Hati-hati Typo bertebaran.
Happy Reading.
Aliya memadang malas pada sekumpulan tugas yang diberikan Go Songsaengnim. Ia dihukum karena tidak mengerjakan Esai dengan benar. Sebenarnya Aliya bisa dengan mudah mengerjakan Esai itu tapi ia malas karena mood-nya yang sedang buruk.
"Ini!" Aliya menatap aneh kearah Momo yang memberikan sekumpulan kertas padanya.
"Untukku?" Momo mengangguk dan meletakkan kumpulan kertas yang ia pegang dimeja Aliya.
"Kau belum menyelesaikan hukuman Go Saem kan? Ini adalah jawabanya" ujar Momo sambil duduk disamping Aliya.
"Kenapa kau memberikan ini padaku?" Tanya Aliya bingung.
"Entahlah! Aku hanya ingin membagi jawabanku denganmu" ujar Momo riang. Aliya yang melihat itu hanya mengangkat bahunya acuh, dengan cepat ia menyalin jawaban Momo. Ia sedang malas berfikir sekarang.
"Kau terlihat sibuk akhir-akhir ini" ujar Aliya dengan masih fokus pada pekerjaanya.
"Kau benar! Aku ada sedikit masalah" Aliya ber oh ria, ia tidak berniat bertanya masalah yang dihadapi gadis blonde itu.
"Bukannya dulu kau teman tuan putri itu? Kenapa sekarang kalian menjauh? Apa dia hanya memanfaatkanmu saja?" Tanya Aliya.
"Kau benar! Dia berteman dengan ku hanya untuk mendapat posisi penting di Grup Dance" ujar Momo sambil mengingat ucapan Mina. Aliya hanya mengangguk, ia tidak kaget dengan kelakuan Mina. Gadis itu akan mendapatkan apapun untuk mencapai tujuanya dan Aliya tahu itu dengan pasti.
"Ngomong-ngomong kenapa kau harus sampai dipaksa oleh Han Saem untuk mengikuti acara amal itu?" Tanya Momo sambil bersendakap tangan. Setahunya Aliya tidak suka dengan acara amal yang setiap kali diselenggarakan oleh Universitas.
"Kau tahukan jika Han Saem sangat terobsesi dengan ku! Aku sendiri bingung kenapa tua bangka itu selalu merecokiku dengan ambisinya" Momo terkekeh geli mendengar ucapan Aliya tentang Han Saem. Han Saem adalah tetua untuk Grup Dance dikampus, dan saat sebelum pertunjukan Amal itu diselenggarakan ada pemilihan untuk mahasiswa yang akan tampil.
Dan dengan lantang Han Saem mengumumkan Aliya akan jadi penari utama bersama Momo dan Mina, awalnya anak-anak Dance tidak setuju dan menolak mentah-mentah ucapan Ham Saem, termasuk Momo. Tapi saat Aliya yang dipaksa oleh Han Saem untuk menunjukkan tariannya didepan anak-anak Dance, semuanya tidak berani membantah lagi. Aliya benar-benar menunjukkan kualitasnya saat menari. Dan Momo mengakui hal itu, bahkan jika Aliya mau berlatih setiap hari mungkin Aliya akan mengungguli kemampua Dance-nya.
"Ngomong-ngomong kenapa kau tidak ikut dalam Grup Dance? Kemampuan Dance-mu sangat sempurna!" Ujar Momo berpendapat.
"Hidupku bukan terpacu untuk mengikuti minat pada diriku. Aku lebih suka melawan apa yang kusukai untuk mendapatkan hal yang baru. Lagi pula aku tidak akan punya waktu untuk hal semacam itu. Banyak yang harus kukerjakan dan tantangan yang ada dalam hidupku tidak memungkinkan untuk mengikuti Dance" ujar Aliya pelan.
"Lalu apa kau menyukai Dance?" Aliya menatap Momo jengkel. Gadis blonde ini banyak tanya, umpatnya dalam hati.
"Jika aku tidak suka kenapa juga aku bisa menari didepan kalian dan didepan umum" Momo yang menyadari jika ucapan Aliya yang terdengar kesal hanya terkekeh.
"Baiklah! Aku tidak akan bertanya lagi. Sekarang kerjakan tugasmu dan kumpulkan cepat. Aku akan mentraktirmu makan siang"
*
Jimin menandang Mina dengan tatapan remeh. Gadis Jung ini tengah berdiri dihadapanya sambil terisak. Peduli? Tentu saja Jimin tidak peduli. Mau gadis itu jungkir balik dihadapanya pun ia tidak akan peduli.
"Kenapa Oppa selalu bersikap kasar dan dingin padaku? Apa salahku?" Tanya Mina sambil terisak.
Jimin yang melihat itu hanya mengangkat satu alisnya. Salah? Banyak kesalahan yang kau perbuat padaku, dan kau berlagak seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Itulah yang kubenci. Monolog Jimin.
"Oppa Jebal! Aku tidak mau jika kita terus begini. Aku mencintai Oppa, dan aku terluka jika Oppa terus bersikap begini. Setidaknya bicaralah dan bilang apa yang harus kulakukan agar Oppa tidak begini dengan padaku, aku ingin kita kembali sepeti dulu" Jimin hanya tersenyum sinis, kembali seperti dulu? Dalam mimpi pun aku tidak sudi.
"Oppa kumohon" Mina terus berbicara pada Jimin dan Jimin sama sekali tidak memperdulikanya. Ia terlalu muak untuk membalas ucapan Mina.
"Jika kau sudah selesai lebih baik kau keluar! Aku sedang sibuk! Dan kedatanganmu merusak suasana kau tahu?" Ucapan dingin Jimin benar-benar melukai Mina. Bahkan Jimin terang-terangan mengungkapkan ketidak senanganya pada kehadiran Mina.
"Oppa keterlaluan" Mina langsung keluar dari sana dengan perasaan marah. Jimin yang melihat itu hanya tersenyum sinis.
"Kebencian ini mengalahkan rasa empati dalam diriku. Entah kenapa aku sangat senang saat melihatmu menangis sekarang" ujar Jimin sambil tersenyum iblis.
*
"Pil pencegah kehamilan" Momo tersedak saat mendengar permintaan Aliya pada seorang pegawai apotek. Bahkan ia harus berbatuk-batuk dan itu membuat dia menjadi pusat perhatian disana.
"Ini Nona" Aliya segera membayar pil yang ia minta dan berjalan keluar dari apotek tersebut bahkan Aliya tidak memperdulikan Momo yang masih didalam.
"Aliya tunggu!" Momo menghalangi Aliya, dan itu membuat Aliya mengerutkan dahinya bingung.
"Wae? Aku mau pulang! Kenapa kau menahanku?" Momo menggeleng tak percaya, bagaimana Aliya bisa berucap begitu santai padanya.
"Kau ikut aku!" Aliya hanya pasrah saat Momo menarik tanganya. Tak ada gunanya juga berontak.
*
"Kenapa kau membeli pil itu?" Aliya mengangkat satu alisnya bingung. Dia mengintrogasiku?.
"Wae? Ada yang salah?" Momo menggeleng tak percaya atas pertanyaan yang terlontar dari bibir Aliya.
"Tentu saja salah!" Ujar Momo.
"Dimana salahnya?" Momo mengeram saat mendengar pertanyaan Aliya.
"Kau ini bodoh atau apa sih? Jika kau membeli pil itu artinya kau tidak mau hamil! Dan bagaimana bisa kau hamil sementara kau belum menikah. Dan apa kau sedang melakukan hubungan s*x dengan seseorang hingga mengharuskan kau untuk mengomsumsi pil itu" ujar Momo panjang lebar.
"Kau benar-benar ingin tahu apa alasanku meminum pil ini?" Momo mengangguk.
"Aku seorang jalang" Momo membulatkan matanya kaget. Jalang? Aliya bilang jalangkan tadi.
"Jalang? Kau..."
"Aku seorang wanita bayaran. Hidupku sudah kujual, dan aku sekarang hanya seorang b***k untuk memuaskan nafsu seseorang" ujar Aliya sinis. Ia tidak malu mengakui pekerjaanya dihadapan Momo. Dia sendiri bingung, kenapa dia bisa segamblang ini pada Momo.
"Kenapa kau melakukannya?" Lirih Momo.
"Aku benci saat harus hidup menderita. Jika saja hanya aku yang hidup menderita mungkin aku tidak akan jadi begini" ujar Aliya menerawang.
"Ada yang lain?" Tanya Momo.
"Ya! Ibu dan Kakakku juga sama menderitanya denganku. Bahkan ibuku harus mati, dan kakakku harus menjadi pelayan pada b******n sialan itu" Aliya tidak menyembunyikan kemarahanya saat mengingat sosok yang sering menyiksa kakaknya.
"Kau yatim?" Tanya Momo yang fokus pada Aliya.
"Ayahku meninggal saat aku memasuki Senior High School. Ibuku meninggal saat aku memasuki Universitas" kata Aliya pelan.
"Apa kakakmu tahu jika kau bekerja ini?" Aliya menggeleng.
"Dia pasti akan memusuhiku jika tahu. Dan dia pasti akan lebih memilih menggantikanku sebagai Jalang dari pada melihatku begini" Momo menatap iba kearah Aliya.
"Apa kau tidak ada solusi lain?" Aliya menggeleng.
"Aku sudah memutuskan ini. Aku perlu menata hidupku walaupun dengan menjadi seorang jalang, setidaknya aku tidak akan menderita karena kelaparan dan cacian dari orang-orang" ucap Aliya.
"Kau menyesal?" Aliya mengangguk.
"Hanya sekitar 25% dari diriku yang menyesal. Lainya tidak" ujar Aliya enteng.
"Apa kau bekerja untuk banyak orang?" Aliya menggeleng.
"Hanya pada satu orang. Itupun yang mengambil kesucianku, dan dia juga memberikan kehidupan untukku dan juga memberikan pekerjaan pada kakak ku. Dan dia adalah teman Kim Namjoon kekasihmu" Momo terbelalak kaget.
"Namjoon Oppa dia..." Aliya tersenyum simpul.
"Aku tahu jika Tuan Kim adalah kekasihmu. Dia adalah kakak dari Jenni Eonni Sunbae-ku di Senior High School. Kau pasti juga tahukan jika Tuan Kim adalah pemilik Casino terbesar di Korea. Dan aku tidak yakin jika kalian tidak pernah bercinta" ujar Aliya blak-blakan.
"Siapa Namja itu?" Tanya Momo.
"Park Jimin" Momo kembali terbelalak kaget.
"Park Jimin? pria yang mengatakan jika Namjoon Oppa menungguku saat setelah kita selesai tampil dan dia juga tunangan Mina?" Aliya mengangguk.
"Tuan Kim sudah memberitahumu rupanya" Momo menatap tajam Aliya.
"Apa Kim Namjoon memaksamu?" Tanya Momo dan sukses membuat Aliya bingung, Momo bertanya dan terlihat marah dan ia yakin jika gadis blonde itu berfikir jika Namjoon yang memaksanya melakukan pekerjaan ini.
"Kau tenang saja. Walaupun kekasihmu adalah pemilik casino itu, dia tidak akan menjual Yeoja yang tidak berminat bekerja disana. Aku melakukan ini murni keputusanku. Bahkan ia sempat bertanya padaku, apa aku yakin akan benar-benar mau melakukan pekerjaan ini. Dan aku memang mau melakukanya" Momo bernafas lega. Ia kira Namjoon memaksa Aliya untuk jadi jalang. Setelahnya mereka sibuk dengan fikirannya masing-masing.
"Kau tidak jijik padaku?" Momo menggeleng.
"Aku juga bukan orang suci. Jika kau melakukan hubungan s*x pra nikah demi mendapat uang aku juga melakukanya walaupun itu murni karena nafsu kami. Aku juga sering melakukanya dengan Namjoon Oppa. Dia juga yang mengambil kesucianku" ujar Momo blak-blakan.
"Tentu saja sering. Tian Kim sangat Sexy! Kau tahu itu kan?" Momo tersenyum tipis.
"Kau benar dia sangat sexy tapi kukira tidak se-sexy Park Jimin" Aliya tidak membantah ucapan Momo. Jimin memang Sexy dan Manly disaat yang bersamaan dan yang lebih penting adalah pria itu tidak pernah bermain kasar padanya.
"Tapi bagaimana jika Mina tahu kalau kau tidur dengan Tunanganya?" Tanya Momo pada Aliya.
"Aku tidak peduli. Bahkan Jimin pun juga sama tidak pedulinya denganku. Jauh sebelum kami berbagi ranjang Jimin lebih dulu banyak berbagi ranjang dengan wanita lain. Dan kukira Mina juga tahu itu" Momo menganggukkan kepalanya. Mina bukan orang bodoh, paling tidak ia akan mengirim orang untuk mengikuti Tunanganya dan apa yang dikatakan Aliya juga benar jika Mina pasti tahu jika Jimin sering ganti pasangan dalam ranjang.
"Aku tidak tahu bagaimana kita bisa saling terbuka. Padahal dulu aku sempat berfikiran aneh tentangmu. Tapi saat aku mengetahui jika ini adalah dirimu yang sebenarnya aku merasa bangga. Teman?" Aliya tersenyum saat melihat Momo mengulurkan tanganya padanya.
"Teman" Momo langsung tersenyum saat Aliya menjabat tangannya. Dan mulai hari ini mereka resmi berteman.
T.b.c