“Bukan kah kau yang ingin aku pergi?” tanyanya sembari menghentikan langkah. Matanya berair ria karena ia tahu bahwa ia sedang membohongi hatinya. “Kenapa kau mengejarku?” ajunya lalu membalik badan. Menatap sang lelaki yang kini sedang menahan nafas yang memburu. Ah tidak. Bukan hanya nafasnya yang memburu namun juga jantungnya. “Kau tak puas dengan sakit yang ku rasakan kemarin? Apa aku harus benar-benar mati agar kau pu—” “Mira!” lelaki itu memotong. Ada emosi bercampur kekesalan karena gadis keras kepala ini tak pernah mau mengerti. Tak pernah mau mendengarnya. “Aku tahu aku salah. Maka itu aku minta maaf padamu untuk itu.” Ia menghela mencoba menenangkan diri. “Tolong kita bicarakan baik-baik.” Ia mengajak kompromi. Tapi sayangnya, gadis itu masih ingin menipu hatinya sendiri. “Apal

