(3) Present

388 Words
"Aku menyukai Mira dan ingin berteman dengannya. Jadi aku ingin segera mengakhiri segala kesalahpahaman hari ini dengan cepat." Dia memiringkan kepalanya dan menawarkan tisu kepada Miranda yang masih terlihat terkejut. "Sekarang, masalah benar-benar telah selesai. Aku tidak akan mengungkit ciuman itu untuk kedepannya. Deal?" Ara menawarkan tangannya untuk dijabat bersamaan dengan kesadaran Mira yang tampaknya mulai datang. "Uhm, bisa diterima. Baiklah," jawab Mira dengan seulas senyum di bibirnya. Sementara aku berdiri melihat mereka dengan mulut ternganga. Semudah itu Miranda memafkan Ara? Kupikir akan ada sesi saling menjambak, air mata dan drama selanjutnya. Aku tersadar dari imaji anehku ketika mendengar suara cekikik Kika. Oh ya, Kika pasti menikmati pertunjukkan sore ini dan dengan cepat kroni-kroninya yang adalah para pegawai lainnku akan bersekutu meledekku habis-habisa. Sialan. Sedetik kemudian aku mulai tersadar dan tertawa. Gadisku memang benar-benar tidak bisa ditebak. Aku langsung menggapainya dan kali ini dia tidak menolakku. Syukurlah... Aku lalu mencium keningnya. Menghirup aroma rambutnya yang berbau matahari dan vanilla, menyimpannya untuk diriku sendiri. "Bagaimana harimu?" tanyaku sembari membawanya dudk menyilang di pangkuanku. Aku menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinganya dan hampir saja menggulum bibirnya --jika saja tidak ingat di mana kami berada saat ini-- yang sedang merengut. Ara melepaskan diri dariku. Memilih duduk di sampingku dengan wajah merengutnya. "Buruk," balasnya singkat. "Aku berharap kamu bisa menghiburku dan aku malah menemukan sesuatu yang tidak terduga. Ah sudahlah. Aku sudah menutup kasus itu. Dari pada itu," dia mengedarkan ke sekeliling. Tahu bahwa dia sedang mencari sosok Kika yang sedang berdiri di belakang konter dapur. "Kika! Kau sudah menyiapkannya, kan? Aku harus pergi, uhm," dia melirik arlojinya, "sekarang." Kika lalu bergegas mengambil kotak besar dari dapur dan membawanya kepada kami. "Beres!" dia membuat kode dengan menautkan telunjuk dan jempolnya. Mengulas senyum kepada Ara sementara mendengkus ketika melihatku. Hei, sebenarnya siapa sih bos dia? "Kamu yang terbaik, Kika!" Ara memeluk Kika sebelum berbalik padaku. "Ayo pergi! Dan uhm, Mira, jika kamu tidak keberatan, apa kamu mau ikut dengan kami?" "Hah? Ke mana?" tanya Miranda bingung. "Ah! Tentu saja kamu harus ikut!" Ara menarik tangan Miranda tanpa memberikan jawaban. Aku mencatat dalam hati bahwa nanti akan meminta maaf kepada Miranda atas sikap menyebalkan Ara. "Kai, cepatlah!" terikannya lantang. Membuatku mau tidak mau mempercepat langkahku dan mengikuti mereka dengan membawa bungkusan itu. Aku menatap ke arah Ara yang sedang menjelaskan sesuatu kepada Miranda dan tanpa sadar, tersenyum melihat antusiasme dari gadisku. Ah, gadisku benar-benar luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD