Liner Kingdom, ruang bawah tanah kerajaan
Beberapa orang berjalan di sebuah lorong, mereka menuju kesebuah kotak yang dilindungi oleh barrier, "Seperti yang kau ucapkan, aku sudah mengamankannya." Ucap orang yang berdiri paling belakang.
"Hem!" Vondest berbalik dan mengarah kearah orang dibelakangnya, "Kerja bagus Frank Sora, William Tois. Dengan begini, iblis takan bisa menyentuh Anti Magic Blade dengan mudah." Ucap Vondest.
Selain Viole, dua orang dibelakang Vondest tadi adalah Frank Sora, raja dari kerajaan Liner beserta bangsawan tertinggi diwilayah kerajaan Liner. William Tois, ia adalah bangsawan yang memiliki jumlah pasukan yang cukup banyak untuk membantu kerajaan Liner.
Hari itu adalah hari yang menjadi titik dimana iblis berencana menyerang kembali. Itu tersampaikan melalui Telephaty terhadap salah satu informan kerajaan Triton, iblis menyampaikan bahwa mereka akan kembali menyerang secara acak pada hari yang telah ditetapkan, hari itulah yang ia katakan.
Vondest kembali menuju benteng terluar kerajaan Liner, ia beserta istrinya menatap kearah selatan, "Aku tidak tahu apa rencanamu yang sebenarnya. Entah itu kerajaan Liner, kerajaan Doboro, Kerajaan Garda maupun kerajaan Nova. Aku tidak akan membiarkan mu menghancurkan bangsa Fadelta, Raja iblis!" Gumam Vondest.
Drap.. drap..
Salah satu prajurit Liner menghampiri raja Frank yang berada disamping Vondest, "Tuan!" Ia terengah-engah, Frank memegang pundak prajurit itu untuk sedikit mengangkatnya, "Apa yang terjadi?" Tanya Frank.
Prajurit itu kembali berdiri tegak, "Iblis... Iblis menghancurkan benteng pengawas selatan!" Ucap prajurit itu, Frank beserta William sontak terkejut, "Apa kau yakin?! Bagaimana itu bisa terjadi?!" Tanya Frank.
"Saya baru saja mendapatkan informasinya tuan. Menurut korban yang berhasil selamat, jumlah pasukan iblis melebihi ratusan ribu!" Jawab prajurit tadi, ia sedikit berkeringat.
"Jadi benar, mereka memang mengincar senjata Tyrel yang satu ini, sial!" Gumam Vondest, ia sedikit memukul tembok benteng, "Seharusnya aku berjaga disana, benteng pengawas hacur karena kebodohan ku." Ia merasa kesal.
Suara terompet yang menandakan terlihatnya musuh dibunyikan, Frank sedikit khawatir, "Raja Vondest, sepertinya ucapan anda benar. Raja iblis memang ingin memiliki senjata itu, apa yang harus saya lakukan?!" Tanya Frank, Vondest masih sedikit merenung.
Viole menghampiri Vondest dan sedikit menepuk pundaknya, "Ayo kita lakukan, Suamiku!" Ia tersenyum semangat, Vondest berbalik. Wajahnya berubah menjadi senyum penuh semangat, "Ya... Ayo kita lakukan."
"Para prajuritku!! Jangan takut! Raja Vondest beserta ratu Viole ada disini, kita kalahkan para iblis dan kembali untuk keluarga kita!" William berteriak untuk menyemangati para prajurit yang takut saat melihat betapa banyak dan mengerikannya pasukan iblis. Mendengar bahwa Vondest ada bersama mereka, para prajurit itu langsung bersorak semangat.
"Hem... Dia memang hebat, mental para prajurit sangat menentukan keadaan selanjutnya. Jika mereka merasa takut terhadap musuhnya, itu sama saja seperti kucing yang takut saat melihat harimau. Semangat, terkadang itu penting." Gumam Vondest, ia masih diam berdiri melihat situasi.
Vondest melirik Viole yang sedang mengamati, "Viole, bagaimana? Apa mereka sudah ditemukan?" Tanya Vondest, ia menekuk kedua tangan di depan d**a.
Viole melihat kearah pasukan iblis menggunakan mata tajamnya, "Em... Sepertinya mereka bergerak sendiri, aku tidak melihat sedikitpun kehadiran Kuroi Akuma. Tapi Vondest, ada sesuatu yang aneh disini. Aku merasakan ada hal ganjil pada tubuh raksasa itu." Ucap Viole.
"Baiklah," Vondest berpaling dan melihat kearah William yang sedang berdiri diarah kirinya, "William! Perintahkan prajuritmu untuk menghabisi raksasa yang berjalan disebelah kiri dari kita! Raksasa berwujud kambing itu adalah target pertamanya." Vondest sedikit berteriak agar Willam yang berada cukup jauh mendengarnya.
"Tidak perlu peringatan! Kehadiran mereka jelas menyatakan perang terhadap kerajaan ini! Nergeri ini! Habisi raksasa itu!" William menunjuk raksasa yang Viole curigai, "Lakukan!" Ia memberikan isyarat agar para prajuritnya menyerang raksasa itu menggunakan teknik serang jarak jauh.
Para prajurit yang memiliki tugas sebagai pendukung prajurit petarung yang berjaga di depan langsung menggunakan teknik mereka untuk menyerang, cahaya biru keluar dari setiap prajurit itu dan langsung mengarah kearah raksasa tadi. Seketika, raksasa itu hancur.
"YEAH...!!!"
Para prajurit bersorak.
"Jangan lengah! Tetap siaga!" Sentak Frank, "Sepertinya giliran kita akan tiba Viole." Vondest tersenyum sambil menggaruk pipinya, ia berkata seperti itu karena saat raksasa tadi dikalahkan, pasukan iblis yang lainnya justru mengamuk dan berlari kearah kerajaan Liner dengan cepat.
"Baiklah!" Viole mengeluarkan senjata Tyerl miliknya yaitu Claws Of Light, ia beserta Vondest langsung terbang keluar benteng kerajaan Liner lalu berdiri di udara sambil mengarahkan badannya kearah pasukan iblis.
"Raja Vondest, ratu Viole. Kemampuan kami sangat jauh berbeda dibandingkan kalian berdua, tolong... Selamatkan kerajaan Liner ini." Gumam Frank.
Viole meletakan kedua tangan didepan dadanya dan membentuk huruf 'X', "Ini peringatan dari-..." Viole berencana menebas pasukan iblis menggunakan cakarnya. Tapi, setelah melihat pasukan iblis yang berhenti secara mendadak, Viole pun sedikit kaget dan menghentikan niatnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Viole.
"Viole... Ternyata matamu masih teliti sampai sekarang, aku hanya curiga. Tapi, jika kau yang mengatakannya, keraguanku pasti hilang." Vondest tersenyum sambil melihat seseorang yang muncul mendadak di depan pasukan iblis.
Orang itu berkuping panjang layaknya para elf, rambutnya hitam, matanya hitam dengan warna merah menyala.di tengah nya. Ia mengenakan pakaian jas panjang seperti para bangsawan biasa, wajahnya tersenyum sambil melihat kearah Vondest yang sedang melayang di udara.
"Salah satu anggota Kuroi Akuma... Sang otak dari bangsa iblis.... Diablo!" Vondest ikut tersenyum.
Viole berusaha untuk mengingat siapa orang yang dimaksud Vondest, "Ah..!! Aku ingat! Dia adalah iblis yang membuat Patricya bertarung tanpa busana kan?! Haha..!! Aku masih saja tertawa mengingatnya!" Ia justru tertawa terbahak-bahak.
William dan Frank melihat kehadiran komandan iblis dari benteng kerajaan, "Jadi... Itu sang kelompok Kuroi Akuma? Energinya... Menyeramkan!" William merasa tertekan setelah merasakan energi Diablo.
Frank sedikit tersenyum untuk menghilangkan rasa takutnya, "Dia memang menyeramkan. Tapi, raja tertinggi bangsa Fadelta. Bagaimana raja Vondest beserta ratu Viole masih bersantai dihadapan mereka? Mahluk terkuat di bumi memang bukan sekedal bualan." Frank kagum karena Vondest dan Viole masih terlihat santai.
Viole sudah mulai menahan tawanya, walaupun dihadapan ratusan ribu pasukan iblis beserta salah satu anggota Kuroi Akuma, Viole masih sempat tertawa sampai mengeluarkan air mata.
Vondest menepuk-nepuk punggung Viole, "Hei... Apa sudah puas? Kasihan Patricya, kupingnya pasti panas saat ini." Ucap Vondest, Viole masih sedikit lelah karena tertawa, "Habisnya, ingatan itu tidak bisa hilang dari ingatanku Vondest." Ia masih menahan perutnya.
"Viole! Kau masih saja jeli melihat sesuatu, jika aku hanya bersembunyi seperti itu. Tentu saja, kau dapat dengan mudah mengetahuinya." Ucap Diablo, Viole kembali berdiri tegak, "Trik murahan itu takan berpengaruh padaku, Diablo." Viole tersenyum dengan wajah merah karena menahan tawa.
Diablo mengangkat kedua tangannya, "Kalian memang menarik, bisa menunjukan raut wajah seperti itu dihadapan musuh yang jauh lebih banyak dibandingkan kalian. Jika boleh tahu, apa rahasia keteguhan kalian itu?" Tanya Diablo.
"Wanita!" Ucap Vondest, Viole langsung menjitak kepalanya saat Vondest menjawab hal tadi.
Diablo tertawa, "Hahaha...!! Tapi, kita sampingkan dulu reuni ini. Aku tidak ingin sampah-sampah seperti kalian mengganggunya." Diablo menggunakan teknik ruang miliknya untuk memindahkan seluruh pasukan iblis kembali.
William dan Frank langsung terkejut, mereka tidak menyangka bahwa iblis akan menarik kembali pasukannya hanya karena komandannya ingin reuni.
Di balik tembok kerajaan, "Mereka... Mundur? Mereka telah... MUNDUR..!!!" Sorak William, para prajurit yang mengetahui dan mendengarnya langsung ikut bersorak.
"Jangan melakukan keputusan terlalu dini. Lihatlah, ia masih berdiri disana." Frank berbisik di dekat William, dibalik sorakan gembira para prajurit, Diablo masih berdiri di hadapan Vondest.
"Yah... Mau bagaimana lagi, kehadiranmu dan diriku selalu disambut meriah, apalagi jika kau langsung datang ketanahku. Aku sendiri yang akan membuat pesta penyambutan yang sangat meriah, Diablo." Wajah Vondest menjadi serius.
Diablo sedikit tersenyum, "Aku tahu itu... Tapi Vondest, apa kau yakin kau akan berdiam diri disini? Evanhell, Pasukanmu disana cukup menakutkan loh, aku sendiri berpikir ulang untuk menyerangnya." Ucap Diablo.
"Evanhell?! Tunggu, yang tadi itu. Dia tidak menarik kembali pasukannya kan? Dia memindahkannya." Gumam Vondest, ia kemudian sedikit melirik Viole. Hanya dari tatapan suaminya saja, Viole sudah tahu apa yang di maksud Vondest.
"Viole, aku serahkan pasukan tadi padamu." Ucap Vondest, wajahnya sedikit suram. "Lakukan dengan cepat ya, Vondest!" Viole langsung menggunakan teknik Teleportasi untuk datang ketempat Evanhell berada.
"Kemana perginya ratu Viole? Apa terjadi sesuatu diluar perkiraannya? Atau mungkin... Raja Vondest, dia ingin melawan iblis itu seorang diri?" Gumam Frank, ia penasaran saat Viole menghilang.
Suasana menjadi hening setelah Viole pergi menyusul Evanhell, para prajurit, raja Frank dan juga William menyaksikan Vondest dan Diablo dari benteng kerajaan. Mereka tahu, bahwa jika Vondest sudah memasang wajah seperti itu, ia sudah menentukan pilihannya.
"Nah... Diablo, kerahkan semua kemampuanmu padaku." Vondest memasang kuda-kudanya di udara.
Aura merah gelap seketika mengelilingi tubuh Diablo, ia tersenyum di balik wajah nya yang menatap Vondest tajam, "Ya, sesuai keinginan mu, mahluk terkuat."