Tertangkap Ketua OSIS

1106 Words
Gerald mulai melangkah mendekat ke arah dua insan tersebut. Mata bak elang pemuda itu, menatap lekat ke arah Arjuna dan Nadia. “Lo tahu ‘kan, peraturan sekolah ini? Harusnya lo kasih tau pacar lo, untuk gak masuk sembarangan ke sekolah ini,” ujar Gerald tegas. Baik Arjuna maupun Nadia, keduanya tak ada yang menyahut. Nadia sedikit syok saat itu. Gadis itu takut Gerald nantinya akan memberitahukannya kepada sang papi. Perihal pria itu yang menangkap dirinya bersama Arjuna. “Lo masuk kelas sekarang!” titah Gerald kepada Nadia. Mendengar perintah Gerald, Nadia mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, Nadia menyempatkan diri untuk menatap Arjuna. “Arjuna sorry, tapi gue mau kita putus.” Nadia mulai melangkahkan kakinya setelah mengucapkan kata putus kepada Arjuna. “Gak, aku gak mau. Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik Queen!” sahut Arjuna putus asa. Pria itu tak terima diputuskan begitu saja oleh Nadia. “Urusan pribadi kalian, selesaikan nanti. Sekarang lo ikut gue!” pinta Gerald dengan suara yang sangat dingin, seraya menunjuk Arjuna. “Dan lo ... cepat masuk kelas sekarang!” titah Gerald memperingatkan Nadia lagi. Setelah kepergian Nadia dari sana, Gerald memerintahkan Arjuna untuk mengikutinya ke ruang OSIS. Arjuna kini tengah duduk berhadapan dengan Gerald di ruang OSIS, berserta beberapa anggota OSIS lainnya. “Gue peringatkan sama lo. Jangan coba-coba untuk menyusup lagi ke sekolah ini, tanpa urusan yang jelas!” ucap Gerald tegas. “Tujuan gue jelas.” Arjuna tak terima dikatakan penyusup oleh Gerald. Arjuna memang sudah mengenal Gerald, pasalnya Gerald adalah anggota tim basket yang sering menjadi lawan tim basket SMA LENTERA BANGSA, yang dipimpin oleh Arjuna. “Demi menemui seorang gadis. Bisa dikatakan jelas? Sekolah tempat belajar, bukan pacaran!” ucap Gerald lagi, sambil menatap tajam kepada Arjuna. “Bukan urusan lo, lagian gue cuman kangen sama cewek gue.” Arjuna menyahuti ucapan Gerald dengan santai. “Gue gak mau buang waktu berharga gue lebih lama lagi. Apa lagi hanya untuk murid tidak tau aturan kaya lo,” ucap Gerald tak kalah santai dari Arjuna. “Sekarang lo pergi dari sini, hukuman sudah diatur ketua OSIS lo,” sambung Gerald. Arjuna keluar dari ruang OSIS, tetapi tak langsung pergi meninggal sekolah itu. Pria itu memutuskan untuk mencari sosok Nadia terlebih dahulu. Sesaat tatapannya melihat target yang sedang dicarinya. Nadia saat itu tengah berjalan hendak ke kelas sehabis dari toilet. Arjuna segera mempercepat langkahnya untuk menghampiri Nadia. “Queen aku pergi dulu ya. Nanti malam aku jemput. Kita ke luar jalan-jalan,” ucap Arjuna. Pria itu meraih jemari Nadia, kemudian menciumnya. Semua yang dilakukan Arjuna tidak luput dari pandangan Gerald yang saat itu hendak ke kelasnya. Selain Gerald, ada seorang gadis yang juga ikut menyaksikan kejadian tersebut. “Dasar murahan, cih!” Gadis tersebut berdecih, kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. “Ih, apaan sih!” Nadia menepis tangan Arjuna. Setelah kepergian Arjuna, Nadia melanjutkan langkahnya menuju ke kelas. Namun, lagi-lagi langkahnya harus terhenti. Saat sosok Gerald tiba-tiba saja berdiri di hadapannya, dengan kedua tangan merogoh saku celananya. “Temui gue diruang OSIS!” ucap Gerald datar. Setelah mengatakan itu, Gerald kembali melanjutkan langkahnya. Sebelum benar-benar pergi, Gerald kembali menghentikan langkahnya. “Lima menit setelah jam istirahat,” ucap Gerald lagi, sebelum pria itu melanjutkan langkahnya. “Lima menit, bla bla bla,” Nadia mengulang ucapan Gerald dengan nada kesal. Gadis itu terus menggerutu sepanjang jalan. Entah itu soal Arjuna, ataupun Gerald, yang keduanya sama-sama membuat suasana hati Nadia campur aduk. Saat jam istirahat tiba, Nadia menolak ajakan kedua sahabatnya untuk pergi ke kantin. Mengingat ia sudah lebih dulu diminta Gerald untuk menemui pria tersebut. Langkah Nadia terhenti tepat di depan pintu ruang OSIS. Gadis itu terlihat ragu saat hendak memutar handel pintu. Setelah menarik napasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya dengan kasar. Nadia dengan perlahan membuka pintu ruang OSIS. Deg! Tubuh Nadia memaku, saat pintu ruang OSIS sepenuhnya terbuka. Banyak sekali penghuni yang terduduk melingkari meja panjang di sana, dan hampir semua mata penghuni di dalam ruang OSIS saat itu, menatap ke arahnya dengan tatapan mengintimidasi. “Masuk, dan duduklah!” titah Gerald. Nadia mulai melangkah mendekati kursi kosong yang terpisah dari meja rapat tersebut. Kemudian memutuskan untuk segera duduk di sana. “Lo tau, alasan gue panggil lo ke sini?” tanya Gerald. Kali ini pria itu berbicara dengan nada santai. “Gue gak tau. Apa salah gue?” tanya Nadia balik. “Lo udah mengizinkan PACAR lo, masuk ke sekolah ini. Jadi, Lo melanggar peraturan di sekolah ini. Lo itu udah kelas sebelas, harusnya lo lebih paham soal ini, dan bisa memberi contoh teladan bagi junior-junior kita,” jelas Gerald panjang lebar. “Murahan!” celetuk Merry. Ucapan Merry barusan, dapat diyakini oleh Nadia, bahwa ia lah yang maksud oleh Merry. Nadia mengalihkan tatapannya ke arah Merry dan mulai beranjak dari posisinya. “Siapa yang lo maksud murahan, hah!?” tanya Nadia sembari mendorong bahu Merry. “Gue gak bilang kalau itu lo, tapi kenapa lo jadi marah, merasa ya?” tanya Merry dengan senyum mengejek. “Jaga mulut lo, ondel-ondel!” ujar Nadia, kembali mendorong bahu Merry. “Santai dong, gak usah main dorong!” sahut Merry berbalik mendorong Nadia. Nadia tertawa mengejek, saat tubuhnya didorong oleh Merry. “Kenapa lo? Apa yang lucu hah!?” b***k Merry saat melihat wajah Nadia. “Lo yang lucu. Muka lo kaya ondel-ondel!” sahut Nadia penuh penekanan. “Anjing! Berani Lo sama gue!?” bentak Merry. Gadis itu tak terima wajahnya disebut badut. Dengan kasar Merry menarik rambut Nadia. “Gue tak takut sama lo, senior sok cantik.” Nadia bergantian menyerang Merry, dengan menarik rambut pirang seniornya tersebut. “Dasar cewek gampangan!” teriak Merry di tengah pergulatan keduanya. “Lo bilang apa barusan! Jangan mentang-mentang lo senior, terus gue mau takut sama lo gitu!” ucap Nadia dengan napas tersengal. Karena perdebatan itu, alhasil Nadia dan Merry malah bertengkar. Keduanya membuat aksi saling jambak menjambak rambut. Namun, Merry hanya beberapa kali saja mendapat kesempatan untuk menarik rambut Nadia, sehingga rambut Merry jauh lebih berantakan dibanding rambut Nadia. Merry yang tak terima kalah di hadapan Gerald dan para anggota OSIS, mulai memainkan kuku panjangnya menggores wajah Nadia. Gerald menghela napasnya, kali ini Nadia tidak akan lolos dari amarah sang papi. Jika masalah dirinya yang menciduk gadis itu dan kekasihnya, tentu ia akan tutup mulut. Namun, jika masalah yang ini bukan lagi dirinya yang mengatur, melainkan pihak sekolah lah yang lebih berhak. Gerald yang melihat keadaan mulai tak terkendali, ia sedikit panik. Terlebih melihat tindakan Merry yang sepertinya sudah sangat berlebihan. “Ken, tolong suruh semuanya keluar!” perintah Gerald kepada Kenzo. Kenzo mengangguk, dan mulai memberi perintah agar sebagian anggota OSIS segera meninggalkan ruangan saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD