#6 Sedikit Terasa Bebas

1094 Words
Rutinitas Tasya setiap pagi selalu sama, bangun tidur lalu mandi dan berangkat kerja juga dengan terburu buru. Namun ada yang berbeda pagi ini, Tasya merasakan sedikit bebas. Mungkin karena Tasya tahu kalau Tedy sedang keluar kota, jadi setidaknya dia "aman" selama beberapa hari. Pagi ini Tasya memilih dress biru laut tak berlengan ditambah dengan cardigan lengan pendek putih serta sepatu high heel berwarna putih. Setelah mengoles lipstik tipis pada bibirnya yang mungil, Tasya mematut dirinya di depan kaca lalu tersenyum puas. Turun dari mobil grab, Tasya dengan penuh percaya diri berjalan dari lobby menuju pintu lift. Jam masih menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, jadi lobby masih terlihat lengang. "Eits....sampai pangling loh! Hari ini ada apa yah..cantik nih...dan ...tumben kamu pakai rok?" tegur Pak Ridwan dari bagian penjualan. "Ah..Pak Ridwan bisa saja. Biasa juga cantik kok pak. Mungkin hari ini hari keberuntungan saya saja mendapatkan pujian dari bapak." jawab Tasya tersipu malu. "Biasanya pakai celana panjang, hari ini mau ketemu orang penting yah dress up segala?" tanya Pak Ridwan lagi, sepertinya dia penasaran. "Tidak juga pak...lagi mood saja pakai dress." Tasya mulai risih, pasalnya dia merasakan tatapan panas Pak Ridwan yang berdiri di belakangnya, dan di lift hanya mereka berdua. Untung lift berhenti di lantai mereka tak lama kemudian, Tasya menghembuskan napasnya lega dan sedikit menyesal menggunakan dress itu. Seperti biasa Tasya membereskan meja kerja Andreas, berkas berkas yang berserakan di meja disusun rapih di tempatnya. "Dasar, sudah disediakan tempat buat meletakan dokumen dokumen ehh....digeletakkan saja di meja. Memang bossmah ...susah diatur." "Ehm...siapa yang kamu maksud susah diatur heh?" Tasya terkejut, hampir saja dokumen yang ditangannya terlempar melayang di udara. "Hehehhe...sorry....kalau situ tidak merasa yahhh..enggak boleh marah dong." jawabnya membela diri. Andreas geleng geleng kepala sambil mengguman "Semua perempuan sama saja, tidak mau kalah" "An...ini berkas berkas tolong dimasukkan kembali dong ke folder masing masing" protes Tasya "Kalau aku yang bereskan, nanti kamu kerjanya apaan dong?" jawab Andreas dengan senyum kemenangan. "Bener juga...ya setiap pagi nanti kalau meja kamu bersih dari dokumen lalu aku nganggur dong ya." Tasya mengangguk anggukan kepala sampai ke mejanya disertai dengan gelak tawa Andreas. Andreas baru menyadari perbedaan penampilan Tasya dan dari dalam ruangan yang memang letaknya tidak terlalu jauh dengan meja Tasya dia berseru "Cantik hari ini....sepertinya akan ada hujan badai nanti sore" Tasya hanya menyunggingkan senyum mendengar gurauan bosnya. "Lihat saja nanti, akan kubalas dia" ujar Tasya dalam hati.. "Eh..kamu sekretaris barunya Andreas ya? Siang ini dia ada janji dengan klien gak?" Tasya yang sedang asik membereskan file langsung mengangkat kepalanya "Siang Bu Rana. Seingat saya hari ini jadwal Pak Andreas kosong...bisa Bu Rana tanyakan langsung ke orangnya. Tuh Pak Andreas baru keluar dari ruangannya" Jawab Tasya. Melihat Rana di meja Tasya, Andreas mengurungkan niatnya dan membalikan badan menjauhi mereka. Namun terlambat, Rana sudah melihatnya "Andreas....mau kemana kamu darling..." merinding Tasya mendengar panggilan Bu Rana dan tertawa melihat mimik wajah Andreas. "Tasya, hari ini kita ada lunch meeting dengan Pak Santoso mengenai projek Malang. Bersiaplah, sebentar lagi kita berangkat dan jangan lupa info Pak Indra untuk standby di lobby." Perintah Andreas "Sorry Ran, aku ada meeting dan harus menyiapkan dokumen." Lalu dia bergegas meninggalkannya. Rana yang melihat kepergian Andreas secepat itu hanya bisa melongo kesal. Pupus sudah harapan untuk mengajak lunch bersama dengan Andreas. "Awas yah kalau kamu macam macam dengannya!" ancam Rana pada Tasya sebelum kembali ke ruangannya. "Lunch dimana pak? Kok saya gak tau yah ada jadwal meeting lagi dengan Pak Santoso?" tanya Tasya heran ketika mereka baru saja duduk di dalam mobil Andreas. "Indra, restoran korea yang di Jalan Senopati" bukannya menjawab pertanyaan Tasya, Andreas malah memerintahkan supirnya tujuan mereka. "Baik pak." jawabnya dengan sopan lalu melajukan kendaraan dengan hati hati. Selama perjalanan Tasya sibuk membereskan berkas dokumen yang dirasa penting untuk meeting nanti. Dia mengutuk dirinya sendiri karena tidak ingat dengan jadwal lunch meeting dengan Pak Santoso. Dan berdoa mudah mudahan Andreas memaafkan dirinya dan tidak meluapkan emosinya nanti. Sesampainya di restoran, Tasya melepaskan pandagannya mencari sosok Pak Santoso, namun sepanjang mata mencari tidak menemukannya. Dia mengikuti Andreas yang berjalan di depannya menuju meja yang sudah disiapkan oleh pramusaji. "Kamu mau makan apa Tasya?" tanya Andreas sambil membuka buku menu "Aku enggak ngerti, belum pernah makan di sini." jawab Tasya jujur "Terserah kamu saja lah..." lanjut Tasya. Andreas tersenyum mendengar jawaban lugu Tasya dan setelah memesan menu untuk mereka berdua Andreas pamit untuk ke toilet mencuci tangan. "Bos, Pak Santoso datang telat ya? Kok sampai jam segini belum datang? Memang janjiannya jam berapa?" tanya Tasya sedikit malu karena seharusnya Andreas yang bertanya, bukan sebaliknya. "Tidak ada lunch meeting dengan Pak Santoso. Aku tadi membuat alasan agar Rana tidak mencoba mengajakku makan siang bersama." jawab Andreas santai. "What? Terus....aku susah payah membawa berkas ini sia sia dong?"ucapTasya sambil menepuk kasar setumpuk dokumen yang dibawanya dari kantor. Beberapa pangunjung restoran yang merasa terganggu menatap ke arah meja mereka tajam. "Pantesan....aku yakin tidak ada meeting siang ini. Tapi....kamu tuh menyakinkan sekali, sampai aku percaya bahwa aku yang salah karena tidak mengingat lunch meeting dengan Pak Santoso." Andreas hanya dapat mengulum senyumnya melihat sikap Tasya barusan. "Makan yuk!" "Untung saja makanan ini gratis, aku akan makan banyak sebagai balasan untuk kamu yah.." "Makanlah sepuasnya." tantang Andreas. Melihat tubuh Tasya yang kurus tidak mungkin makannya banyak. Lagian....bagi Andreas mentraktir sepuluh orang seperti Tasya tidak akan membuatnya miskin. Ketika mereka tengah menikmati hidangan, ponsel Tasya berdering. "Hm...sorry, telepon penting..." "Halo, Ted aku lagi makan siang, nanti kutelepon balik yah." lalu setelah beberapa saat Tasya masih mendengarkan lawan bicaranya kemudian menutup panggilan itu. Raut wajahnya berubah kesal, namun dia menutupinya. "Yuk...lanjut. sayang nih daging nya." dan 'hap' sepotong daging sapi sudah masuk kedalam mulut Tasya. "Santai saja kali makannya, enggak ada yang minta" tegur Andreas. "Kamu belum makan berapa hari sih? Rakus atau doyan?" "Jangan cerewet. Ini akibat kamu bohongi aku." Dan Tasya kembali melanjutkan santapannya. Setengah jam berlalu....."Duh...kenyang banget nih!" Tasya mengelus elus perutnya. "Enggak kenyang boong...di dalam perut kamu itu bukan hanya ada cacing saja, sepertinya naga juga bersarang didalamnya." Tasya tersenyum puas...memang jika sedang kesal Tasya cenderung melampiaskannya pada makanan. "Tadi siapa yang telepon? Mendadak bad mood?" Akhirnya pertanyaan yang disimpannya sejak tadi keluar juga. Tasya hanya diam, "Pesan es krim ya? Mbak...aku pesan es krim ogura yah." pramusaji yang kebetulan lewat dekat meja mereka mencatat dan meninggalkan mereka untuk menyiapkannya. Andreas hanya diam, menunggu sampai mood Tasya kembali baik lagi. Mungkin setelah makan es krim, pikirnya. Sabar... Setelah menghabiskan semangkuk es krim ogura, Tasya menatap Andreas dalam dalam lalu menghembuskan napasnya. "Dari pacarku." Andreas diam, menunggu cerita selanjutnya. Tapi tak urung juga hatinya sedikit tercubit rasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD