Ironland Kingdom
"Ini... Benar-benar hancur." Evanhell terkejut sambil terus melihat seluruh wilayah kerajaan Ironland dari pusat kerajaan yang telah hancur.
Sudah dua Hari berlalu sejak kerajaan Ironland mengalami kehancuran. Sebagai kerajaan terbesar yang memiliki kedudukan tertinggi di bangsa Fadelta, kerajaan Triton selalu berhubungan dengan seluruh anak kerajaan bangsa Fadelta.
Namun, karena hilang kontak selama dua hari, akhirnya kerajaan Triton mengirim beberapa petingginya untuk memastikan ikatan mereka tidak putus. Tapi, petinggi kerajaan tersebut terkejut dengan kondisi kerajaan Ironland.
Pada akhirnya, raja Vondest sendiri lah yang harus memastikan peristiwa itu sendiri.
BUAKK!!
"Dasar payah! Kenapa aku malah bersantai dikediaman ku disaat salah satu saudara kita berada dalam masalah serius?! Ini semua salahku, aku terlalu bodoh sampai tidak menyadari serangan ini akan terjadi." Vondest memukul puing sisa reruntuhan kastel lalu menyesal.
"Vondest, ini bukan salahmu." Viole berusaha menenangkan Vondest sambil mengelus pundak suaminya.
"Nyonya Viole benar tuan, ini bukanlah kesalahan anda, hancurnya kerajaan Ironland sepenuhnya disebabkan oleh ketidak waspadaan kerajaan ini sendiri, sudah banyak rumor tentang kebangkitan raja iblis yang tersebar."
"Namun, tetap saja mereka tidak waspada. Lagi pula, informan disini pun tidak membirikan kabar sedikitpun pada kerajaan tetangganya sendiri, terlebih mereka juga tidak memberikan sedikitpun berita terserangnya kerajaan ini." Jelas Evanhell.
"Tetap saja itu semua salahku sebagai pemimpin bangsa Fadelta yang tidak pantas disebut pemimpin. Dari awal, aku memang tidak memiliki bakat dan kemampuan untuk memikul beban sebesar ini." Vondest sedikit berjalan dan mengambil sebuah boneka kecil yang kotor didekaknya.
"Sudah dipastikan ini memang perbuatan para iblis." Viole mengambil salah satu mayat bangsa iblis yang tergeletak, mayat itu dibuat melayang oleh semacam teknik yang dimilikinya, Fly Object.
"Maaf mengganggu tuan! Kami telah memeriksa seluruh wilayah kerajaan, tidak ada satupun warga yang selamat, separuh pasukan sudah kembali keibu kota Triton sesuai perintah anda." Ucap prajurit setelah memberi hormat pada Vondest dan Viole, ia adalah bawahan Evanhell.
"Baiklah, jika memang tidak ada yang selamat kau dan pasukan yang masih tersisa disini segeralah kembali keibukota, biar aku yang tangani sisanya." Balas Evanhell.
Seluruh pasukan Triton kembali keibukota, hanya tersisa Vondest, Viole dan Evanhell dikerajaan Ironland, mereka masih terus diam dipuing kastel.
"Hazin! Apa Hazin baik-baik saja?!" Vondest tiba-tiba bertanya setelah melamun.
"Tenang saja suamiku, aku langsung menghubunginya setelah aku mendengar kabar buruk ini. Ia baik-baik saja, katanya besok ia sudah sampai di kerajaan Al-sarem, ia juga dalam keadaan sehat." Jawab Viole.
Vondest menghela napas setelah mendengar bahwa Hazin baik-baik saja. "Aku masih tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka tidak meminta bantuan ataupun memberi kabar saat para iblis menyerang, pasti ada hal lain yang menyebabkan hal ini." Vondest kembali berpikir.
"Saya sendiri berpikir demikian. Terlebih, pasukan iblis yang terlihat disini bukanlah pasukan iblis seperti biasa tuan, saya belum pernah melihat pasukan iblis yang seperti ini."
"Wujud, ukuran, dan juga kemampuan dari setiap pasukan ini jauh berbeda dari pasukan iblis pada umumnya. Dan juga, bagaimana bisa mereka memiliki seekor naga?" Evanhell terus mencari jawaban dari pertanyaan Vondest.
Vondest bergumam, "Naga? Pasukan yang berbeda? Apa yang dilakukan oleh iblis yang kulawan didesa itu bukan satu-satunya iblis yang berencana memakai jasad Fadelta sebagai kelinci percobaan? Bagaimana jika mereka memang telah berhasil menciptakan iblis baru dari jasad bangsa Fadelta?"
Vondest yang tadinya sedikit melamun tiba-tiba memasang wajah penasaran, Viole melirik kearahnya.
"Tidak-tidak! Itu tidak mungkin terjadi, mungkin saja mereka menyerang kerajaan ini dengan pasukan khususnya, tapi... Bagaimana dengan desa Fadelta yang mereka serang sebelumnya? Mereka pasti memiliki tujuan untuk membinasakan desa-desa itu kan? Orang yang Hazin lawan di final turnament juga adalah manusia setengah iblis." Vondest terus berpikir keras.
"Vondest, Vondest!" Viole berusaha untuk memanggilnya.
"Tunggu! Ini semua masuk akal! Mereka memang memakai jasad bangsa Fadelta untuk membuat pasukan iblis yang baru! Tapi bagaimana bisa? Dalam sejarah, tidak ada catatan yang menuliskan iblis bisa memakai jasad mahluk yang sudah mati untuk membuat iblis kan?"
"Ya! Itu hanya pikiran pendekku saja, mereka tidak mungkin bisa melakukan hal itu. Tapi, kembali kepertanyaan awalku, kenapa informan disini tidak mengirimkan apapun?" Vondest masih terus berpikir dan bicara dalam hatinya.
"Hei Vondest!" Viole terus memanggilnya.
"Hem... Itu mungkin mereka tidak sempat karena iblis menyerang dengan kekuatan penuhnya, jika memang itu yang terjadi, akan gawat bagi kerajaan lain jika iblis kembali menyerang dengan cara yang sama. Ya, hanya sedikit pasukan iblis yang mati disini, itu berarti bangsa iblis masih memiliki banyak pasukan yang-..."
"Vondest!!"
Pikiran Vondest tiba-tiba terhenti, itu karena Viole mengguncangkan badannya sambil meneriaki namanya.
"Ah... Ada apa Viole?" Vondest bingung dan bertanya.
"Kenapa kau melamun terus? Kita harus segera kembali dan melakukan sesuatu." Jawab Viole sambil menarik tubuh Vondest yang sedang duduk itu.
"Hehe... Maafkan aku." Vondest sedikit tertawa, ia tidak sempat memberikan apa yang ia pikirkan tadi pada Viole.
Kekuatan musuh yang tidak diketahui, Vondest sebagai raja tertinggi merasa telah ditipu oleh lawan lamanya, bangsa iblis.
Kehancuran kerajaan Ironland menandakan bahwa bangsa iblis telah bergerak, cepat atau lambat. Pada akhirnya, Hazin akan segera bertemu dengan para iblis itu, bertemu dengan enam jendral iblis, Kuroi Akuma.
Di sisi lain.
Al-Sarem Kingdom
Hazin dan teman-temannya tiba di kerajaan Al-Sarem tepat disaat matahari berada diatas kepala mereka, perahu yang mereka naiki berlabuh dipelabuhan yang cukup besar milik kerajaan itu.
"Tuan Hazin, bagaimana dengan perahunya? Apa kami perlu menunggu anda sampai urusan anda selesai?" Tanya Meraju, ia dan para kru kapal mengantarkan Hazin dan temannya turun dari perahu.
"Hem... Mungkin urusan kita disini akan sedikit lebih lama, aku serahkan perahu ini padamu Meraju, entah kau akan apakan perahu ini aku tidak peduli. Dan juga ini, terima kasih atas semua bantuan kalian." Hazin memberikan beberapa keping koin emas pada meraju.
"Tunggu! Apa maksud anda perahu ini anda berikan pada kami?! Benarkah begitu tuan?" Meraju terlihat kaget.
"Memangnya kau tidak menginginkan perahu itu?" Hazin balik bertanya sambil membalikan badannya kearah Meraju.
"Ti-tidak tuan! Terima kasih banyak atas kebaikan hati anda! Saya Meraju akan selalu mengingat kebaikan dari nama anda!" Setelah mendengar balasan Hazin, Meraju langsung bersujud dihadapan Hazin. Tidak hanya Meraju, seluruh kru yang ada ikut senang mendengar hal itu.
"Hazin, apa kau yakin akan memberikan perahu itu? Bagaimana jika kita membutuhkan perahu itu lagi?" Tanya Latina, ia khawatir keputusan Hazin tidak tepat.
"Memangnya kenapa? Setidaknya ada kemungkinan besar kita akan mendapatkan dua batu selanjutnya dibenua ini, itu akan memakan waktu yang lama kan? Aku tidak ingin perahu sebagus ini busuk karena tidak terpakai." Jawab Hazin, Latina tidak mampu menyangkal perkataannya.
"Keluargaku tidak akan kesusahan lagi, mereka akan hidup tanpa makanan busuk dari pembajakan lagi, terima kasih tuan Hazin, aku akan menggunakan perahu ini dengan baik." Ucap Meraju, ia kembali berdiri.
Setelah memberikan perahu besar yang biasa digunakan oleh bangsawan tadi pada Meraju beserta para kru nya, Meraju kembali menaiki perahu dan langsung berlayar menjauhi kerajaan Al-Sarem, Minaki melambaikan tangan kearah Meraju yang perlahan menjauh.
Setelah sedikit perpisahan itu, Hazin dan yang lainnya segera berjalan menuju kastel milik kerajaan Al-Sarem untuk menemukan orang yang bernama Mehmed seperti yang dikatakan Viole.
Tidak dengan pelabukannya, tembok tinggi mengelilingi seluruh bagian kerajaan Al-Sarem, seluruh pintu masuk memiliki penjaganya masing-masing, sebagian besar bangunan kerajaan Al-Sarem terbuat dari tanah liat dan kapur, bahan khas yang selalu digunakan oleh masyarakat yang mendiami daerah gersang. Itu karena, kerajaan Al-Sarem berdekatan dengan gurun yang bernama Syiata, gurun besar yang berada dibenua timur.
Kerajaan Al-Sarem memiliki bentuk dan fondasi yang sangat khas dengan kerajaan jazirah Arab, lengkungan dan bentuk setengah lingkaran yang berada dipuncak sebuah bangunan besar disertai sedikit lapisan emas yang berkilau membuat kastel milik kerajaan itu mencolok.
Tidak seperti kerajaan besar seperti kerajaan Triton dan kerajaan The Down yang berfungsi sebagai pusat militer dan politik kerajaan, Al-Sarem terkenal dan memiliki pengaruh besar di bidang pelabuhannya, itu karena kerajaan Al-Sarem adalah titik perhentian yang akan mempertemukan dua benua dan juga dua samudra.
Bukan hal yang aneh jika banyak masyarakat luar benua yang berkeliaran di wilayah kerajaan Al-Sarem.
Namun, tidak hanya dibiarkan begitu saja. Banyak tentara yang memakai ikat kepala menjaga setiap sudut pelabuhan maupun jalan sempit dikerajaan itu, ikat kepala merah yang dipakai disemua prajurit tadi adalah ciri khas yang digunakan oleh kerajaan Al-Sarem.
Tidak hanya berpatroli, para prajurit juga tidak akan membiarkan satupun orang tanpa izin ataupun keperluan masuk kedalam wilayah ibukota. Siapapun orang itu, mereka harus menunjukan selembaran kertas yang berisikan tentang keperluan mereka, baik itu soal perdagangan maupun politik.
Tentu saja, Hazin yang berniat untuk memasuki wilayah itu harus melewati pemeriksaan oleh para penjaga, ia beserta temannya mengantri didepan sebuah jalan yang lurus mengarah kastel.
"Bagaimana ini Hazin? Kita tidak memiliki apapun yang harus kita tunjukan pada para penjaga itu, mereka tidak akan peduli kita adalah pangeran ataupun putri, mereka tidak akan mengizinkan kita masuk tanpa izin itu." Bisik Minaki.
"Hem... Kau benar, aku tidak menduga penjagaan disini akan seketat ini, kalau begitu." Hazin berniat maju tanpa pikir panjang.
"Hei! Apa yang kau lakukan?! Jangan lakukan hal bodoh." Bisik Latina, ia menarik badan Hazin kembali kedalam antrian.
"Kenapa? Kita kan harus menemui orang yang bernama Mehmed disana, kenapa kita harus mengantri disini? Sudah jelas kita tidak memiliki izin apapun. Jadi, satu-satunya jalan keluar dari masalah ini adalah... Terobos." Hazin kembali berniat maju lagi, namun Latina tetap menahannya.
"Aku suka orang seperti mu Hazin! Kita akan terobos antrian konyol-.." Ucap Jack semangat, ia memiliki niat yang sama dengan Hazin. Namun, Latina ikut menahannya lalu membuat mereka duduk secara paksa.
"Pakailah sedikit otak dangkal kalian dasar orang-orang bodoh! Kita tidak bisa seenaknya disini, ini bukanlah wilayah kekuasaan nenek moyangmu!" Latina menyentak dan memarahi mereka berdua.
"Jelas ini wilayah nenek moyangku." Balas Hazin dengan wajah dinginnya.
"Diam saja kau pangeran aneh!" Latina kembali menyentak.
Tanpa disadari mereka bertiga memancing perhatian para penjaga karena pertikaian itu, Minaki hanya menjauh dari mereka bertiga dan pura-pura tidak mengenalnya sambil bersiul-siul.
"Hei kalian! Apa yang kalian ributkan disini?!" Sentak salah satu penjaga sambil menghampiri Latina, Hazin dan Jack.
"Em... Begini, kami hanya-.."
"Beri hormat pada putri tertinggi Latina The Down..!!!" Penjaga itu menyela ucapan Latina dan langsung memberi hormat, para prajurit lain ikut memberikan hormatnya saat mendengar kata putri Latina. Tidak hanya para prajurit, orang-orang disekitarnya juga memberikan salam pada Latina.
"Eh?" Latina hanya bingung dengan situasi itu.
"Maafkan kami, sebagai prajurit kelas bawah kami hanya dapat menjalani semua perintah atasan kami. Tentu saja, saya tidak bermaksud menyinggung nama besar anda karena berani menghalangi jalan ini." Ucap penjaga tadi sambil terus memberikan hormatnya pada Latina.
"Hehe... Tidak apa, lagipula kalian harus memastikan aku ini tidak melakukan hal yang tidak diinginkan saat masuk kedalam kan?" Latina tersipu karena penjaga itu memujinya.
"Nama yang besar akan kesadisannya." Bisik Hazin dibelakang, Latina hanya menahan emosinya saat mendengar kata yang dibisikan padanya itu.
"Maaf jika saya ingin bertanya terlebih dahulu, apa tujuan anda sampai datang kesini nyonya?" Tanya penjaga itu, ia tidak lagi memberikan hormatnya.
"Ya... Sebenarnya aku tidak memiliki tujuan. Tapi, aku kesini untuk menemani Hazin untuk bertemu dengan raja Al-Sarem." Jawab Latina.
"Maksud anda putra dari raja Vondest Triton?" Penjaga itu kembali bertanya, namun kali ini nada bicaranya sedikit berubah, ia seperti tidak menghargai Hazin sama sekali.
"Memangnya kenapa? Dia memiliki kedudukan yang sama denganku, masuk kedalam kerajaan ini bukan masalah besar. Dan juga, bukankah tidak sopan membiarkan penerus raja tertinggi bangsa Fadelta diam ditempat seperti ini? Be-benar kan?" Latina ragu saat bertanya.
Penjaga tadi menatap Hazin dengan ekspresi merendahkan. "Sebelumnya maafkan aku nyonya, untuk dua teman anda disana memang bukan masalah jika mereka masuk kedalam. Namun orang disana, orang bernama Hazin-.. uhum! Tuan Hazin Triton tidak bisa memasuki Al-Sarem tanpa pemeriksaan terlebih dahulu."
"Kau pikir kau siapa? Sudah kubilang dia adalah penerus-.."
"Tidak apa." Hazin menyela Latina. "Oi! Apa kau sadar akan situasi ini Hazin?!" Bisik Jack dari belakangnya.
"Hei! Kami bukan sekedar teman Latina, aku adalah Minaki Ista, tujuan Hazin saat ini benar-benar penting dan tidak bisa diganggu oleh orang sepertimu." Minaki ikut membela Hazin.
"Saya tidak terlalu peduli dengan nama bangsawan seperti anda. Oh ya, maaf belum memperkenalkan diriku ini nyonya Latina. Namaku adalah Zaheed Pantoar, aku adalah kepala keamanan kerajaan Al-Sarem." Ucap Zaheed memperkenalkan dirinya pada Latina, ia tidak peduli selain pada putri tertinggi bangsa manusia.
"Kenapa ia bisa berpenampilan seperti prajurit biasa? Kupikir ia hanya kepala penjaga jalan ini." Gumam Latina.
"Maaf, tapi saya tidak bisa membiarkan sesuatu yang dapat membahayakan kerajaan Al-Sarem masuk kedalam. Jangan pikir aku tidak tahu, kau membawa sesuatu yang akan membuat kerajaan ini hancur, pangeran Hazin." Secara perlahan Zaheed menggenggam pedang dipinggulnya.
Tep.
"Jangan pikir juga aku akan tinggal diam orang bodoh, ancaman sebenarnya adalah diriku sendiri. Jangan pernah berpikir aku adalah putri baik dan bijaksana, kau hanya menghormatiku karena gelar yang kusandang kan?" Tanya Latina.
"Kau sama sekali tidak menghormatiku. Jika kau benar-benar mencabut pedangmu itu, aku tidak akan segan untuk melukai bahkan untuk orang sepertimu." Dengan wajah serius Latina mengintimidasi Zaheed yang berusaha mencabut pedang dengan aura membunuh nya.
"Jadi, seperti ini putri Latina The Down yang sesungguhnya? Sungguh mengecewakan." Zaheed menggerakan sedikit jarinya dan mencengram gagang pedang dengan erat, penjaga lain dan para penduduk yang berada didekat sana hanya dapat melihat itu terjadi tanpa dapat melakukan apapun.
"Oh ya? Kalau begitu, kau mendapatkan sedikit ilmu dariku."
Latina mengeluarkan pedang Masamune ditangan kanannya.
Suasana semakin tegang setelah Latina mengeluarkan salah satu senjata Tyrel, Jack dan Minaki hanya terdiam saat itu. Hazin hanya memperhatikan Zaheed dan penduduk lain yang terus menatap rendah dirinya.