Tiga hari sudah Raka tinggal dirumah ini , menjadi suami Adela, kakak tiri dari wanita yang sangat dia cintai "Adel, Kemarin sebelum menikah kamu belum sempat pergi ziarah ke makam nenek kan? Mintalah restu dari nenek nak. Nanti ayo kesana sama- sama" Pak Nugraha mengawali obrolan pagi ini, seperti biasa sebelum sarapan keluarga ini ngopi dulu sambil menunggu sarapan disajikan, biasanya Pak Nugraha sambil membaca buku atau duduk santai saja diteras depan.
" Ngak ah pak, Adel lagi males nih, lagi pula nenek kan sudah meninggal, kenapa juga harus kesana minta restu, buat apa pak .? "
"Bahkan nenek ngak tau kita kesana apa tidak kan pak , kenapa harus repot sih " sejak neneknya masih hidup Adel memang ngak dekat dengan neneknya, jarang sekali Adel menyapa neneknya walaupun tinggal serumah. Apalagi saat neneknya sakit Adel bahkan ngak mau mendekati kamar neneknya. katanya bau lah, jorok lah beda dengan Ana yang slalu menyempatkan diri merawat neneknya. Ana selalu menyuapi neneknya sebelum berangkat bekerja.
walau sekeras apa Adel menolak ajakan ayahnya , tapi sekali saja Raka bicara Adelpun mau menurutinya. " na apa kamu mau ikut nak?" ibu menatap ana yang sedang menyajikan makanan di meja makan. " kemana ya buk?" Ana menghentikan pekerjannya saat mendengar ajakan ibunya.
" Ayahmu mengajak kakakmu untuk berziarah kemakam nenek , sekalian minta restu nak,, " biasanya Ana sangat senang bila diajak ke makam neneknya . namun kali ini Ana nampak lesu mendengarnya " besok Ana pergi sendiri saja buk ,, Ana dirumah " dengan nada lembut Ana menjawab tak bersemangat dan meneruskan pekerjaanya,
jam sepuluh pagi Pak Nugraha sekeluarga berangkat kepemakaman yang berada di kampung sebelah. nenek dikubur disana karna sebelum meninggal nenek minta dikuburkan disana, nenek ingin dikuburkan di samping makam suaminya . Sebelum tinggal bersama Pak Nugraha nenek bersama suami tinggal dikampung itu, sampai ahirnya kakek meninggal , sepeninggalan sang suami nenek jadi sakit -sakitan , kehilangan orang yang sangat dia cintai adalah hal yang sangat berat untuknya.
Raka melangkah gontai , memasuki area pemakaman ini dia merasa dosanya semakin bertambah . seminggu yang lalu , dia kesini bersama Ana meminta restu untuk membina rumah tangga bersama sang cucu. saat itu dia berjanji untuk menjaga dan membahagiakan Ana dengan sepenuh cintanya. Tapi hari ini dia kembali ke tempat ini untuk meminta hal yang sama , restu kedua untuk hidup bersama dengan cucunya yang lain . Raka merasa menjadi orang yang tak bertangung jawab bahkan dengan ucapanya sendiri.
melihat nisan yang ada didepanya Raka tak sanggup lagi menahan air matanya untuk jatuh, Raka teringat pesan nenek saat mereka masih sekolah SMA , saat itu Raka main kerumah nenek sedang bercanda dengan Ana di teras depan . melihat kedatangan Raka nenek tersenyum bahagia , " eh ada nak Raka, sini duduk sebelah nenek. Nenek dengar kamu mau melanjutkan kuliah di Jakarta ya?" Nenek menepuk nepuk bangku kosong disebelahnya, meminta Raka untuk duduk disana
" Iya nek, doakan Raka semoga ini menjadi awal yang baik untuk masa depan Raka ya nek. Dan " Raka menggantung kalimatnya dengan senyum malu - malu. " Dan dan masa depan yang indah bersama dek Ana nanti nek" mendengarnya nenek tersenyum bahagia , menganguk dan menepuk bahu lebar Raka sembari memberi wejangan padanya.
" Nenek bahagia, kamu sudah memikirkan sejauh itu, semoga kalian berjodoh nantinya"
" Dalam berpasangan itu, yang dibutuhkan untuk tumbuh subur di dalamnya adalah saling percaya, saling setia dan saling menghargai. Jadi, tanamlah itu juga didalam diri kalian"
"Insyaallah, hubungan kalian akan langgeng" Ana hanya menunduk malu mendengar obrolan Raka dan neneknya, bahkan pipinya seperti kepiting rebus dengan saos tomat, yang siap disantap saking malunya. Sedangkan Raka dan nenek malah tertawa meledek
Mengingatnya batin Raka sangat tersiksa, melihat sang mantu yang terpuruk , Pak Nugraha berusaha menenangkannya . Wajah penyesalan begitu ketara di wajah Raka . Tak habis pertanyaan dibenak Pak Nugraha, sebenarnya apa yang terjadi? jika Raka memang sengaja menghianati Ana tapi kenapa Raka begitu tersiksa seperti ini? Lalu apa yang telah dilakukan putri pertamanya itu. Entahlah apapun itu , yang pasti kini mereka harus menjalani walau tak mudah.
Tampa kata Pak Nugraha mengusap pundak menantunya dan membawanya berdiri, mengikuti dan menunduk tak berdaya , " Ka, sudah nak , semua sudah terjadi, jadi jalanilah semua ini sebagai tanggung jawabmu. Sekarang kamu adalah seorang suami nak . Jadilah laki-laki yang bijak " Raka hanya mematung tak ada respon apapun darinya
" sekarang kita pulang,. Mulailah hidupmu yang baru " anggukan kecil tanda persetujuan,langkah lemahnya mengikuti ajakan sang mertua tanpa kata. Itulah yang bisa Raka lakukan saat ini. Pak Nugraha meminta Adel dan ibunya kemobil duluan , saat melihat Raka mulai menangis dipusaran ibunya, dia ingin memberi waktu untuk Raka.
Jalan pulang dari pemakaman lumayan jauh, mereka melewati sebuah pantai " sayang kita main dipantai dulu ya sebentar ya ya ya" rengekan Adel membuat Raka mulai jengkel , Raka hanya bisa mengangukinya setelah melihat kedua mertuanya yang mengiyakan untuk mampir sebentar ke pantai, Raka memarkirkan mobilnya agak jauh dari bibir pantai, ayah dan ibu mertuanya memilih untuk tetap dimobil . mereka berjalan menuju pantai bergandengan tangan , tepatnya Adel yang mengandeng, dari jauh mereka nampak menikmati suasana pantai di sore hari , padahal disini Raka hanya menjadi pendengar setia saja , entah apa saja yang dibahas tapi tak sedikit yang tak mendapat tanggapan darinya . hari mulai sore mereka pun memutuskan untuk pulang
setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Ana memutuskan untuk istirahat di gasebo belakang rumah, sambil menyaksikan ikan ikan peliharaan ayahnya berenang renang kesana kemari. " kalaian selalu bahagia ya, hidup kalian tak pernah punya beban. andai aku bisa seperti kalian mungkin menyenangkan" lirih Ana sambil memainkan air yang merendam kakinya,ikan pun selayaknya tau hingga mereka berenang mendekat kearahnya serentak . senyum kecil terlukis diwajah Ana dengan polah tingkah para ikan tersebut. Getaran hp mengejutkan Ana , Ajenk nama yang tertulis di layar merubah wajah Ana yang semula murung menjadi berseri.
" Hallo na, kamu di rumah ngak? pengen main kangen" sudah dari kemarin Ajenk pengen kerumah Ana , tapi diurungkanya karna belum siap melihat pasangan pengantin baru itu,.
" ada kok , q ngak kemana mana , aku juga kangen sama kamu "
" ok siap , aku meluncur sekarang . tapi siapkan camilan ya buat aku hehe he" camilan adalah hal yang wajib dalam hidup Ajenk , katanya tampa camilan hidup terasa hampa ha ha dasar ratu ngunyah. " hemmm" Ana menjawab singkat tapi dia tahu kesukaan teman setianya itu, bersyukur hari ini Ajenk kesini , hari ini pasti akan lebih baik karna kehadiran teman sehatinya itu. "my best friend" Ana menyungging senyum tipisnya