The Fall Of The Ironland Kingdom

1497 Words
Diwaktu yang bersamaan dengan Hazin yang telah berhasil mengalahkan monster laut Kraken dan mendapatkan Death Stone pertamanya, Kita beralih kembali kedaratan Mideltera, benua terbesar yang sebagian besar penduduknya adalah bangsa Fadelta. Dan, jauh di arah selatan benua tersebut. Ironland Kingdom "Selamatkan nyawa kalian! Kerajaan ini sudah runtuh, lari..!!" Seseorang teriak ditengah kekacauan kerajaan Ironland, kerajaan itu merupakan salah satu kerajaan bangsa Fadelta yang berada diwilayah paling selatan yang tidak jauh dari kutub neraka. Api berkobar diseluruh bangunan kota, kastel diruntuhkan oleh aliran energi cukup besar yang datang dari kejauhan, semua orang panik, para prajurit kerajaan banyak tergeletak tidak bernyawa. Bahkan, raja yang memiliki kekuasaan disana-pun tergeletak dengan darah yang berhamburan dari mulutnya. Kerajaan Ironland perlahan hancur, ketidak waspadaan pemerintah disana membuat musuh datang menyerang dengan mudah. Negara tetangga seperti kerajaan Triton tidak mengetahui kejadian itu, para petinggi kerajaan disana sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi kerajaan lain. Namun, semua usaha itu tidak membuahkan hasil, mereka tidak dapat berkomunikasi dengan negara lain sejak para musuh datang menyerang. "Huaa... Tolong aku ibu... Ibu..." Tangis seorang anak perempuan ditengah jalan yang berdarah itu, ia terus merengek sambil menunggu ibunya datang. Tep-tep... Seseorang bertudung perlahan datang kearah gadis kecil itu dari kobaran api. "Khekheke... Terlalu mudah, ini terlalu mudah!! Teruslah menangis! Ibumu tidak akan datang dasar anak bodoh! Kau tidak melihat sekitarmu? Kedua orang tuamu pasti sudah mati tahu!" Orang bertudung itu mengeluarkan dua pedang berkarat dari pinggulnya. "Matilah." Orang bertudung itu langsung mengayunkan kedua pedangnya tadi dan memotong leher gadis kecil tadi. "Hahaha...!! Fadelta bodoh! Kalian hanya mampu memberiku makanan tanpa bisa membuatku terhibur, kupikir orang yang kalian sebut raja akan lebih kuat dari gadis ini, ternyata tidak! Raja Fadelta tidak lebih dari seorang gadis gadis yang cengeng, sebentar lagi... Sebentar lagi kami akan datang padamu, Vondest." Ucap pria bertudung itu, ia terlihat senyum menikmati darah yang keluar dan mengenai wajahnya. Tang! "Hah..? Kalian mau bermain lagi?" Pria itu menangkis anak panah yang datang secara mendadak dari belakangnya. "Monster! Dasar mons-..." Cratt!! "Ini bukan permainan kau tahu." Pria bertudung itu menebas kepala pemanah tadi dengan kecepatan yang luar biasa, ia kembali menjilat darah yang menempel diwajah dengan lidahnya yang sedikit panjang. "Cukup sampai disini!" Blarrr...!!! Seseorang dari atap rumah menggunakan aliran energi kearah pria bertudung itu. "Apakah itu cukup untuk menghentikannya? Kurasa tidak, ia tak mungkin-.." Gumam komandan prajurit utama kerajaan Ironland, Shimpo Nova, ia yang tadi menggunakan aliran energi untuk menyerang orang bertudung dari atap. Wushh! "Tidak mungkin!" Shimpo terkejut karena pria bertudung tadi tiba-tiba berada disampingnya. "Boom!" Pria bertudung tadi tersenyum sambil mengarahkan telunjuknya kearah shimpo, tentu saja shimpo tidak bisa menghindari itu. Blarr!!! Shimpo langsung terhempas jauh. "Lagi-lagi nyamuk pengganggu." Ucap pria bertudung diatap, setelah memastikan tidak ada lagi yang hidup, ia langsung melangkah dan pergi meninggalkan kerajaan yang telah hancur itu. Lalu, esok harinya. Samudra Tembula Hari telah berganti. Setelah mendapatkan petunjuk dari orang tuanya, Hazin akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan nya menuju kerajaan Al-Sarem yang berada di benua timur bernama benua Istolib. Di dalam perjalanan, ruang makan di dalam kapal terdengar begitu bising. "Hei! Jangan habiskan lobster itu! Bukan hanya kau yang ingin memakannya Jack..!!" Minaki merebutkan lobster terakhir yang ada dimeja makan. "Kucing sepertimu lebih baik makan ikan saja, aku belum pernah melihat seekor kucing makan udang seumur hidupku." Jack terus mempertahankan lobsternya dari Minaki. "Enak saja! Hidupmu saja yang menyedihkan." Sentak Minaki. "Huff... Kenapa mereka seperti itu? Oh ya! Hazin, aku sebenarnya ingin menanyakan sesuatu padamu, kemarin aku terlalu mabuk untuk bertanya, jadi aku pikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk bertanya." Latina menghela napas sesaat lalu bertanya. "Apa yang ingin kau tanyakan?" "Ini mengenai Kraken, semua orang tahu bahwa Kraken bukanlah moster yang dapat dengan mudah dikalahkan, sedangkan waktu itu kau menghancurkannya dengan mudah sampai berkeping-keping. Aku bertanya hal itu karena saat kau mengeluarkan aliran energimu, aku merasakan ada energi lain yang keluar, dan itu berasal dari dirimu. Apa yang kau lakukan untuk menghancurkan Kraken Hazin." Tanya Latina, Minaki dan Jack berhenti bertengkar karena mereka juga sedikit penasaran. "Emm... Ya, kau benar." Hazin melihat sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang lain yang dapat mendengar pernjelasannya. "Yang membunuh Kraken bukanlah aku, aku hanya menggunakan salah satu aliran energi milikku agar orang lain tidak curiga. Dengan sengaja aku mengarahkan energi milikku keatas dengan tujuan orang lain bisa melihatnya, aku tidak suka direpotkan dengan pertanyaan orang lain." Jelas Hazin. "Jika bukan kau, siapa yang melakukannya?" Tanya Minaki. "Seperti yang ayahku ceritakan sebelumnya, ini juga yang kau ingin tahu Minaki, Varka yang melakukannya." Jawab Hazin. "Varka? Bagaimana bisa ia yang melakukannya?" Jack ikut bertanya. "Death Stone sebenarnya tidak berada didalam mulut Kraken, melainkan didalam jantungnya, batu itu membuat jalan sendiri menuju jantung Kraken lalu menjadikan tubuh Kraken didalam kendalinya. Varka hanya memberiku arahan untuk menempelkan kedua tanganku ketubuh Kraken, setelah itu aku hanya menggunakan aliran energiku untuk memberikan sedikit luka pada jantung Kraken. Dan, entah bagaimana caranya, tubuh Kraken langsung hancur." Jawab Hazin. "Emm... Jadi kau ingin bilang bahwa kau mengaliri tubuh Kraken dengan energi milik Varka, setelah kau memberi hentakan pada jantung Kraken, energi Varka dapat dengan mudah tersebar keseluruh tubuhnya yang disebabkan dari pompa darah Kraken yang kuat, benarkah begitu Hazin?" Tanya Minaki, ia terlihat mengamati semua yang dikatakan Hazin sebelumnya. "Mungkin." Singkat Hazin dengan wajah dingin. "Eh? Lalu bagaimana?" Tanya Minaki. "Aku sudah bilang kan? Aku juga tidak begitu mengerti dengan apa yang dilakukan serigala menyebalkan itu." Ucap Hazin, ia sebenarnya hanya melakukan apa yang Varka bilang. "Tapi yang penting, sekarang kau tidak usah khawatir tentang kecurigaan orang terhadap energi milik Varka." Latina menoleh dan melihat kearah Hazin. Latina, Jack maupun Minaki. Mereka bertiga adalah orang yang sudah mengetahui keberadaan Varka selain Vondest dan Viole, mereka mengetahuinya saat mendengar penjelasan Hidrus di Volhem. Hidrus khawatir, ketidak tahuan mereka bertiga tentang Varka akan membuat mereka berpikir negatif tentangnya, tentang siapa Varka sebenarnya. "Ouwh... Seharusnya kau bilang, kau tidak usah khawatir Hazin, ada aku disini bersamamu, seharusnya seperti itu." Minaki meledeknya, sontak wajah Latina langsung memerah mendengar ucapan Minaki tadi. "Enak saja kau bicara dasar marmut!!" Latina membentak Minaki. "Aku juga ingin bertanya padamu Latina." Ucap Hazin, Latina yang tadi kesal langsung menoleh dan kembali melihat Hazin. Latina langsung menerimanya, "Apa itu?" ia terlihat penasaran. "Kenapa kau terlihat lemah sekali?" Tanya Hazin dengan ekspresi dinginnya. "Eh?" Latina bingung dengan apa yang dikatakan Hazin tentangnya, Minaki dan Jack terlihat menahan tawa sambil menutup mulut mereka dan terus menatap Latina dengan tatapan meledek. "Apa yang kau maksud orang bodoh?! Aku ini La-Latina kau tahu! Putri tertinggi bangsa manusia! Seenaknya saja kau menganggapku lemah, lihat dirimu sendiri, kau lebih tidak berguna dibandingkan denganku." Latina menyentak Hazin karena ia malu untuk mengakui apa yang dikatakan Hazin tadi ada benarnya. "Hah..? Jabatan konyolmu itu tidak akan membuatmu terlihat kuat dasar putri tidak berguna, aku tahu kau memiliki lebih dari dua senjata Tyrel, orang yang hanya memiliki salah satu senjata itu bisa menjadi sosok yang sangat kuat, kecuali orang itu." Hazin menunjuk Jack sambil meliriknya. "Oi apa kau bilang?!" Jack sedikit kesal. "Untuk mengalahkan Kraken saja kau kewalahan, bahkan kau sampai mengeluarkan dua senjata Tyrel sekaligus. Dan lagi, kau hanya bisa memotong tentakel bodohnya selama pertarungan, Jack baru mengenal pedang Exe, tapi ia sudah dapat melakukan sesuatu yang bagus." Hazin kembali melirik Latina. "Jika kau ingin memujiku katakan saja dengan benar!" Ucap Jack. "Yang dikatakan Hazin benar, aku kaget ketika melihat kau menggunakan dua senjata Tyrel sekaligus, awalnya aku kira akan terjadi sesuatu yang menarik. Ternyata, semua yang terjadi tidak seperti yang kuharapkan." Minaki terlihat sedikit kecewa setelah mengingat pertarungan Latina dengan Kraken. "Em... Ya... Yang pasti semua itu ada sebabnya, dan... Sebabnya itu ka-karena... Karena aku tidak pernah menggunakan senjata Tyrel sebelumnya." Latina memalingkan pandangannya untuk menahan malu. "Eh?" Minaki terkejut. "Dengar dulu penjelasanku!" Latina menyentak Hazin yang hanya terdiam dengan ekspresi dinginnya. "Apa salahku?" Tanya Hazin. "Aku tidak pernah menggunakan senjata Tyrel karena aku jarang sekali bertarung melawan musuh yang cukup kuat! Tapi aku bisa menggunakan Masamune. Dan yang sebenarnya, seluruh senjata Tyrel juga... Tidak menerimaku menjadi tuan mereka. Kecuali Masamune, Eater Spear juga masih sulit." Latina cemberut, suasana hening sesaat. "Huahaha!!! Pantas saja itu terjadi, mana ada orang yang ingin menjadi bawahan orang sadis sepertimu!! Hahaha..." Jack puas menertawai Latina. "Ini perlu dicatat! Peristiwa langka dalam sejarah Tyrel, judulnya adalah, tuan gila!!" Minaki mengeluarkan buku kecil yang entah dari mana asalnya dan mulai menulis dengan cepat. "Hei!! Enak saja! Apa yang telah kulakukan sebelumnya sampai kalian menyebutku sadis dasar aneh!" Latina merebut pensil milik Minaki. "Banyak." Singkat Hazin. "Kau orang menyebalkan!! Dengarnya, Eater Spear masih dapat mendengarkanku! Tidak semua senjata Tyrel tidak menerimaku menjadi tuannya, keluarlah! Eater Spear!" Latina menjulurkan tangannya dan berniat mengeluarkan tombak pemakan miliknya. "Lihat, tidak ada yang mendengarkanmu! Hahaha...!!" Jack masih menertawai Latina. "Dasar senjata tidak berguna! Lihat saja, aku akan membuangmu kemulut gunung berapi jika aku mau! Dan, bisakah kalian berhenti?!" Tak-tak!! Latina menjitak kepala Jack dan Minaki. "Kita harus berhenti bercanda dan kembali ketopik utama kita sebelumnya, itu karena besok kita akan sampai ketempat tujuan kita." Ucap Latina sambil kembali duduk dikursi makannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD