Cowok populer itu

1108 Words
Menjadi pewaris utama, bukan berarti aku bisa hidup tenang dengan hanya duduk dan makan. Justru karena alasan itu, Ibu membuatku benar-benar lelah. Ibu membuatku seperti asistennya. Setiap hari aku tetap bekerja seperti saat belum ada Ibu. Mengawasi semua pekerja dan hasil pekerjaan mereka serta terkadang aku ke Sommerset untuk banyak hal, tergantung permintaan ibu. Tetapi kesibukan ini membuat perasaanku lebih baik. Tidak ada lagi hari mengenang kepergian ayah. Tidak ada lagi hari untuk bersedih. Semua berkat ibu yang menjadikanku layaknya upik abu, Cinderella. Duduk bersama Dolores dan Redrick di tepi meja makan yang berada di dapur. Aku menikmati makan malam sambil mendengarkan Dolores yang terus-terusan mengeluh. Redrick, duduk tenang sambil memasukkan sup ikan salmon sesendok demi sesendok ke dalam mulutnya. “Mr. Redrick, saya yakin anda bisa melakukan sesuatu. Tidak jadi soal saya harus bekerja dua kali lebih berat … tapi bagaimana dengan Nona Ella? Tidak seharusnya Nona Ella mendapatkan perlakuan seperti ini.” Dolores mengambil segelas air putih lalu meneguknya hingga tandas. Wanita itu benar-benar marah sampai urat lehernya mencuat. “Apa anda mendengarkan saya?” Dolores melotot, melihat Redrick yang masih menikmati supnya dengan tenang. Aku menghirup sup yang membuat badanku menghangat. Ini bukan sekali dua kali aku mendengarkan keluhan Dolores. Baik aku maupun Redrick harus selalu mendengarkan keluhannya di setiap kami makan bersama. Jadi, ini bukanlah hal luar biasa. “Seharusnya Nona melawan Nyonya. Tidak seharusnya anda diperlakukan seperti ini!” Dolores mengembuskan napas berat, seberat apapun yang sedang berada di kepalanya. Aku memandang wolfy yang berada di sebelahku. Ia tengah menikmati sekerat daging domba sebagai makan malamnya. Aku tersenyum, melihat wolfy begitu menikmati makanannya. “Apa Nona mendengar saya?” desak Dolores. “Jaga ucapanmu, Dolores!” Redrick meletakkan sendok ke samping supnya yang masih setengah. Ia memandang Dolores dengan mata tajam. Jelas sekali Redrick marah karena Dolores sudah mulai kehilangan tata kramanya. “Tidak apa-apa, Redrick … Dolores, aku tidak keberatan melakukan ini semua. Setidaknya, pekerjaan-pekerjaan itu membuatku lupa tentang…” Ayah. Aku mengatakan yang sebenarnya. Semua pekerjaan itu membuatku lupa akan setiap kesedihan yang baru saja kulalui dan wolfy juga ikut andil dalam membuatku merasa lebih baik. “Terima kasih, wolfy.” Aku mengusap-usap kepalanya. Wolfy menengadah, menatapku sambil menunjukkan gigi-giginya yang runcing. Aku tersenyum melihatnya, bagiku wolfy tetap lucu meski dengan warna bulu hitam pekat dan sedang memamerkan gigi-giginya seperti sekarang. Wolfy selalu ada dimanapun aku berada. Dia sudah tak ubahnya seperti saudara bagiku. Aku selalu tersenyum setiap kali melihatnya bertingkah. Wolfy tahu bagaimana menyenangkanku. Aku sangat bersyukur memilikinya. Aku sangat menyayangi wolfy, sungguh sangat menyayanginya. Wolfy menjilati tanganku. Aku tidak bisa menahan tawa geli karenanya, sekaligus merasa nyaman sehingga aku selalu membiarkannya menjilatiku dimanapun ia menginginkannya. Tetapi perasaan nyaman ini tidak boleh kubiarkan, terkadang kupikir aneh kalau aku merasa ada sesuatu yang beterbangan di perut setiap wolfy menjilatiku. “Wolfy, hentikan!” Wolfy berhenti menjilati tanganku, tetapi sekarang ia menyurukkan kepalanya di pangkuanku. Aku membelai kepalanya dengan lembut dan mencium puncak kepalanya dengan penuh rasa sayang. Jam tua peninggalan Madamoissale generasi ke tiga berdentang keras, menunjukkan kalau sekarang jam delapan pagi. Sudah saatnya aku berangkat ke sekolah. Cepat-cepat aku menghabiskan sarapanku dan dengan cepat pula merenggut tas yang kugantung di sandaran kursi. Aku harus segera ke jalan utama dimana bis sekolah melintas. Aku tidak boleh terlambat atau harus berjalan kaki menuju ke sekolah dan tentu saja itu bukan berita baik. Bastian terlalu sibuk dengan kegiatan Ibu. Mendung menyelimuti tanah Westville saat aku keluar kastil. Halaman depan kastil kini berubah menjadi dataran salju yang cukup luas. Musim dingin tahun ini mungkin adalah musim dingin paling dingin sepanjang aku hidup. Baru kemarin aku dan Dolores membersihkan halaman dari salju, tapi sekarang salju sudah kembali menumpuk seperti sebelum kami membersihkannya. Berjalan seorang diri menuju gerbang yang berjarak dua ratus meter dari kastil, Clara melambaikan tangannya dari jendela mobil sedan yang dikendarai Bianca. Tentu saja ia sedang menertawaiku. Aku hanya bisa menarik napas dalam sambil berusaha menghalau perasaan kacau yang selalu datang setiap kali dua perempuan itu melakukannya. Wolfy tiba-tiba berjalan di sebelahku. Seakan ikut marah, wolfy menatap mobil Bianca sampai menghilang dari pandangan kami. Aku menepuk puncak kepala wolfy lalu berlari secepatnya sambil sesekali menoleh, memandang wolfy yang dengan setia berlari mengitariku. Aku menghentikan langkah, wolfy pun berhenti. Kulakukan beberapa kali dan wolfy terus mengikuti. Aku tertawa riang, kupeluk erat tubuhnya dan kuciumi moncongnya dan ia menjilatiku. Keluar gerbang kastil, bis sekolah telah berhenti disana. Aku cukup terkejut karena tidak biasanya bis sekolah mau bersusah-susah masuk ke jalan menuju kastil ini. Bis biasanya berhenti di jalan utama dan tidak mau masuk ke jalan kecil yang berjarak sekitar lima ratus meter dari kastil. Aku menoleh, mencari-cari keberadaan wolfy tapi entah kenapa ia tiba-tiba menghilang seperti hantu. Aku hanya bisa geleng-geleng dengan tingkah wolfy yang suka sekali muncul dan menghilang sesuka hatinya. Pintu bis terbuka, aku tidak mau membuang waktu dengan wolfy sehingga aku segera melompat masuk. Bis sekolah hanya berisi Ethan, cowok yang sejak kemarin menjadi teman sekelasku. Ia tersenyum sambil melambaikan tangan. Aku cukup terkejut, kupikir ia salah menyapa seseorang jadi aku menoleh untuk memastikannya. Tidak ada siapapun, jadi dia benar-benar menyapaku? “Cepatlah duduk atau kau ingin kita terlambat?” Ethan menepuk kursi di sebelahnya. Aku tidak tahu mengapa ia melakukan hal semacam itu. Aku bukan cewek aneh di sekolah, tentu saja. Tetapi aku juga bukan anak populer sehingga seorang Ethan mau bersusah payah berteman denganku. Sebaliknya Ethan sudah menjadi idola cewek-cewek sekelas ehm … ralat, cewek-cewek seantero sekolah sepertinya sudah tahu siapa dia. Ethan adalah keponakan Mr. Max yang kini tinggal bersama pria itu. Cowok berbadan besar seperti algojo karena lengannya saja sudah menunjukkan otot-ototnya  yang kencang sekalipun tertutup kemeja coklat. Tubuhnya membuatku merasa kalau usianya bukan remaja lagi, tapi wajahnya tidak justru menampakkan kalau memang dia seumuranku atau mungkin setahun di atasku. Belum lagi perutnya yang rata, entah berapa kotak yang menghiasi perut Ethan. Dan wajahnya … tidak ada cewek yang mengatakan Ethan jelek, bahkan aku sekalipun tidak bisa menutup mata karena wajah Ethan sangat memesona. Harus punya keteguhan hati untuk tidak menghampirinya saat makan siang kemarin. Oh sial, Ethan tersenyum sekarang. Mulutku tanpa sadar menyunggingkan senyum terpesona sialan. Ethan memang selalu membuat cewek manapun akan terpesona hanya dengan melihat senyumnya.  Aku segera mengatupkan mulut dan melirik kursi yang ada di belakang supir. Aku segera menjatuhkan pantatku disana, berusaha tidak peduli dengan Ethan. Kau tahu, Bianca dan gerombolannya sudah mengerjai beberapa cewek yang telah berani mendekati Ethan, sekalipun hanya sekedar menyapanya saja. Sejujurnya aku tidak takut, hanya saja aku enggan berhadapan dengan gerombolan tidak penting itu di sekolah. “Hari yang indah.” Suara Ethan membuatku terkejut. Cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di sebelahku. Duduk di sebelahku, entah sejak kapan. Sepertinya kepalaku terlalu penuh dengan pemikiran-pemikiran popularitas Ethan di depan semua cewek di sekolah sampai aku tidak menyadari kehadirannya. Aku memandang jendela, meski dimana-mana hanya berwarna putih tetapi salju tidak turun pagi ini. Jadi kurasa Ethan benar. “Ya, hari yang indah,” ucapku.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD