Goresan luka

1219 Words
   Ana melangkah keluar dari minimarket itu dengan lemah, wajahnya lesu walau sudah berusaha untuk mengukir senyum di wajahnya, tapi kesedihannya tak bisa dia tutupi. Dia terus melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang sepi ,pagi ini suasana dingin dan berkabut ,entahlah bumi seakan -akan mendukung kesedihan Ana.      Langkahnya terhenti di sebuah taman kecil, disana terdapat beberapa pasangan muda mudi yang sedang bercengkrama, sekilas senyum telukis di wajahnya. Bayangannya terbang jauh ke masa lalu, saat dia masih bersama Raka, masa – masa yang indah yang kini menjadi goresan luka yang amat perih dia rasakan,namun itu pasti akan sangat sulit bagi Ana untuk melupakannya.  Flas back “ An , nanti jika kita sudah menikah, aku ingin punya banyak anak-anak yang lucu-lucu ,  pasti seru”   ucap Raka dengan senyuman di wajahnya, entahlah tiba- tiba fikiranya jauh berbagai untuk masa depannya dengan Ana, harapannya begitu besar untuk membina rumah tangga bersama Ana kelak. Raka yakin Ana adalah sosok wanita idaman pria untuk dijadikan istri, sikapnya yang lemah lembut, tutur kata dan perbuatannya sangat sopan . Wajahnya cantik , berbody seksi menambah bonus bagi yang memilikinya nanti, Raka sangatlah beruntung bisa mendapatkan hati Ana saat ini, banyak teman – teman satu sekolah yang tertarik pada Ana waktu itu, termasuk Briyan teman Ana sendiri, namun keberuntungan jatuh ke tangannya dia mampu mencuri hati dan menjatuhkan pilihan Ana padanya. “ Anak banyak? Mas ni apaan sih “ wajahnya memerah bak kepiting rebus,Ana malu karna Raka sudah berfikiran terlalu jauh, padahal kini dia masih sekolah tepatnya kelas dua SMA . Saat itu Raka sudah lulus dan menunggu hari dimana dia berangkat ke ibu kota untuk meneruskan pendidikan yang lbih tinggi. Raka anak yang pandai , prestasinya selama sekolah membuat dia mendapatkan biasiswa untu kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Walau awalnya orang tuanya tidak setuju karena biaya hidup dijakarta pasti mahal, Dangan keadaan keluarga yang pas-pasan ini mereka takut tidak bisa mengirimkan biaya hidup Raka selama mengenyam pendidikan disana. Tapi dengan kegigihan Raka akhirnya kedua orang tuanya mengijinkannya pergi, tapi Raka mempunyai prinsip yang agak sulit untuk diterima bagi semua, dia tidak akan pulang sebelum sukses. Berat sebetulnya bagi semua orang yang akan ditinggalkan, namun melihat semangat Raka yang begitu besar mereka berfikir positif saja dan selalu berdoa . “ Selama aku pergi nanti , maukah kamu tetap menjadi kekasihku dan setia menungguku dek?” tiba tiba Raka bersimpuh di depan Ana sambil memegang kedua tangannya. “Aku sangat berharap kamu masih mau dan setia kepada cinta kita, sampai nanti aku pulang dek,, aku janji disana aku juga akan menjaga cinta kita, kamu mau kan?,,, Aku mohon” tak terasa air mata seorang Raka menetes ,, mengiringi rasa takutnya kehilangan Ana jika nanti dia pergi. Ana yang melihat ketulusan Raka benar - benar terenyuh, Raka yang terkenal sebagai pria kuat ,tegas yang selama ini dia tau bisa meneteskan air mata .  “ Iya mas , aku akan menunggumu dengan setia, tapi mas janji ya walau di kota banyak gadis yang cantik mas ngak akan tergoda” Ana pun ikut meneteskan air mata , kedua tangannya memegang bahu Raka untuk membawanya kembali duduk disampingnya. Mereka saling mengucapkan janji di bawah pohon beringin di tepi danau yang terletak di pinggir kampung, disana memang tempat favorit bagi mereka, selain udara yang segar pemandanganya pun indah. “ iya sayang aku janji , aku akan menutup pintu hatiku aku janji, aku janji” kata janji dia ulang untuk meyakinkan Ana akan kemantapan hatinya, jawaban Ana sungguh melegakan, Raka yakin Ana wanita yang setia , kekawatirannya berubah menjadi keyakinan ,kini Raka semakin mantap untuk melangkah pergi ke ibu kota untuk meraih cita-citanya Sebuah rangkulan tangan seseorang memutus lamunan Ana, dia menyeka air matanya yang jatuh dengan kedua tangannya.  “jenk kok kamu disini,, kan kamu kerja,” masih dengan tangannya yang sibuk menyeka air matanya yang belum juga mau berhenti, mengingat kembali janji janji Raka padanya. “ maafin aku ya say” Ajenk tak tahan untuk menahan air matanya yang ingin keluar “ Maaf untuk apa sih jenk, kamu adalah teman terbaikku , kamu selalu ada untukku” mereka saling berpelukan  “ maaf aku malah menambah kesedihanmu dengan ideku” Ajenk menyesali idenya untuk kembali kerja yang hanya menambah sedih teman karibnya itu. “ udah aku ngak apa apa kok,, mungkin ini sudah nasibku Say” Ana menyudahi pelukan ini , memang berat yang kini dia rasakan, tapi mau apa lagi ,mungkin ada jalan lain yang telah disiapkan Allah untuknya. Matahari mulai meninggi , suasana sejuk perlahan berganti dengan panasnya matahari , kini disana tinggal mereka berdua, namun sepertinya Ana masih menikmati Suasana atau Malas pulang karna harus bertemu dengan kakaknya dan iparnya itu. “ aha,, aku punya ide!” seru Ajenk sembari mengacungkan jari dan mengerlingkan matanya , seiring ide yang muncul Dikepalanya, Ajenk baru inget bahwa bosnya tadi bilang akan tutup toko setengah hari , sebagai bonus ulang tahunya hari ini. “ apaan sih jenk ,, kaget tau “ saking kagetnya Ana sampai nenumpahkan minuman yang ada ditangganya , padahal Ajenk baru saja datang dari membeli minuman itu tadi,  “ Say gimana kalau kita ajak anak anak makan siang ,, makan bakso aja di warung pak Jono gimana? Mungkin dengan bersama mereka bisa agak mending” sambil melebar lebarkan matanya dan senyum imutnya “ eem ,, boleh juga sih , tapi bentar aja ya aku harus pulang nanti ibuk cemas kalau aku ngak segera pulang” “ ok ok” Ajenk langsung menghubungi teman sekawannya si trio Wek Wek untuk datang , setelah mereka setuju ,mereka berdua pun bergegas menuju ketempat tujuan,   Sesampai disana mereka langsung memesan bakso langganan mereka , sembari menikmati bakso mereka membahas rencana apa aja yang biasa dilakukan Ana setelah ini,, bukanya mendapat Jalan keluar, tapi malah perdebatan Yang terjadi.  “ Stop,, kalian ini apa apaan sih , kita kumpul disini itu untuk cari jalan keluar untuk Ana , bukan kayak gini bocah.” Ajenk emosi melihat perdebatan dua Kwek ini. “ sudah - sudah biar waktu aja yang memberikan jalan buat aku,, aku yakin kok , Ada jalan nanti”  “ pulang yuuk , ibuk pasti udah cemas ini” jam sudah menunjukan jam 2 ibunya pasti cemas , karena dia belum pulang. Ahirnya para Kwek mania bubar barisan, Ana pulang sendirian , dia tidak menerima tawaran Ajenk untuk mengantarnya. Sebenarnya Ana mau mampir ke makam neneknya dulu sebelum pulang, kebetulan arah pulang melewati makam neneknya.  “ Assalamualaikum nek, Ana datang nek .” kata Ana setelah sampai di pemakaman , dulu semasa nenek masih hidup, neneklah yang menjadi tempat mencurahkan isi hatinya . Kini nenek sudah tiada dia lebih memilih menyimpan sendiri, memang ada ibu disampingnya tapi, dia tidak mau membebani ibunya,dia tau posisi ibunya bagaimana. “ Nek,, Na harus gmana nek? Na bingung , andai nenek masih ada , na pasti lebih kuat dari ini nek. Kenapa ini terjadi sama na nek? Apa salah na” Ana sudah tak mampu lagi membendung air matanya, andai saja ada yang melihatnya , pastilah mereka akan ikut menangis . Disana Ana tak lagi memikirkan didengar orang lain, Ana terus mencurahkan isi hatinya sambil menangis terisak , terkadang suara Ana terdengar sangat lemah. Sampai sore menjelang Ana masih disitu rasanya Ana berada didekapan sang nenek, setetes air menyadarkan Ana, teryata hari sudah mulai gelap, ana pun bergegas untuk Pulang, awan gelap menyelimuti langit pertanda akan turunya hujan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD