perasaan ini membuatku rindu kastil Madamoissale dan semua orang yang ada disana. “Maafkan aku. Maafkan aku,” lirihku. Ethan memelukku dari belakang. Kusandarkan kepalaku di dadanya, menikmati keindahan alam disini bersamanya adalah sesuatu yang luar biasa. “Kau sangat suka sekali di balkon.” Ethan mencium puncak kepalaku, membuatku memejamkan mata untuk menikmati embusan napasnya. “Aku rindu rumahku. Balkon ini mengingatkanku pada kastil.” Ethan memutar tubuhku, ia memelukku erat. Kami bersitatap untuk beberapa lama. Baru kusadari wajah Ethan dihiasi bakal janggut yang mulai tercetak jelas. Kusentuh wajahnya yang kasar namun terlalu nikmat untuk diabaikan. Aku menjinjit, mengecup bibirnya yang hangat. “Kita harus melewati ritual sialan itu dua hari lagi. Sial.” Umpatan itu membuatku tersenyum. “Sebenarnya aku tidak tahu apa itu ritual. Coba jelaskan padaku.” Ethan melepaskan pelukannya. Ia berdiri dengan dua tangan berada di pembatas balkon. “Itu semacam pernikahan dalam duniamu. Werewolf melakukan penyatuan di musim ritual pada bulan purnama. Kita melakukannya disana, disaksikan semua werewolf lainnya. Setelah itu, kita menjadi suami istri yang sah.” Menikah? Yang benar saja. Aku melotot tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Dari semua yang pernah terjadi, ritual atau semacamnya adalah hal yang paling sulit kuterima. “Apa kita harus melakukannya … maksudku….” “Semua werewolf melakukan ritual itu begitu menemukan mate-nya. Kita sudah terlambat dua musim. Tetapi, itu bukan salahmu. Oh, Ella, aku tidak sabar menantikan masa itu,” sahut Ethan. “Apa kau yakin mau menikahiku. Maksudku, kita masih terlalu muda.” “Ella, apa kau tidak mau bersamaku?” “Bukan itu maksudku. Hanya saja … ini terasa aneh dan terlalu cepat.” “Kita memang harus cepat. Disini kau tidak akan benar-benar aman kecuali jika kita sudah bersatu. Aku perlu menandaimu dan harus segera melakukannya.” “Menandai?” Aku mengernyitkan dahi, kata apalagi itu. “Aku harus menyatukan diriku dalam dirimu. Memberimu tanda….” Kali ini Ethan mengernyitkan dahi. “Kau perlu cairan dari tubuhku. Semacam itulah.” Aku menelengkan kepala tetapi sungguh apapun itu, sepertinya aku tidak memerlukan penjelasan lain. Kami menatap jauh ke hutan nan luas yang berada di balik pagar yang tinggi. Hutan Darkforest yang menyembunyikanku dari Esperanza. “Apakah aku benar-benar aman?” “Kuharap begitu. Rachella, aku pasti melindungimu. Mate-ku.” “Kau aneh, Ethan. Kau seperti bukan tuan penguntitku. Kau seperti … wolfy yang selalu serius.” Aku tertawa terbahak-bahak, sementara Ethan hanya tersenyum. Aku meraih satu tangannya, memeluknya erat dan menyandarkan kepalaku disana. Berada di sisi Ethan membuatku merasa aman dan nyaman. Rasanya sangat pas dan rasanya seperti pulang ke rumah. “Aku mencintaimu, Ethan.” “Aku sangat mencintaimu, Rachella.” Cinta membuat hatiku terasa hangat. Baru kali ini aku merasakan perasaan tenteram padahal aku berada jauh dari tempatku tinggal. Aku yakin Ethan tidak akan pernah meninggalkanku. Hanya dia yang kini kumiliki. Aku tidak bisa jauh darinya. Tidak akan pernah bisa. *** Kupikir butuh waktu yang lama serta pemikiran yang masak dan dalam untuk memutuskan menikah dengan seseorang. Tetapi pada kenyataannya, tidak demikian. Keputusanku untuk menjalani ritual penyatuan antara aku dan Ethan tidak membutuhkan apapun kecuali keyakinan bahwa Ethan akan mencintai dan selalu bersamaku selamanya. Katakan saja aku terbuai oleh cinta namun itu memang benar-benar kurasa. Ketegangan yang kini kurasa bukan karena berpikir apakah Ethan adalah pasangan yang tepat, hanya saja ketegangan ini datang tanpa alasan yang jelas. Beberapa jam lagi, ritual penyatuan antara diriku dan Ethan akan dilaksanakan bersamaan dengan pasangan werewolf yang lain. Mrs. Alena meriasku sedemikian rupa hingga aku merasa tidak mengenal diriku sendiri. Wanita itu meminjamkan gaunnya yang paling istimewa untuk kukenakan. Sebuah gaun putih sepanjang mata kaki dengan belahan hingga beberapa senti di atas lutut berbahan sutra yang begitu indah namun begitu nyaman untuk dikenakan. Gaun itu melekat erat hingga lekuk tubuhku terlihat sempurna. Rambutku dibiarkan tergerai. “Aku tidak percaya ini,” gumamku. “Kau cantik. Sangat pas untuk Ethan.” Mrs. Alena memandangku dari cermin. Senyum bahagianya tercetak jelas. “Apa kau yakin, aku cocok untuk putramu?” Sejak kedatanganku beberapa hari yang lalu. Mrs. Alena tidak pernah membicarakan apapun kecuali persiapan ritual penyatuan antara aku dan Ethan. “For Godsake. Kau mate yang sudah ditakdirkan untuknya. Untuk apa aku meragukannya. Dengarkan, Anakku. Bagi bangsa werewolf, tidak ada yang boleh menyangsikan mate yang sudah terpilih. Kau tidak boleh meragukannya, tidak boleh sedikitpun melakukannya.” “Maafkan, aku. Mrs. Alena.” “Tidak apa-apa. Kau bukan dari bangsa kami. Wajar jika kau berpikir semacam itu.” Aku memeluk Mrs. Alena, wanita yang begitu lembut dan baik hati. Tidak pernah membayangkan sebelumnya jika aku kembali bertemu dengan wanita sebaik ini. “Alena, Rachella. Sudah waktunya.” Mr. Alex datang, membuat ketegangan yang sempat mengendur kembali menegang. Jantungku kembali berdetak kencang, tubuhku sekaku kayu yang membeku. Ritual itu dilakukan di tepi hutan Darkforest. Hutan yang dikeramatkan bagi bangsa werewolf dan hanya didatangi saat ritual penyatuan tiba. Mrs. Alena mendudukkanku di batang pohon maple yang tumbang. Ia memintaku menunggu sampai Ethan datang menjemputku. “Jangan takut, Rachella. Ethan akan selalu menjagamu dan tidak akan membiarkanmu dalam kesulitan.” Itulah pesan Mrs. Alena sebelum ia meninggalkanku sendiri. Begitu aku merasa sendiri, suara-suara hewan di hutan ini seolah bersahut-sahutan. Suara burung hantu, suara gagak, suara geraman serigala dan suara-suara serangga membuatku menutup mata. Tiba-tiba perasaan takut muncul begitu saja. Sebenarnya apa yang mereka maksud dengan ritual penyatuan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD