Prolog
Kepahitan hidup mengajarkannya untuk bertahan dan berjuang. Sejak usia belia, Arabella, sudah harus belajar dan bekerja keras. Belajar keras agar ia tetap mendapat beasiswa dari sekolah. Karena dengan beasiswa itulah harapan terakhirnya agar bisa terus mengenyam pendidikan. Tak hanya sampai disitu, ia juga harus bekerja keras untuk memastikan agar detak jatung orang yang paling ia sayangi tidak berhenti. Arabella membutuhkan pundi-pundi yang tak sedikit untuk bertahan. Dengan semua keterbatasan waktu, karena ia masih harus mengenyam pendidikan di salah satu sekolah menengah atas negeri, tidak banyak pekerjaan yang menghasilkan banyak uang bisa ia lakoni. Hingga apapun pekerjaannya, asal bisa menghasilkan uang banyak akan Arabella lakukan.
Ia tidak lagi memikirkan perkataan bahkan cacian orang yang merendahkannya karena pekerjaan yang ia lakoni dianggap hina oleh sebagian orang. Yang terpenting baginya adalah bagaimana caranya agar mereka bisa bertahan dan sesegera mungkin pundi-pundi itu terpenuhi. Namun semuanya tidak mudah. Hampir empat tahun ia melakoni pekerjaan apapun itu tidak membuat pundi-pundinya terkumpul. Hingga di saat last time Arabella bertemu dengan malaikat tak bersayap. Seseorang yang membantunya keluar dari kesulitan yang bertahun-tahun ia hadapi. Namun itu tidak berlangsung lama.
Pertemuannya dengan Leta Zakeisha yang mulanya ia anggap sebagai Dewi Keberuntungannya justru membuat hidupnya makin tidak terkendali. Ia terjebak dalam permainan peran yang diciptakan sang Dewi. Arabella tentu tidak punya pilihan lain. Karena bagaimanapun Leta merupakan sebab terus berdetaknya jantung orang yang sangat ia sayangi. Mau tidak mau, suka tidak suka Arabella pun harus memainkan peran ini. Bermain peran dengan orang yang paling membenci dirinya. Lantas sampai kapan ia harus terjerambab dalam permainan ini? Ia tentu saja tidak ingin terus menerus mempermainan ikatan sakral ini. Tapi apa mau dikata, permainan ini secara tidak langsung menyambung nafas orang yang ia sayangi.
Menyadarkannya akan satu hal penting, bahwa di dunia ini tidak ada yang benar-benar gratis. Tidak ada yang benar-benar tulus.
Lantas bagaimana Arabella harus bersikap agar hatinya tidak ikut terjerambab dalam permainan peran ini? Haruskah ia membentengi hatinya dengan pondasi kokoh? Atau ia harus mengikuti arus yang ada di depannya?