Bagai batu karang yang terkikis

1161 Words
Sebesar apapun karang yang berdiri kokoh di tepi laut , akan rapuh dan terkikis pada ahirnya , jika terus menerus diterjang gelombang ombak yang kuat.  mungkin seperti itulah perumpamaan yang tepat untuk mengambarkan kondisi hati Ana saat ini .  Rasa sakit hatinya belumlah bisa dia redam ,  Dia hanya mampu menutupinya dari orang sekitarnya, berusaha keras terlihat kuat dan ikhlas . Tapi itu semua hanya berlaku saat dia berada di dekat orang lain ,namun jika dia sedang sendiri ????. Seminggu dia menjalaninya , hidup satu atap dengan mantan calon suami , yang kini telah menjadi kakak iparnya . Sikap kakaknya yang tak tau malu dan tak punya hati membuat Ana semakin tersiksa. pagi ini Ana berencana untuk kembali melamar kerja di tempat pekerjaannya kemarin,  yah  karena Ana bukan hanya meminta cuti saat mau menikah kemarin, namun Ana mengundurkan diri. karna pada rencana awal Raka akan memboyong Ana ke jakarta setelah mereka menikah. Tapi sekarang kenyataannya berbeda jauh dari apa yang direncanakan , membayangkan hidup bersama orang yang sangat dicintai , bersama anak anak yang lucu dan hidup di jakarta kini tinggal kenangan dalam angan angan saja. " aku harus kembali menjadi Ana yang dulu , dan merajut angan- angan yang baru. Yah aku harus bisa" Ana mengusap air matanya kasar saat akan keluar dari rumah . setelah sebelumnya dia sudah menyelesaikan tugasnya menyiapkan sarapan untuk keluarganya, termasuk menyediakan kopi kesukaan kakak iparnya , karna kakaknya tidak pernah bangun lebih dulu dari pada suaminya. Setelah selesai pekerjaanya dia bergegas untuk mandi dan bersiap diri. Hari ini dia akan menuruti nasehat temannya kemarin, untuk kembali kerja agar bisa mengurangi  pertemuan dengan pengantin baru itu . Dengan seperti itu diharapkan bisa mengurangi beban fikirannya, apalagi berkumpul kembali dengan teman- teman yang agak gesrek itu pasti membantu . " Nak kamu mau kemana nak , Hari ini rapi sekali ?" Ibu yang melihat anaknya tampak rapi hari ini kemeja putih dengan celana jeans dan rambutnya yang di kucir tinggi membuat Ana nampak cantik elegan. setelah beberapa hari ini terlihat murung dan memilih untuk menyendiri di Gasebo belakang rumah ketimbang berkumpul dengan keluarga seperti biasa. Sang anak yang berubah banyak setelah pernikahan kakak nya itu membuat sang ibu turut merasa sedih. Tapi pagi ini Ana terlihat agak berbeda, ibu yakin kedatangan Ajenk kemarin sedikit memberi hiburan untuk putrinya itu. " Ini ibuk Ana mau izin untuk bekerja lagi buk, boleh kan buk?" Raka yang mendengarnya sontak kaget tersedak kopi yang sedang diminumnya. Seketika Raka menundukkan kepalanya , dia merasa malu , dialah yang dulu meminta Ana untuk berhenti bekerja menjelang hari pernikahannya . Dengan janji akan membawa Ana ikut serta dengannya ke Jakarta . Janji yang kini hanya meninggalkan kan luka yang dalam bagi keduanya, " ehemm, ma aaf ka lau mau dek Ana boleh kerja di perusahaan saya di Jakarta " Raka berusaha memberikan penawaran pada Ana, sebetulnya Raka sudah memikirkankan penawaran itu dari kemarin, dengan Ana Bekerja disana paling tidak Raka bisa melihatnya setiap hari . " Maaf kak saya kerja disini saja"  mendengar penolakan dari Ana, sebenarnya Raka kecewa , tapi Raka sadar semua itu tak mungkin mudah untuk Ana. Raka hanya mengangguki saja. " Ya sudah nak kalau memang kamu ingin kerja lagi, bapak sama ibu mengijinkan nak" seraya mendekat dan mengantar kedepan "Nak , hati - hati di jalan ya." Usapan tangan sang ibu dan pelukannya memberi semangat baginya. Senyum palsu yang diukirnya begitu ketara walau Ana sudah berusaha keras menutupi kesedihannya. "Pergi dulu ya Bu, assalamualaikum" senyum manis berubah menjadi tetesan air mata seiring langkanya menjauh dari rumah, kembali bekerja bukan hal yang buruk, namun niatnyalah yang salah baginya. Rencana selama apapun, sekuat apapun, jika Allah tak menghendaki maka semua tidak akan terjadi. Mimpi setinggi langit pun akan jatuh ke dasar bumi jika itu menjadi kehendaknya.   "Selamat siang semua " sambil melambaikan tangan Ana menyapa Jojo, briyan dan Ajenk yang lagi ngrumpi di dekat kasir , kebiasaan. Yang tak bisa hilang jika minimarket lagi sepi "Aaaaa coba lihat siapa yang datang" sorak gembira si trio Wek Wek yang selalu saja ada yang bisa dibikin heboh plus ngakak bila bersama mereka. " Ui ui cantik ku manisku ,ya ampun kaget kesamber gledek Wek Wek deh aku,,, gitu dong balik kumpul sama kita, lupain ,lupain buang ke laut. Sebel banget sama laki satu itu" cerocoh jojo si duper alay bin lebay diantara mereka "Huus udah " Briyan sambil melotot ke arah Jojo, sempat dulu Briyan menaruh hati pada Ana , namun usahanya berhanti melihat kesetiaan Ana dan besarnya cinta Ana pada Raka .   " Iya iya, habis emosi aku thu" muka melas ala Jojo menjadi andalan saat Briyan marah padanya yang sering lupa kontrol . " udah udah ngak papa kok, oh ya  Pak Jodi nya udah datang belum?" Ana hafal sekali dengan mereka berdua yang ngak akur , tapi itu semua hanya bercandaan semata. Makanya Ana langsung mengalihkan pembicaraan sebelum mereka bener bener perang mulut, tom and jerry fersi manusia ini memang ngak ada yang mau kalah saat perang mulut, tapi mereka akan menjadi semut saat berada di situasi tertentu. mendengar pertanyaan Ana , Ajenk yang sebelumnya hanya berdiam di tempat kasir reflek berdiri mendekat, " kamu mau kerja lagi say? beneran?" cecar Ajenk gembira , karna setidaknya temannya sudah mulai mau bangkit dari keterpurukannya. Ana hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman saja. Mereka berempat serentak menoleh ke arah pintu saat terdengar suara pintu terbuka. " Eh ada Ana , gitu dong main main walau dah ngak kerja " Sapa Pak Jodi saat melihat Ana berada di sana .   " iya pak , ada perlu juga sama bapak , maaf apa bapak ada waktu?"  jawab ana langsng pada intinya. Pak Jodi mengangkat kedua alisnya penasaran dengan ap yang akan dibicarakan Ana. " oh ada ayo keruangan bapak aja, biar enak ngobrolnya" mereka berdua pun melangkah menuju ruangan Pak Jodi. " sebelumnya bapak ikut prihatin atas apa yang menimpamu an, kamu yang sabar ya an , esok Allah pasti akan memberi ganti yang lebih baik untukmu nak'"  ucaopan Pak Jodi seteh mempersilahkan masuk dan duduk pada Ana . " iya pak terima kasih , ini sudah nasib Ana pak, setia pada jodoh kakak sendri pak" " oh iya pak , saya kesini ingin melamar kerja lagi disini pak , apakah saya bisa berkerja disini lagi pak ? " Ana secepatnya menganti topik , sebelum dia masuk kembali pada hal yang menyakitkan itu. Cukup lama Pak Jodi menjawab pertanyaan Ana. " Emm begini An, sebenarnya bapak senang sekali kamu mau bekerja kembali disini tapi ,,," kalimatnya tergantung, sebenarnya Pak Jodi ngak tega menolak Ana, dia karyawannya yang sangat cekatan , cerdas , jujur dan pekerja keras ini, tapi bagaimana dia bisa menerima sedang sudah ada yang baru, di tambah Sekarang memang lagi agak sepi. " Na maaf bapak blum bisa menerima kamu lagi,, baru saja bapak masukin keponakan bapak sendiri na,,, ngak enak mau kalau mau nyuruh berhenti. Sekali lagi maafkan bapak ya" " Iya pak ngak apa apa, mungkin bukan rejeki na"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD