bc

Lepas Landas Di Hatimu

book_age18+
408
FOLLOW
2.5K
READ
family
HE
opposites attract
drama
like
intro-logo
Blurb

Arsen adalah seorang pilot muda yang masih lajang, ia terkenal dingin dan irit bicara. Masa lalu yang kelam membuat hati Arsen mati rasa dan tidak percaya lagi pada cinta. Namun, semua berubah setelah takdir mempertemukan Arsen dengan Majarani sang pramugari cantik yang membuat perasaanya tidak karuan.

Akankah Majarani mampu menaklukkan hati Arsen?

chap-preview
Free preview
Bab 1. Aku Yang Terluka
"Pokoknya aku nggak mau dia kerja di sana juga!" ucap seorang wanita bernama Meliza dengan nada tinggi kala emosinya meledak-ledak setelah adik tiri yang dibencinya diterima di tempatnya bekerja. "Buat aja dia dipecat, gimana?" Vina – sang ibu, juga turut memprovokasi Meliza. "Jika kamu nggak rela dia kerja di tempatmu, maka buatlah dia dipecat!" lanjut wanita paruh baya itu. Meliza pun tersenyum miring kala sebuah ide licik terlintas dalam benaknya. "Baiklah, Mah, kalau begitu sekarang aku akan membuatnya terlambat bekerja!" Setelah mengatakan itu, Meliza bergegas keluar rumah untuk menemui adik tiri yang sangat dibencinya sejak dulu. Setibanya di luar, Meliza langsung bertemu dengan seorang gadis muda berseragam pramugari yang sedang berdiri di samping mobil bersama dengan seorang pria berseragam polisi. "Kak Richo, biar aku saja yang mengantar Maja ke bandara!" pinta Meliza pada kakak tirinya yang umurnya hanya selisih dua tahun dengannya. "Mbak Liza mau mengantar Maja?" tanya gadis muda bernama Majarani itu pada kakak tirinya. Majarani tentu terkejut setelah mendengar Meliza mau mengantarnya, padahal selama ini kakak tirinya itu selalu bersikap buruk padanya. "Kenapa? Apa kamu nggak mau Mbak anterin?" tanya Meliza pada gadis yang tiga tahun lebih muda darinya. "Tumben baik sama Maja? Ada maunya ya?" tanya Richo mencurigai adik tirinya. "Aku 'kan udah lebih dulu jadi pramugari. Jadi, nggak ada salahnya 'kan aku mau antar dia?!" ucap Meliza. "Tapi Kak Richo nggak percaya!" jawab Richo sambil tersenyum simpul. "Enggak apa-apa, Kak! Biar Maja sama Mbak Liza aja, sekalian nanti aku tanya-tanya soal tugas pramugari, apalagi ini hari pertamaku bekerja, Kak!" pinta Majarani sambil tersenyum. "Oh, baiklah kalau kamu maunya begitu, yang penting kamu hati-hati ya!" jawab Richo akhirnya mengizinkan. "Dasar bodoh! Kamu ini memang sangat bodoh Maja!" batin Meliza seraya mengukir senyuman miring di bibirnya. Senyum yang tentu saja tak ada satu pun yang melihatnya. *** Di sepanjang perjalanan, Majarani melihat ke kanan dan kiri kala ia merasa bahwa jalan yang dilalui oleh Meliza bukan arah ke bandara. "Mbak, ini bukan jalan ke bandara?" tanya Majarani merasa bingung. "Ini jalan pintas, udah aku tahu kok! Lagi pula jalan ini udah biasa aku lewatin," jawab Meliza tanpa melihat adik tirinya. Majarani kemudian diam setelah mendengar jawaban dari Meliza, ia tak menaruh curiga sedikit pun, ia meyakini bahwa kakak tirinya itu tulus akan mengantarnya ke bandara. Setelah beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai oleh Meliza nyatanya masih belum juga tiba di bandara. Hal itu membuat Majarani mulai menaruh curiga hingga akhir ia pun bertanya, "Apa maksudnya ini, Mbak? Kenapa dari tadi kita hanya muter-muter saja?" Meliza hanya tersenyum miring tanpa menjawab protes yang dikatakan Majarani. "Jawab pertanyaanku, Mbak!" Majarani kembali bicara, kali ini nadanya terdengar lebih tinggi dari sebelumnya. "Diam!" bentak Meliza. Detik itu juga Majarani menyadari bahwa Meliza memang tak berniat mengantarnya ke bandara dan hanya ingin membuatnya terlambat di hari pertama bekerja. "Mbak, tolong hentikan mobilnya!" titah Majarani dengan tegas. "Enggak! Nggak akan pernah!" "Hentikan atau aku loncat ke luar!" "Loncat saja! Ayah dan semuanya nggak akan menyalahkanku, kamu tahu 'kan bagaimana watakku?" Meliza tetap bersikeras. Tak menggubris permintaan Majarani, walau gadis itu terus memohon. Mendengar penolakan dari Meliza, Majarani pun kembali teringat apa yang pernah sang kakak lakukan padanya. Ia tahu betul jika Meliza memang pintar memanipulasi sebuah kejadian, dia pintar memutar-balikkan fakta. "Baiklah, kalau Mbak emang nggak mau berhenti, aku benar-benar akan loncat, Mbak!" "Aku nggak peduli!" ucap Majarani yang dengan cepat langsung membuka pintu mobil dan tanpa pikir panjang, gadis cantik itu melompat tanpa memedulikan keadaannya nanti. Majarani pun jatuh terguling-guling di aspal. Membuat Meliza merasa sangat geram. "Nekat sekali anak itu!" Dengan lutut yang terluka, Majarani coba untuk berdiri dengan sekuat tenaga. "Untung aja aku bawa uang di kantung bajuku!" ucap Majarani masih coba berdiri sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dengan tertatih, Majarani segera memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas di hadapannya tepat di saat Meliza keluar dari mobil dan berlari ke arahnya. "Pak, berhenti, Pak!" "Tolong antar saya ke bandara ya, Pak!" pinta Majarani yang langsung masuk ke dalam taksi begitu mobil itu berhenti. "Hei, berhenti! Aku bilang berhenti!" teriak Meliza merasa kesal saat melihat taksi yang ditumpangi Majarani mulai melaju pergi. Sementara itu di dalam taksi, Majarani akhirnya dapat menghela nafas lega saat ia berhasil meloloskan diri dari Meliza. "Pak, tolong agak cepat lagi ya!" pinta Majarani pada sang sopir ketika ia melihat waktu pada jam yang ia kenakan di pergelangan tangannya. Waktu yang sudah sangat mendekati jadwal penerbangannya. *** Tak beberapa lama kemudian, Majarani sudah tiba dan ia bergegas lari ke lapangan bandara atau tempat lepas landas pesawat. Setibanya di sana, Majarani hanya bisa melihat pesawat sudah lepas landas meninggalkannya. "Ternyata aku telat." Dengan nafas yang memburu setelah berlari, Majarani pun tampak bersedih karena ia gagal dalam menjalani tugas pertamanya. "Heh!" panggil seorang wanita paruh baya pada Majarani. "Bu Evi …." "Baru pertama jadi pramugari, sudah terlambat ya? Pramugari itu harusnya disiplin bukan seperti ini, untung tadi ada pramugari lain yang bisa menggantikanmu!" marah Evi pada Majarani. "Maaf, Bu. Saya sudah berusaha tadi untuk mengejar waktu agar bisa sampai di sini tepat waktu, tapi ternyata saya tetap terlambat …." Majarani coba menjelaskan. Suaranya terdengar lemah dan keletihan. "Baiklah karena ini kesalahan pertamamu, kami masih bisa memberikan toleransi dan ingat! Jangan pernah mengulangi kesalahanmu lagi!" Evi Rostiana segera pergi dari sana meninggalkan Majarani sang pramugari baru yang datang terlambat. "Jadwalku pasti akan diganti lusa, aku akan berusaha untuk tiba tepat waktu!" ucap Majarani yang kemudian pergi dari sana dengan perasaan sedih dan kecewa. Majarani pun mulai berpikir, seandainya tadi ia menolak diantar Meliza, pasti ia tidak akan terlambat karena Richo – kakak kandungnya, akan mengantarnya tepat waktu sampai ke bandara. Setelah berjalan beberapa langkah, Majarani tak sengaja menabrak seorang pria berseragam putih yang sedang memakai topi. "Punya mata nggak sih!" bentak sang pria pada Majarani. "Ma—maafkan saya, Pak! Saya nggak sengaja!" gugup Majarani. Sang pria yang tak lain adalah seorang pilot muda itu pun segera pergi meninggalkan Majarani. "Pak Arsen, tunggu!" teriak seorang pria paruh baya seraya mengejar sang pilot muda berwajah datar yang tak sengaja ditabrak oleh Majarani tadi. *** Malam harinya, Majarani baru saja selesai sholat isya di kamarnya. Tiba-tiba saja seseorang membuka paksa pintu kamarnya dengan mata yang memerah. "Sini!" teriak pria paruh baya itu. Majarani terlonjak kaget setelah mendengar suara ayahnya, ia kemudian bergegas menghampiri sang ayah tanpa melepas mukena yang ia pakai. "Ayah sabar!" Richo coba menenangkan ayahnya. "Adikmu salah. Jadi, biarkan ayah memarahinya!" ucap Vina yang memang sangat senang melihat Majarani dimarahi. "Ada ap–" Majarani menghentikan kalimatnya kala sang ayah mendaratkan satu tamparan yang cukup keras ke pipi kanannya. "Ayah!" teriak Richo tak suka dengan apa yang dilakukan ayahnya. "Jangan pake kekerasan, semua bisa dibicarakan baik-baik, Yah!" lanjut Richo yang membela adik kandungnya sendiri. "Diam kamu, jangan ikut campur!" bentak pria bernama Saka pada anak sulungnya. "Apa salah Maja, Yah?" tanya Majarani seraya menatap ayahnya dengan tatapan penasaran. "Kenapa kamu telat?" tanya balik Saka pada Majarani. "Maja telat karena mbak Liza, dia yang sudah bawa Maja mute—" "Lihat putrimu ini, dia malah menuduh anakku, pintar sekali dia!" Vina memotong ucapan Majarani demi menutupi perbuatan Meliza. "Aku nggak nuduh, Bu, tapi emang mbak Liza yang membuatku sampai terlambat, dia tuh malah bawa aku muter-muter tadi, kak Richo saksinya!" jawab Majarani seraya menatap Richo di akhir kalimatnya. "Iya, tadi pagi Richo mau ngantar Maja ke bandara, tapi Meliza malah maksa untuk mengantarnya !" jawab Richo dengan jujur. "Tadi pagi aku memang mengantarnya, tapi dia malah memintaku berhenti dulu di restoran untuk makan dan kemudian dia memintaku berhenti lagi di taman kota untuk menemui pacarnya. Jadi, yang membuatnya terlambat adalah dirinya sendiri bukan aku, aku sudah mencoba membujuknya untuk pergi, tapi dia tetap nggak pergi!" Meliza yang juga ikut Saka datang ke kamar Majarani mulai menceritakan kebohongan agar tak ada satu pun yang percaya. "Bohong, Yah! Dia itu bohong." Majarani hanya mengatakan itu dalam hati karena ia tahu jika percuma membenarkan, Meliza pasti punya seribu cara untuk mematahkan semua ucapannya. Belum lagi keberadaan Vina yang pastinya lebih membela anak kandungnya. "Ya sudah, pokoknya Ayah nggak mau semua ini terulang lagi! Lusa akan ada penerbangan lagi dan Ayah harap kamu jangan sampai terlambat lagi!" Setelah mengatakan itu, Saka pun bergegas pergi diikuti Meliza dan Vina yang sempat melirik sinis menatap Majarani. Majarani melangkahkan kakinya untuk pergi ke arah lemari guna melepas mukena yang ia kenakan. "Apa yang terjadi?" tanya Richo seraya berjalan ke arah adiknya yang sedang melepas mukena. "Apa Kakak meragukanku?" tanya balik Majarani pada kakaknya. "Enggak, Kakak hanya ingin mendengar penjelasan darimu saja!" "Semua yang aku katakan itu benar apa adanya!" Setelah menyimpan mukena di dalam lemari, Majarani berjalan ke arah ranjang dan setelah tiba, ia pun langsung duduk di tepi ranjang. Majarani kini menyeka celana tidurnya untuk memperlihatkan luka di kaki kanannya. "Hei, kenapa ini?" tanya Richo setelah melihat ada luka di kaki adiknya. "Bukan cuma di kaki, Kak. Tapi tanganku juga, tadi aku tuh maksain lompat dari mobil karena mbak Liza nggak mau menghentikan mobilnya!" Majarani tampak menunjukkan semua luka yang didapatnya. Melihat kondisi adiknya, Richo pun segera pergi ke arah lemari untuk mengambil kotak obat guna mengobati luka Majarani. "Sini biar kakak obati!" ucap Richo setelah meraih kotak obat dan berjalan ke arah kasur. Ranjang berbunyi kala Richo menduduki pinggiran ranjang yang dibalut oleh kasur empuk berwarna merah muda. "Mengapa ayah nggak pernah percaya padaku anaknya sendiri?" tanya Majarani seraya memasang tatapan sendunya. "Karena Liza pandai berbohong!" "Jadi, Kakak percaya ucapanku?" tanya Majarani pada Richo yang sedang mengobati lukanya. "Iya, karena kamu nggak mungkin berbohong!" jawab Richo. "Apa pun yang terjadi Kakak akan mendukungmu." Majarani tersenyum bahagia kala sang kakak ternyata percaya padanya. "Terima kasih ya, Kak." "Jangan berterimakasih karena sudah tanggung jawab Kakak untuk melindungimu sesuai dengan pesan bunda sebelum pergi!" Richo tersenyum sambil mengusap singkat pucuk kepala adiknya. "Ayah nggak akan pernah menyayangi Maja karena kesalahpahaman ini nggak mungkin terbongkar. Jadi, Bunda harap kamu sebagai kakak bisa menggantikan sosok ayah dan ibu untuknya, didik dan lindungi Maja!" Ucapan seorang wanita paruh baya tiba-tiba terlintas lagi dalam benak Richo hingga membuatnya terdiam. "Kak?" panggil Majarani pada kakaknya. "I—iya, ini sudah selesai, lebih baik sekarang kamu istirahat ya!" Richo meletakkan kotak obat di atas nakas samping ranjang, lalu mulai melangkah pergi. "Kok kakak kayak nyembunyiin sesuatu ya, tapi apa?" batin Majarani, masih terus melihat kepergian Richo yang baru saja keluar dari kamarnya..

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.1K
bc

TERNODA

read
198.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.5K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
42.2K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook