bc

Bertaut

book_age16+
1.8K
FOLLOW
26.5K
READ
possessive
independent
CEO
drama
sweet
bxg
office/work place
first love
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Cerita Khaibar Chakra Winata dan Nazhwa Zahira

Nazhwa Zahira di kenal sebagai gadis pekerja keras. Selama menjadi staf marketing di Shantha tidak sekalipun kabar kencan gadis itu terhembus.

Bagi Nazhwa kebahagiaan orangtua dan kedua adiknya adalah segalanya, Nazhwa selalu berpikir bahwa dia harus menempatkan orang-orang yang dia sayangi di titik paling aman dan nyaman terlebih dahulu sebelum memikirkan dirinya sendiri, hal itu terkadang membuat orang-orang di sekitar Nazhwa berpikir bahwa gadis itu terlalu egois pada dirinya sendiri.

Berulang kali Nazhwa terlibat dengan laki-laki namun gadis itu tetap berpegang teguh pada prinsip yang dia pegang sejak awal bahkan ketika sang atasan sekaligus dosennya mendekatinya, Nazhwa masih pada prinsipnya, namun sampai kapan Nazhwa bisa bertahan jika Khaibar Chakra Winata bisa menyentuh di titik-titik paling tepat yang membuat Nazhwa terlena dan tidak bisa berkutik?

Cover by: Camoondesign

chap-preview
Free preview
Bab 1: Sang Paduka Shantha
*** Setahu saya Bapak juga bukan orang yang senang bercanda *** Kesibukan terlihat nyata di ruang yang cukup luas itu, semua komputer menyala, tidak ada satupun mata yang tidak fokus pada layar itu, tangan mereka bergerak dengan begitu lincah di atas keyboard. Akhir bulan sama dengan lembur. Itu adalah hal yang terus-menerus terjadi. “Wa, tim lo gimana bulan ini?!” Gadis dengan sebahu yang namanya merasa terpanggil langsung menatap rekannya yang duduk di hadapannya, gadis itu adalah Nazhwa Zahira merupakan salah satu staf marketing di perusahaan fashion yang sangat terkenal di Yogyakarta. “Aman gue, Ca, tim lo gimana?” tanya Nazhwa, gadis itu biasa di panggil Wawa oleh teman-teman kantornya atau juga teman kuliahnya. Wajah Oca telihat murung namun gadis yang duduk di sebelah Oca keadaanya jauh lebih kacau, “gue ngepas banget tapi si Anita, minus dia,” ucap Oca, wajah Anita memang terlihat begitu pucat, di antara staf marketing Shantha, Anita memang yang paling muda dan baru beberapa bulan bergabung di Shantha. “Mbak Wawa, gue ngeri banget sumpah, Mbak. Takut dapat hadiah senyum super miring bapak Manajer. Sejak dua bulan terakhir gue paling takut kalau udah meeting akhir bulan, bapak Manajer kita tidak seramah bu Khalila!” seru Anita, gadis itu tampak sudah mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah, matanya berkaca-kaca seperti ingin menangis. Padahal gadis itu adalah fans garis keras manajer marketing mereka yang baru. Khaibar Chakra Winata, sejak kedatangan pria itu dua bulan yang lalu di Shantha dan menggantikan posisi ibu Khalila sebagai manajer marketing, semuanya memang mendadak suram. Pria itu memang cukup ramah tapi sangat tegas saking tegasnya membuat Nazhwa kesal sendiri apalagi ketika Khaibar sudah mulai mengomel, pria yang selalu terlihat rapi dengan kemeja slim fit-nya itu sangat pandai mencari letak kesalahan karyawannya sekecil apapun itu membuat semua ruang gerak mereka menjadi terbatas. “Santai saja, Nit, itu Paduka seharusnya ngertilah kalau keadaan pasar memang lagi sepi, kalau dia senyum miring liatin aja siapa tahu tuh bibir jatuh!” seru Nazhwa dengan ketus, sungguh Khaibar itu mimpi buruk sekali. “Kalau jatuh terus gimana, Wa?” tanya Oca dengan senyum geli. Nazhwa itu sangat jarang menunjukkan rasa kesalnya bahkan gadis itu selalu memasang ekspresi super lempeng sepanjang hari namun semenjak kedatangan Khaibar ke Shantha dan menjadi manajer marketing, Nazhwa jadi suka sekali mengomel jika itu sudah menyangkut Khaibar. “Gue injek pake heels, kesel gue!” seru Nazhwa, Oca ngakak parah, sungguh ekspresi Nazhwa itu kalau sudah mengomel lucu sekali. “Baek-baek lo, Wa, suka baru tahu rasa lo, itu bibir bakal jadi bibir kesayangan lo!” seru Oca di sela-sela tawa ngakaknya. Nazhwa hanya mengerdikkan bahunya acuh. “Meeting-nya jam berapa deh, Mbak?” tanya Anita gadis itu terlihat masih belum tenang sampai sekarang. Para staf marketing terlihat sudah siap semua dengan laporan mereka. Nazhwa melihat jam di pojok kanan komputernya. “Sepuluh menit lagi,” jawab Nazhwa, gadis yang memakai salah satu kaus dari Shantha yang di padukan dengan celana kulot itu tampak berdiri dari tempat duduknya, hal yang sama juga di lakukan oleh staf lainnya. Mereka kemudian melangkah dengan kompak keluar dari ruangan menuju ruang meeting yang biasanya selalu mereka pakai untuk meeting akhir bulan. Saat mereka ingin masuk ke dalam ruang meeting itu, seorang Arsyana keluar dari ruangan itu, gadis dua puluh delapan tahun itu duduk di puncak pimpinan Shantha, dia adalah sang CEO muda yang sangat terkenal berbakat selan itu Arsyana juga memiliki wajah yang rupawan dan sangat fashionable sekali point plus lagi, Arsyana sangat ramah pada bawahannya. Sungguh paket komplit. Mereka semua kompak memberi jalan pada Arsyana sambil menunduk sopan, gadis itu tampak tersenyum begitu ramah dan mengangguk pelan, setelah hanya tersisa wangi Arsyana, mereka barulah masuk ke dalam ruangan meeting itu. Khaibar Chakra Winata sudah menunggu mereka di sana dengan wajah yang nyaris tidak memiliki ekspresi apapun tapi seperti biasa, Khaibar tampak begitu tampan dengan kemeja slim fit dan rambut yang di potong model undercut yang tertata dengan sangat rapi, wangi parfum pria itu menyeruak, menusuk-nusuk indra penciuman. “Doi pake Blvgari pour home, nih, Wa, hari ini, gue berharap dia setenang parfum yang dia gunakan hari ini sih, paling demen gue kalau laki dah pakai parfum yang ini,” bisik Oca ketika mereka sudah duduk berdampingan di meja meeting. Nazhwa hanya diam saja, salah satu hal lain yang baru dia tahu tentang Khaibar adalah pria itu sangat suka bergonta-ganti parfum, entah ada berapa banyak koleksi parfum yang di miliki pria itu, setiap Nazhwa berpas-pasan dengan pria itu pasti wanginya berganti . Ruang meeting itu langsung senyap ketika mendengar Khaibar berdehem, aura pria itu benar-benar luar biasa sekali. Aura pria itu sungguh sangat menikam, Khaibar menakutkan padahal dari gosip yang berhembus, ayah pria itu adalah orang yang cukup ramah dan sangat menyayangi istrinya tapi entah mengapa Khaibar malah seperti ini. “Presentasikan laporan penjualan kalian satu persatu setelah itu kirim laporannya ke email saya setelah meeting selesai, besok kita meeting kembali untuk perencanaan penjualan bulan depan dengan strategi baru yang lebih efektif dan menguntungkan,” ucap Khaibar, para staf marketing itu tampak mengangguk dengan begitu kompak. Mereka mulai mempresentasikan satu persatu laporan mereka, mulai mengatakan apa kendala yang mereka hadapi di lapangan. Khaibar terus menyorot satu persatu staf-nya itu, bulan ini rata-rata penjualan itu sangat pas target tapi banyak juga yang minus, hanya satu orang dari sepuluh stafnya yang target penjualannya melebihi target yang sudah di tetapkan walaupun itu hanya lebih sedikit. “Jadi sekarang yang menjadi masalah utamanya adalah keadaan pasar?” tanya Khaibar, para staf itu mengangguk dengan kompak, memang sedang sulit sekali untuk menjual produk-produk mereka, memang beberapa minggu terakhir keadaan ekonomi tidak stabil, selalu mengalami kenaikan kemudian melemah hal ini membuat daya beli masyarakat juga menurun, mereka kemungkinan besar lebih memilih belanja kebutuhan pokok di bandingkan mengikuti trend fashion. Khaibar kembali menatap wajah staf-nya itu secara bergantian, dia memberikan beberapa arahan kemudian tersenyum cukup ramah, hal itu membuat para staf itu diam-diam bernapas lega, setidaknya mereka tidak mendapatkan senyum miring seperti bulan lalu. Mungkin setiap parfum yang Khaibar gunakan menggambarkan mood pria itu. “Oca, bagaimana persiapa pernikahan kamu?” Oca yang mendengar namanya di sebut jadi salah tingkah sendiri, dia tidak menyangka Bapak manajernya ini tahu tentang rencanan pernikahannya, Oca bahkan belum membagikan undangan. “Lancar, Pak,” jawab Oca dengan cepat, senyum terukir di bibir gadis itu. Oca memang akan segera menikah dua minggu lagi dengan teman masa SMA-nya yang berprofesi sebagai polisi. “Kalau ingin membicarakan cuti, silahkan datang ke ruangan saya setelah jam makan siang,” ucap Khaibar yang berhasil membuat senyum Oca semakin lebar, para staf itu sudah bersorak riang meledek Oca. Satu persatu staf marketing memang sudah melepas masa lajangnya. Jika Oca menikah berarti hanya tersisa Nazhwa dan Anita yang belum menikah ah satu lagi sang manajer yaitu Khaibar. “Abis Oca, gue yakin Wawa nih!” Seru Aditya, si paling heboh. Nazhwa yang merasa namanya terpanggil langsung melotot. “Kok gue?” tanya Nazhwa dengan ekspresi wajah lempeng. “Iya lo lah, Mbak, masa iya Nita dulu, ngelangkahin lo itu namanya gue!” celetuk Anita, raut wajah takut yang tergambar sedari tadi di wajah gadis itu entah hilang ke mana, sekarang Anita terlihat begitu semangat dengan topik yang sedang di angkat ke pembicaraan. “Wawa mah pikirannya kerja dan kerja mulu, nikah ntar besok ntar besok mulu jawabnya, semua pria tampan se-Jogja keknya udah kena mental semua karena di tolak Wawa pakai senyum tipis andalannya!” seru Heru, si lambe anak marketing. Nazhwa mencebikkan bibirnya, matanya menatap Heru dengan tajam. “Berisik lo, Mas!” seru Nazhwa kemudian ruang meeting itu di penuhi oleh gelak tawam sampai pada akhirnya suara Khaibar yang sedari tadi nyaris tidak terdengar kembali mengundara. “Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian, Nazhwa kamu tetap tinggal di sini, saya ingin mendiskusikan beberapa strategi pemasaran yang baru mengingat kamu satu-satunya yang melebihi target penjualan bulan ini,” ucap Khaibar, para staf marketing itu mulai membereskan barang-barang mereka kemudian mengepalkan tangan ke udara dengan kompak sebagai bentuk semangat untuk Nazhwa sebelum melangkah keluar dari ruang meeting itu. Sungguh berada dalam satu ruangan apalagi berduaan sama Khaibar itu berasa lagi uji nyali. Nazhwa menarik napasnya pelan, gadis itu kemudian merubah posisi duduknya sedikit miring agar bisa langsung menatap Khaibar, sungguh Nazhwa sangat malas terlibat dengan pria ini. “Jadi apa yang perlu di bicarakan, Pak?” tanya Nazhwa langsung pada intinya, Nazhwa adalah orang yang tidak suka membuang-buang waktu, dia ingin semua selesai sesuai dengan waktu yang sudah dia tetapkan. “Sudah berapa lama kamu bekerja untuk Shantha?” tanya Khaibar, satu alis Nazhwa langsung terangkat, dia merasa Khaibar sudah keluar dari topik yang ingin di bicarakan. “Bukannya tadi ingin membicarakan tentang strategi pemasaran untuk bulan depan, Pak? Kenapa tiba-tiba topiknya berubah menjadi saya?” tanya Nazhwa dengan begitu berani, sungguh walau yang duduk di hadapannya ini adalah atasannya, tapi tetap saja, Nazhwa benar-benar tidak ingin waktunya terbuang, jika Khaibar ingin mengetahui berapa lama karyawannya bekerja, pria itu hanya tinggal membuka file-nya di komputer yang bisa di akses dengan begitu mudah. “Apa kamu adalah orang yang seserius ini?” tanya Khaibar, suara berat itu kembali mengalun, walau bau parfum pria itu sangat menenangkan tapi sekarang Nazhwa merasa tidak tenang sama sekali, gadis itu tampak menarik napasnya sejenak kemudian menatap Khaibar dengan tatapan tegas. “Setahu saya, Bapak juga bukan orang yang senang becanda, jadi kalau tidak ada yang ingin di bicarakan saya akan kembali ke tempat saya untuk menyelesaikan pekerjaan yang tersisa, selamat siang, Pak,” ucap Nazhwa. Gadis itu berdiri dari tempat duduknya, menunduk pelan pada Khaibar kemudian melangkah keluar dari ruang meeting. Meninggalkan Khaibar yang duduk diam di tempatnya. Khaibar menatap punggung Nazhwa dengan begitu lekat sebelum pada akhirnya dia juga memutuskan keluar dari ruang meeting. Khaibar sungguh sangat penasaran pada staf-nya yang satu itu. Nazhwa Zahira terlihat sangat unik dan begitu menarik, gadis itu sangat berbeda.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.9K
bc

My Secret Little Wife

read
97.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook