Bab 2

1173 Words
2 minggu kemudian setelah perdebatan dengan dirinya sendiri, Kate akhir mau menerima takdirnya. Ia menyetujui pernikahan ini. Alasannya? Tentu karena permintaan sang ayah, ia pikir hanya ini yang bisa ia lakukan untuk ayahnya. Sisi lain, melihat keluarga White yang begitu menerimanya juga membuat Kate pada akhirnya menerima semua ini. Jackson dan Kate bertunangan, dan menikah 1 bulan kemudian. Acara pernikahan mereka tidak terlalu meriah dan hanya dihadiri oleh segelintir orang. Jackson meminta agar pernikahannya diadakn sederhana dan jangan banyak orang yang tahu. Ia berdalih karena ia tak ingin Kate sampai menjadi bahan sorotan dan Kate merasa terganggu jika publik tau Jackson telah menikahi Kate. Padahal pada kenyataannya, Jackson tak ingin menyakiti hati Julie kekasihnya dan hanya ingin menggelar acara pernikahan mewah bersama kekasih hatinya itu. Kini pernikahan Jackson dan Kate sudah berumur 1 bulan. Akan tetapi sikap Jackson pada Kate semakin menjadi - jadi. Jackson sangat dingin, kasar dan cuek terhadap Kate. Bahkan mereka tidak tidur dalam satu kamar. Mereka hanya tidur sekamar jika Marissa dan James datang berkunjung ke Apartemen mewah mereka yang berada di kawasan pusat kota Seattle. Kate sudah berusaha memperlakukan suaminya dengan sangat baik tetapi Jackson membalasnya dengan perbuatan sebaliknya. Ia sama sekali tidak menghargai usaha Kate untuk menjadi istri yang baik. Kate tidak menyerah, ia mengingat pesan dari ayahnya dan terus berusaha untuk merebut hati suaminya itu. Pagi ini Kate membuatkan membuatkan Jackson sarapan, ia membawa sebuah piring yang berisi pancake dari dapur untuk dibawanya kemeja makan. Jackson keluar dari kamar dan bersiap untuk pergi kekantor. " Jack, aku buatkan pancake untukmu" suara lembut Kate mencoba mengajak Jack makan bersama. Jackson menatap Kate dingin dia melihat pancake tersebut dan mengambil piring itu. Kate merasa senang akhirnya Jackson mau memakan masakannya. Akan tetapi senyum Kate berubah saat Jackson membanting piring itu dan menatap Kate dengan tatapan tajam. " Sudah kubilang padamu jangan buatkan aku masakan apapun!!!! Aku tidak akan memakannyaa!!!" Bentak Jackson. Kate melihat pancake tersebut di lantai dengan piring yang sudah terpecah belah. Hati Kate terasa seperti diiris iris. Ia sangat sakit hati melihat perlakuan suaminya itu. Tanpa berkata apapun, Jackson pergi meninggalkan Kate di Apartemen itu. Saat membersih pecahan piring itu, air mata Kate jatuh ia tak tahu mengapa Jackson begitu sangat membencinya dan tak pernah menghargai apapun yang diberikannya. Jackson Alexander White seseorang yang sudah menyandang sebagai suami Kate sebulan lalu adalah seorang CEO di perusahaan White. Umur Jackson terbilang jauh lebih tua 4 tahun dari Kate. Jackson memiliki sikap yang tegas dan dingin. Tetapi Jackson akan memperlakukan wanita yang ia cintai dengan berbeda. Saat ia bersama ibunya, adik-adiknya dan terutama Julie ia akan sangat lembut. Tetapi saat ia bersama Kate, dia akan sangat keras padanya karena kebencian yang sudah ia tanamkan saat pertama kali ia mengenal Kate. Kate lagi – lagi harus kembali mnahan emosinya, sejujurnya ia sudah mulai merasa lelah akan sikap suaminya itu. Ia mulai lelah untuk menahan rasa sakit yang dibuat oleh orang yang telah menikahinya. Namun ketika ia teringat akan ayahnya, ia segera memaafkan kelakuan Jackson dan kembali melanjutkan tugasnya. Setelah menyelesaikan tugas rumahnya. Kate pergi kekantor untuk melakukan pekerjaannya. Pekerjaannya sebagai marketing online membuatnya harus tetap duduk berjam - jam untuk mengiklankan produk yang dijual di butiknya. Kadang ia pun juga harus melayani tamu yang datang langsung ke butik. *bepbep* Terdapat tanda pesan masuk diponsel Kate, ia segera membacanya. Betapa senang hatinya sahabat baiknya menghubunginya, " Kau dimana? Aku sudah berada di Lobby butik. Temui aku segera - Milan" Kate segera turun kebawah dan menemui Milan. Matanya berbinar - binar saat melihat Milan berdiri menunggunya di Lobby. Milan Edward Gunawan adalah sahabat Kate sejak mereka duduk dibangku SMA. Kate dan Milan memang tidak bisa dipisahkan. Keluarga Milan sejak dulu sudah menganggap Kate sebagai anak perempuan mereka. Milan memiliki darah Indonesia dari ayahnya dan memiliki darah Italia dari ibunya. Secara fisik, Milan tidak memiliki fisik khas orang Indonesia. Ia memiliki tubuh tinggi, badan atletis, rambut coklat karamel, kulit putih dan matanya coklat. Saat Milan lulus SMA keluargnya memutuskan untuk pindah ke Italia, mereka mengajak Kate untuk pindah juga akan tetapi Kate lebih memilih untuk tinggal di Seattle dan menjalani hidupnya secara mandiri. Tatapan lembut Milan dan senyumannya yang manis menatap Kate. Milan sangat terlihat merindukan Kate. Maklum saja, Kate dan Milan sudah tidak bertemu 4 bulan lamanya. " Milan... sejak kapan kau berada di Seattle?" Tanya Kate tampak senang melihat sahabatnya berada di hadapannya. " Sudahlah itu tak penting. Mau minum kopi bersama?" Dengan senang hati Kate menerima tawaran Milan. Ia segera mengambil tasnya dan mereka pergi ke kafe tempat dimana mereka suka menghabisakan waktu bersama saat SMA dulu. Mereka memesan secangkir hot chocolate dan secangkir tiramissu. Pesanan mereka tidak pernah berubah sejak dulu. " Pesanan kita selalu sama jika kita kesini" Kate tersenyum mengingat - ingat kenangannya bersama Milan. Kate menyeruput cangkir coklat tersebut dan matanya bertemu dengan mata Milan yang sudah menatapnya dari tadi, " Ada apa?" Tanya Kate. Tatapan Milan bergeser pada cincin yang melingkar di jari Kate, " Kau bahagia dengan pernikahanmu?" Kate tersedak saat Milan menanyakan hal itu " Ya........ aku bahagia. Mengapa kau bertanya seperti itu?" jawab Kate mencoba mengekspresikan dirinya bahwa ia baik - baik saja. " Maaf, aku bukan bermaksud tidak sopan menanyakan hal ini padamu tapi.." Milan memberhentikan pembicaraannya. Ia melihat sahabatnya dengan kasihan ia terlihat ingin mengatakan sesuatu tetapi ia mengurunkan niatnya. " Tapi apa Milan?" Tanya Kate penasaran. " Tidak" senyum Milan kembali menghiasi wajahnya. " Aku hanya ingin memastikan rumah tanggamu baik - baik saja. Karena ku rasa ini semua terlalu cepat. Kau baru saja mengenal Jackson. Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka" Kate tersenyum kepada Milan " Milan.... aku baik - baik saja. Aku dan Jackson hidup bahagia kok. Terimakasih kau sudah ada sebagai sahabatku. Aku sangat senang dengan perhatianmu" Kate mencoba menutupi semua masalah keluarganya. Ia tak ingin aib keluarganya diketahui banyak orang, meskipun Milan bukanlah orang lain dalam hidupnya" Saat Kate sedang membela suaminya dan menutupi aib keluarganya, dilain tempat Jackson sedang bermesraan dengan Julie. " Sayang... apakah kita akan terus seperti ini? Aku lelah sayang. Belum lagi kalau orang - orang tahu kau sudah menikah. Mereka akan memberiku predikat sebagai perebut suami orang sayang" ujar Julie manja yang sedang berada di pangkuan Jackson. " Hey. Sabar sayang, kita tunggu sampai keadaan ayahku pulih, setelah itu aku akan menceraikannya" Jackson mencoba meyakinkan Julie. " Iyasih... sayang sebenernya aku dan adikmu punya rencana untuk menghancurkan istrimu yang pembawa sial itu" " Apa itu?" Julie membisikkan sesuatu ditelinga Jackson. Seketika alis Jackson mengerut, " Sayang, bukan kah itu keterlaluan? Lagi pula aku tidak bisa melakukannya. Kita bisa mencari cara lain kan?" Julie berdiri ia terlihat kesal melihat Jackson tidak se ide dengannya, " Mengapa kau sekarang jadi membelanya?! Kau tahu sendiri yang ia lakukan pada adikmu dan kita lebih jahat. Ah! Atau mungkin kau sudah menyukainya?!" Curiga Julie. Jackson segera berdiri dan memeluk Julie dari belakang, " Sayang, mana mungkin aku bisa berpaling darimu? Kau tahu sendiri kau adalah belahan jiwaku. Baiklah aku akan membantumu" Julie membalikkan badannya, ia menatap Jackson senang, " Really sayang?!" Tanya Julie. Jackson mengangguk sambil tersenyum. Julie memeluk Jackson dengan mesranya, dan ia mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir Jackson.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD