Tidak ada ekspresi lain selain terkejut dan bingung di wajah Khalid Wandawarma. Pun begitu yang tergambar di wajah ibu dan ayah mereka. Khairan bersuara di antara hening yang tercipta, “Khumaira memilih Khalid. Kalian tak ---“ “Benar begitu, Saleha?” tanya Bintang ragu. Khumaira mengangguk perlahan. “Abati, boleh Khumaira berbicara dengan Khalid berdua?” “Tidak!” Tegas Bintang segera. Sekalipun keputusan Khumaira menggembirakan mereka, bukan berarti dua sejoli tersebut diperbolehkan berbaur sesuka mereka. “Khairan bisa menjadi pendampingmu.” Khumaira memberi tatapan tak suka atas senyuman Khairan yang lebar. Bocah itu pasti akan menguping lagi, sayangnya tak ada pilihan lain. “Baiklah.” Mereka menepi, di tempat yang sama Rahman terakhir berbicara dengannya tadi. Selagi memandang langi

