Perihal Cinta

1326 Words
"Bagaimana jika aku yang menjadi calon suami kamu?" Semua orang kaget ketika mendengar suara tegas milik laki-laki yang tadi Anisa peluk. Siapa lagi kalau bukan Zidan. Tubuh Anisa menegang. Gila saja, dia tidak mengenal Zidan. Tapi tiba-tiba lelaki itu ingin menikahinya. "Aku tidak setuju!" Seru Jordan yang langsung menghampiri Zidan. Jelas saja dari tatapan keduanya sepertinya Zidan dan Jordan itu memiliki dendam sembunyi yang tidak semua orang tahu. Jordan memutuskan kontak matanya dari Zidan. Kemudian dia menatap Anisa dengan tatapan mata dingin. Ya, dingin. Tidak lembut seperti saat Jordan menolongnya dulu. "Jangan menikah dengan dia, dia laki-laki tidak baik." Ucap Jordan sambil menunjuk wajah Zidan menggunakan jarinya. Zidan merasa tidak terima ketika dia di bilang lelaki tidak baik oleh Jordan di depan Anisa dan semua tamu undangan disini. "Jaga mulutmu! Kamu pikir kamu itu suci!" Bentak Zidan tidak terima. Jordan tersenyum sinis. Dia menyengkram kerah kemeja Zidan sambil memiringkan wajahnya. "Dia tidak bisa kamu jadikan mainan." Bisik Jordan sambil melepaskan tangannya dari kemeja Zidan dengan kasar. Jihan yang melihat kelakuan Jordan menjadi enek sendiri. Jordan sudah membuat sakit hati Anisa dengan menikahi Amira, kakak Anisa sendiri. Padahal Anisa selalu berharap Jordan menjadi pendampingnya. Lalu sekarang disaat ada laki-laki yang mau menikahi Anisa, Jordan melarangnya. Sebenarnya apa mau lelaki itu? Tidak puaskah Jordan membuat Anisa menangis setiap malam karena memikirkannya? Dasar laki-laki egois. Plak! Jihan reflek langsung menampar pipi kanan Jordan. Suara tamparan yang sangat keras membuat semua orang yang berada di acara ini terkejut. Jihan tidak terima jika sahabatnya terus-terusan di sakiti seperti ini. Anisa berhak bahagia bersama laki-laki lain. Sama seperti Jordan yang sudah bahagia menikah dengan Amira. Tapi sepertinya lelaki itu memang b******n. Dia menginginkan sebuah kebahagiaan di hidupnya tapi dia tidak menginginkan Anisa bahagia. Semua mata tamu undangan menatap Jihan tidak percaya. Jihan berani menampar putra kandung keluarga Mahendra di depan umum. Hebat sekali dia. "Kenapa kamu menamparku?" Tanya Jordan tidak mengerti. Kenapa adik tingkatnya itu tiba-tiba datang dan menamparnya. Memangnya ada apa? Apa salahnya? "b******n! Kenapa kamu tidak membiarkan Zidan menikahi Anisa?" Teriak Jihan dengan lantang. Jordan mengerutkan keningnya. Hanya karena dia tidak memperbolehkan Anisa menikah dengan Zidan, Jihan jadi semarah ini kepadanya. Aneh sekali. Rani yang melihat keributan antara Jihan dan juga Jordan langsung menarik pergelangan tangan Jihan. "Harap maklum, teman saya abis di putusin pacarnya kemarin, jadi hari ini dia agak emosi. Mohon maaf, mohon maaf ya Mas Jordan, Mbak Amira, dan semua tamu undangan disini. Kami permisi," Rani segera menarik pergelangan tangan Jihan untuk segera pergi dari kerumunan itu sebelum Jihan membongkar rahasia Anisa semasa kuliah. Jika sudah marah seperti ini biasanya Jihan akan berbuah menjadi setan. Dia akan mengatakan apa saja yang ada di isi kepalanya. Yang Rani takutkan adalah jika Jihan mengatakan kepada Jordan kalau Jordan itu b******k karena sudah membuat sahabatnya terluka untuk yang kedua kali. Karena Jordan tidak peka dan Jordan tidak menerima perasaan Anisa tetapi malah menikahi Amira, kakak Anisa. Lalu sekarang jika ada lelaki yang mencintai Anisa dengan tulus dan mau mengajak Anisa ke pelaminan tanpa pacaran Jordan malah melarangnya. Anisa yang masih shock dengan pernyataan Zidan hanya diam. Sedangkan Sinta, Tante Anisa dan Amira itu terlihat heboh dan mendekati Anisa dengan cepat ketika Anisa masih diam dan tidak memberi Zidan jawaban. "Terima saja lelaki itu. Tante lihat dia tidak kalah kaya dari Jordan." Bagi Sinta tidak ada yang lebih penting dari pada uang. Bagi Sinta uang adalah segalanya. "Tapi aku gak kenal lelaki itu Tante. Aku gak cinta sama dia." Cicit Anisa sambil menundukkan kepalanya. Bagaimana mungkin dia akan menikah dengan lelaki yang sama sekali tidak dia kenal dan tidak dia cintai. Tentu saja dia tidak mau menikah karena terpaksa. Bukan karena lelaki yang dia cintai sudah menikah terus dia patah hati. Dia ingin mencari pendamping yang benar-benar dia cintai. Tanpa paksaan dari siapapun. Sinta mencubit lengan Anisa hingga membuat Anisa mengaduh. "Kamu pikir perutmu itu bisa kenyang gara-gara cinta? Gak! Sekarang gak usah ngomong soal cinta. Hidup itu keras, hanya uang yang akan membuat hidupmu bahagia, bukan cinta. Cinta tidak akan pernah membuatmu bahagia." Ucap Sinta yang membuat Anisa kesal dan juga takut. Dia kesal dengan ucapan tantenya, tapi dia juga takut membantah ucapan tantenya. Tantenya adalah kakak mamanya, dia takut di bilang tidak sopan gara-gara membantah ucapan tantenya. "Pernikahan itu tidak main-main Tante, kalau aku tidak mencintainya, bagaimana mungkin aku bisa terus bersamanya dan menjalin rumah tangga layaknya pasangan yang saling mencintai? Orang yang sama-sama mencintai saja rawan bercerai setelah menikah dan menemui ketidak cocokan satu sama lain, apa lagi orang yang tidak mempunyai rasa apapun. Pernikahan itu sakral, aku gak mau main-main dalam hal itu." Anisa mencoba memberanikan dirinya untuk membantah ucapan tantenya. Meski di dalam hatinya dia takut menyinggung atau tidak sopan kepada tantenya karena telah membantah saran tantenya. "Sekali lagi Maaf, aku tidak bisa menerima dia. Karena aku mencintai laki-laki lain." Ucap Anisa lantang. Setelah mengatakan hal itu Anisa langsung pergi dari acara resepsi kakaknya. Dia tidak perduli bahwa nanti kakaknya akan marah kepada dia karena dia meninggalkan tempat resepsi ini. Yang pasti dia tidak nyaman berada disini. Zidan terdiam mematung. Kemudian dia menatap punggung Anisa yang kian menjauh dengan bibir tersenyum tipis. "Kali ini kamu bisa menolakku, tapi kalau nanti," Zidan menjeda kalimatnya. Kemudian dia berjalan santai mengikuti Anisa dari belakang. Sinta yang melihat Anisa berani dan membantah ucapannya menghela nafas kasar. Anisa itu tidak pernah membantahnya, tapi hari ini Anisa berani bertindak jauh dengan menolak sarannya untuk menerima lelaki yang menyatakan cintanya. "Cinta, dia mengatakan cinta seakan pernah lapar dan di kenyangkan oleh cinta, bukan uang." Gumam Sinta sambil menyunggingkan senyuman sinisnya. *** Anisa mencari-cari kedua sahabatnya di sekitar rumahnya, namun keduanya tidak ada. Hingga dia memutuskannya untuk berjalan ke atap rumahnya yang selalu dia jadikan tujuan untuk merenung dikala sepi. Anisa duduk di atas roftop rumahnya sambil menatap bintang. Harapannya mencintai Jordan sudah tidak ada ketika lelaki itu menjaba tangan papanya dan menyebut janji suci pernikahan terhadap kakaknya di depan para saksi dan papanya. Sekarang belum sembuh luka yang Jordan berikan, entah siapa lelaki yang mengajaknya menikah tadi, yang pasti lelaki itu benar-benar membuatnya semakin hancur. Karenanya dia harus berdebat perihal cinta dengan Tantenya. "Orang bilang seorang gadis tidak boleh duduk sendirian malam-malam begini. Boleh aku temani?" Zidan duduk di samping Anisa sambil tersenyum dan menatap wajah Anisa dari pinggir. Entah kenapa Zidan merasa ada kecocokan antara dirinya dan Anisa yang tidak dia dapatkan dari diri perempuan lain. "Untuk apa kamu bertanya kepadaku boleh atau tidak kamu duduk disini kalau kamu sudah duduk lebih dulu sebelum aku menjawab pertanyaan kamu." Sinis Anisa yang membuat Zidan terkekeh pelan. Zidan bukannya tersinggung dengan ucapan sinis dan ketus Anisa, kini Zidan malah mengulurkan tangannya ke depan Anisa. "Kita belum berkenalan secara resmi. Tadi siang Jihan yang memperkenalkan kamu kepadaku. Namaku Zidan Wijaya, kamu?" Tanya Zidan kepada Anisa dengan lembut. Anisa menatap wajah Zidan yang duduk di sampingnya. Kemudian dia menatap tangan yang masih menggantung di depannya. "Anisa Maharani Alfat." Jawab Anisa sambil menjaba tangan Zidan. Setelah mereka berdua selesai berkenalan, mereka berdua sama-sama diam. Suasana malam ini yang sunyi membuat mereka semakin merasakan sepi. Zidan menghela nafas panjang. Baru pertama kali dirinya kehabisan topik pembicaraan ketika bersama dengan perempuan. "Kenapa kamu menolak ajakan nikahku?" Tanya Zidan kepada Anisa. Pasalnya dari semua perempuan yang dia kenal, baru Anisa yang menolak dirinya. Padahal banyak perempuan yang ngantri ingin dia nikahi. "Aku tidak mencintaimu." Jawab Anisa dengan ketus. Dia tidak ingin memberi harapan pada orang lain. "Tapi aku mencintaimu." Bantah Zidan sambil menatap Anisa. "Cinta tidak bisa datang dengan cepat, itu hanya obsesimu saja yang ingin memilikiku." Anisa tidak mau salah memilih pendamping. Hatinya sudah cukup terluka karena mencintai lelaki yang tidak mencintainya. Dia tidak mau mengulangi kesalahannya untuk kembali masuk kedalam cinta lelaki yang baru dia kenal. "Jika hanya sekedar obsesi, jantungku tidak mungkin berdetak seperti ini ketika berdua denganmu." Ucap Zidan yang membuat Anisa membeku.  Cinta? Masih bisakah dia kembali merasakan cinta? setelah hari ini hatinya di patahkan oleh kenyataan bahwa lelaki yang dia cintai ternyata tidak mencintainya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD