Babak Final Turnament Gya
"Kita sudah sampai di penghujung dari Turnament Gya, kita sudah berada DI..!! BABAK FINAL TURNAMENT.!!"
Semua orang yang ada di bangku penonton bersorak semangat.
"Jangan memaksakan dirimu nak, jika kau sudah tidak kuat lagi untuk bertarung. Maka sudahi saja pertarunganya, karena ini bukan bertarung sungguhan oke?" Tanya Viole, ia menggenggam tangan Hazin.
"Jika aku menyerah hanya karena ini hanya pertandingan. Maka, aku takan bisa menang jika suatu saat nanti harus bertarung dengan lawan yang kuat ibu, aku akan melakukan apa yang kubisa." Hazin melepaskan tangan ibunya.
"Jika firasat ibu benar, maka jangan tolak bantuan dari ibu kau mengerti?" Viole tersenyum.
"Tentu saja"
Hazin meninggalkan Viole dan masuk ke arena.
"Aku akan membuktikan bahwa aku pantas menjadi anak dari kalian, aku takan mengecewakan kalian, dan. Biarkan aku sekali saja membuat kalian merasa, bangga." Hazin bicara dalam hatinya.
"ITU DIA... HAZIN TRITON...!!!"
"Aku harus memenangkan turnamen ini!"
Viole kembali ke bangku penonton. Namun tidak lama ia duduk, Evanhell datang menghampirinya.
"Maaf nyonya Viole, apakah anda bisa berbicara empat mata sebentar dengan saya?" Evanhell mengajaknya ke belakang bangku bangku penonton.
"Ini mengenai tuan Vondest." Evanhell dan Viole berbicara dengan pelan agar orang-orang tidak mendengar.
"APA?! Energi Vondest menghilang? Tapi bagaimana itu bisa terjadi? Kenapa kalian tidak menemaninya?!" Viole terlihat marah dan mengangkat tubuh Evanhell.
"Saya memang salah nyonya, mohon maafkan. Tapi, tuan Vondest yang sengaja pergi kesana seorang diri, beliau tidak memperbolehkan satupun prajurit mengikutinya." Ucap Evanhell dengan wajah yang terlihat menyesal.
Evanhell terlihat sangat menyesal. Setelah melihatnya seperti itu, Viole segera menurunkan kembali Evanhell keatas tanah.
"Kami akan segera menyusulnya sekarang, tapi untuk berjaga-jaga. Hanya para petinggi lah yang akan pergi menyusulnya, karena jika dugaan kita akan menghilangnya energi Tuan Vondest benar, itu berarti hanya para pengurus kerajaan lah yang dapat mengatasinya." Jelas Evanhell.
"Sekali lagi mohon maafkan saya nyonya, saya hanya tidak ingin membahayakan ratu Triton. Jadi, kami serahkan keamanan ibukota dan kerajaan pada prajurit dibawah komando anda. Saya benar-benar minta maaf, nyonya Viole." Ucap Evanhell sambil menundukan badannya.
"Memangnya kemana para jendral dan petinggi lainnya? Kenapa jika ingin mengirim bantuan harus oleh pasukan elit saja? Apa yang sebenarnya terjadi pada Vondest, Evanhell?!" Viole sedikit menyentaknya.
"Ini untuk meminimalisir korban nyonya, tuan yang memintanya sebelum beliau pergi."
"Jika terjadi sesuatu padaku, jangan kirim pasukan biasa. Itu hanya akan memakan korban yang lebih banyak lagi, aku sedikit malu memintanya tapi. Aku percayakan padamu Evanhell, kirimkan para petinggi saja, jangan libatkan masalah ini pada prajurit pemula, dan juga. Tolong, jangan sampai Viole ikut bersama kalian."
Evanhell teringat ucapan Vondest.
"Tapi tenang saja nyonya, tuan Vondest bukanlah orang yang mudah untuk dikalahkan. Anda lebih tahu soal itu kan? nyonya Viole."
Viole bergumam, "Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah firasat buruk yang kurasakan bukanlah tentang Dough? Benar juga, itu mungkin tentang Vondest. Tapi, aku tidak begitu yakin. Jika ini mengenai Vondest, maka bukan sebuah kemungkinan saja ini bersangkutan dengan Hazin sebagai penerusnya."
"Namun, apakah hanya Dough saja yang menjadi tersangka ku?"
Viole memejamkan matanya.
"Aku tidak bisa asal menangkapnya saja tanpa bukti apapun. Bagaimana jika ada yang lain? Aku sama sekali tidak merasakan keberadaan energi negatif di ibukota. Huf.. Aku... Sama sekali tidak mengerti." Viole melihat ke sekeliling.
"Saya permisi dulu nyonya" Evanhell menundukan badannya dan terbang menjauh.
"Hazin.. ibu akan tetap disini!" Viole kembali ke bangkunya.
"Kenapa mereka terlihat serius?" Gumam Jack setelah melihat pembicaraan mereka berdua tanpa tau apa masalahnya.
"ITU DIA... WART...DOUGH..!!" Teriak sang komentator, Dough sudah mulai memasuki arena pertandingan.
"Selamat siang pangeran, apa kau sudah bersenang senang selama turnamen? Jika aku tidak merasa begitu, karena kalian semua. Lemah." Wajah Dough tersenyum jahat.
"Orang kuat yang sesungguhnya tidak pernah meremehkan semua lawannya, apalagi sampai menganggapnya sebagai orang yang lemah." Balas Hazin dengan wajah dinginnya.
"Ahaha.. kau tidak bisa diajak bercanda ya pangeran Hazin." Tiba tiba ia tertawa gembira.
"Jika di ingat kembali, Dough tidak pernah serius selama pertandingan. Dia selalu tertawa dan terlihat ramah walaupun dengan sadis dia menghajar para lawannya, ya.. apa yang sedang kau sembunyikan kutu batu!" Gumam Hazin.
"Apakah kalian siap..? Siap-siap-SIAP..!! Baiklah! sepertinya kalian sudah SIAP!! Dengan ini, pertarungan final Turnament Gya, DIMULAI..!!"
Para penonton langsung bersorak.
"Aku tidak akan segan untuk menyerangmu pangeran!" Dough dengan cepat menghampiri Hazin.
"Hah?! Cepat sekali!" Hazin kaget dan tidak mampu untuk menghindar.
DUAK..!!
Dough menendang Hazin dengan keras.
"Uhuk-uhuk! Tidak hanya cepat, ternyata tenaga yang dia miliki juga kuat!" Hazin bicara dalam hati sambil bangun kembali.
"Ada apa? Kau tidak mau bertarung sungguh sungguh? Tidak perlu khawatir aku akan meminta ampun padamu Hazin" Dough terlihat masih tidak serius.
"Baiklah."
"Kasan Ki Times Twenty!!"
Energi Hazin meluap.
"Setelah terkena serangan, tuan Hazin bangkit KEMBALI..!!"
"Aku harus mengalahkannya dengan cepat!" Hazin terbang kearah Dough. "Terima kasih telah datang!" Dough tersenyum.
"APA?! Sejak kapan dia-.."
BLAR..!!
Hazin kembali terhempas.
"Tunggu, apa itu tadi? Sebuah aliran energi? Tidak, itu bukan aliran energi ciptaannya, dia sama sekali tidak bergerak. Namun, siapa yang membuat perangkap tadi?" Hazin kembali dan menyerang Dough dengan segala macam pukulan dan tendangan.
"Kau lambat."
BLAR..!!
"Sial..! Kenapa tiba tiba selalu muncul energi itu?" Hazin kali ini berhasil menghindar.
"Tunggu, apa itu. Seperti ada orang disebelahnya, ya! itu yang seharusnya ku incar pertama!" Hazin menggunakan aliran energinya.
Nying.. DAR..!!
"Kali ini pasti sudah lenyap!" Hazin kembali menyerangnya menggunakan teknik bernama Naguru.
"Shadow."
Dough menggunakan tekniknya, dan tiba tiba Hazin seolah dipegang oleh bayangannya sendiri.
"Ah sial.. aku tidak bisa bergerak!" Hazin terus berusaha melangkah.
"Hehe.. tadi kau pasti berusaha menyerang Shadow milikku kan? Maaf, tapi itu tidak mungkin. Apa kau pernah berfikir tentang mendahului bayanganmu sediri?" Dough perlahan menghampirinya dan memukul perut Hazin.
"Cih! Aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti!" Hazin terus berusaha bergerak.
"Itu berarti pikiranmu pendek."
Duak.. duak!!
Dough terus memukul Hazin.
"Hazin, apa yang kau lakukan? Cepat lakukan sesuatu!" Latina terus bergerutu sejak Dough mulai memukul Hazin.
"Shadow, nyonya Latina. Apakah seorang manusia bisa memiliki elemen gelap seperti itu?" Kairo heran. "Hah..? Aku tidak tahu soal seperti itu!" Latina hanya sedikit menoleh.
"Tuan Hazin masih terdiam walaupun lawan terus MEMUKULINYA..!!"
"HA...!!"
"Kasan Ki Times Thirdty..!!"
Hazin berhasil terlepas dari genggaman banyangan.
"Wow.. kau hebat Hazin, selama ini hanya kau yang bisa terlepas dari banyanganku!" Dough balik mengejar Hazin.
"Aku tidak punya pilihan selain secara paksa." gumam Hazin sambil terus menghindari Dough. Kemudian, ia sedikit mengingat ucapan Hidrus.
"Kasan Ki adalah teknik pengalian kekuatan, orang yang memiliki ikatan kontrak dengan mahluk buas seperti Varka bisa menggunakannya."
"Namun, jika kau sampai menggunakannya sampai melebihi batas kemampuan tubuhmu. Maka, efek dari Kasan Ki akan terasa apabila tubuhmu itu tak kuat lagi menahan kekuatan yang kau pinjam."
Walau setelah mengingat hal itu, Hazin tetap tidak menggunakan kekuatan Varka.
"Aku tidak peduli dengan itu!" Hazin menggunakan Vanishing dan muncul dibelakang Dough. Lalu, ia membuka tangannya dan mengumpulkan energi yang cukup besar.
"Naguru!"
BLAR..!!
Dough tidak sempat menghindar.
"Huf.. kena juga dia." setelah menggunakan Naguru dari udara, Hazin kembali kelantai arena dan memasang kuda kudanya lagi. Arena masih berdebu tebal akibat serangan tadi.
"Kenapa dia belum muncul juga? Apa serangan ku tadi meleset?" Hazin terus mengamati saat debu debu tadi mulai menipis, Dan tiba-tiba.
Wush..
Seketika arena kembali bersih.
Kepala Dough terlihat sedikit menunduk sambil menepatkan kedua tangan di depan d**a, tangannya terlihat masih berasap.
"Apa?! Dia menahannya?" Hazin terkejut karena Dough berhasil menahan Naguru.
"Ha.. huahaha..!! Menyebalkan! Kau memang menyebalkan, Hazin!" Dough tertawa lebar. Sedangkan, Hazin terus bersiaga, "Sialan.. apa tubuhnya itu terbuat dari besi?"
"Dough MENAHANNYA..!! Dia dia DIA... Satu satunya orang yang berhasil MENAGAHAN NAGURU..!!"
"Dia... Kuat." Kairo terkejut.
Namun, Latina menyangkal. "Tidak juga, lihat badannya. Saat ini dia sedang berusaha menahan rasa sakit disekujur tubuhnya, Naguru. Aliran energi milik Hazin itu bukan bersifat menghancurkan, namun hanya sekedar menghempaskan lawan."
"Jadi, bila tubuh Dough sampai tercambik cambik seperti itu. Berarti, serangan Hazin tadi telah melewati pertahanan miliknya." Latina mengamati tubuh Dough yang penuh luka.
"Melewati? Tapi bagaimana itu bisa terjadi?" Kairo menoleh kearah Latina.
"Aku tidak begitu paham tentang aliran energi. Namun menurutku, Naguru yang biasanya memiliki daya serang dengan wilayah yang cukup lebar itu sudah Hazin pusatkan dan mengecil, sehingga serangan tadi seperti angin yang sangat kuat. Karena kecepatannya kencang, tangan Dough yang bereaksi dan melihat bahwa ia telah menahannya salah." Jawab Latina.
"Tunggu, apa yang nyonya maksud serangan Naguru tadi bukan lebar, akan tetapi panjang dan terpusatkan?" Tanya Kairo.
"Ya.. bisa dikatakan seperti itu. Tapi, setelah energi Naguru yang asli telah melewati tangan Dough, efek hempasan yang biasanya terasa seperti angin yang menerpa diubah menjadi bentuk Naguru yang memanjang. Jadi, yang dia tahan tadi hanyalah angin biasa sehabis Naguru dikeluarkan." Jelas Latina.
"Tapi kemana perginya Naguru yang asli?" Kairo masih tidak paham. "Sepertinya, badan Dough sendiri telah menyerap energi naguru yang asli." Jawabnya.
Jdash...!
"Hazin..! Kau Fadelta lemah! Berani beraninya kau menyerangku!" Dough masih mengumpulkan energi ditubuhnya.
"Hah.. apa kau bilang? Ini pertandingan, jadi wajar jika aku menyerangmu. Lagi pula licik sekali kau, setelah bertubi-tubi menyerangku lalu berkata seperti itu." wajah Hazin terlihat meledek Dough.
"He.. hehe.. kau.. kau..!" tubuh Dough bergerak aneh.
"Uh.. apa dia tidak memiliki tulang?" Hazin cemberut saat melihat tubuh Dough bergerak tidak karuan.
"Tunggu Hazin! Menjauh darinya!" Viole teriak dari bangkunya.
"Apa?! Menja-.."
"Kau harus mati..!!"
Nying..
BLAR..!!
"Sial.. apa yang dia katakan?" Serangan tadi berhasil Hazin tahan. Namun, ia sedikit terpental diudara.
"Jangan lari kau..!!" Dough mengikutinya sampai diudara. "Ini lebih cepat dari yang tadi!" Hazin terkejut.
DUAK!!
Dough menggunakan tumit kakinya dan memuat Hazin terpulul kebawah.
"UHUAK..!!"
Hazin mengeluarkan cukup banyak darah. Disamping itu, Dough berusaha menyerangnya lagi dari udara.
"TIDAK..!! HAZIN SEKARANG TERGELETAK..!!"
"Ayolah.. bergerak!" Hazin berusaha menghindar dari serangan Dough.
"MATI..!!"
Dough sudah dekat dengan Hazin.
DRUAK..!!
"HAZIN..!!" Viole berteriak lagi.
"Bodoh, jika dia terkena serangan tadi, maka." Jack ikut berkomentar.
Tempat dimana Dough menyerang tadi hancur lebur. Namun, Hazin tidak terlihat disana.
"Kemana kau tikus?!" Dough menengok keatas. Dan ternyata, Hazin berhasil menghindar.
"Tadi itu nyaris sekali! Tapi tidak apa, akan kuhancurkan kau sekarang!" Tangan Hazin disatukan didepan badannya.
"Dai Dageki..!!"
Nying..
ZEAR...!!
"Ha..!!" Hazin terus mempertahankan energinya.
"Agk... Aa...!!"
Arena perlahan hancur berkeping-keping oleh serangan Hazin, terpaan angin terasa sampai keluar arena.
"Uhk.. ini berlebihan Hazin!" Latina menutup wajah dengan kedua lengannya. "Dia tidak bilang memiliki energi sebesar ini!" Kairo juga menahan terpaan angin.
"LUAR BIASA..!! Sebuah serangan yang benar-benar BESAR..!!"
Setelah serangan Hazin berakhir, Barrier yang telah diperbarui telah menahannya. Namun arena telah hancur total. Dan juga, Dough berhasil selamat dari serangan itu.
"Aku.. tidak kuat.. lagi." Hazin terjatuh dari udara.
"Dia berhasil bertahan dari serangan sebesar itu?" Latina terkejut.
"Ya.. kau memang boleh kagum karena ketahanan Dough, tapi lihatlah. Hazin sepertinya telah mencapai batasan yang ia miliki." Kairo melihat Hazin yang sedang terjatuh.
"Dia sudah melebihi batasan yang diberikan Hidrus!!" Jack terlihat begitu terkejut.
"Apa yang kau maksud Jack?!" Viole sedikit menyentak Jack.
"Hazin telah melewati batasan yang diberikan oleh gurunya. Kasan Ki yang dikatakan boleh ia gunakan hanya sampai dua puluh kali lipat saja, sedangkan Hazin tadi sudah menggunakan tiga puluh yang berarti dia telah melebihi batasnya."
"Dan juga, Hazin sudah menguras seluruh tenaganya untuk serangan tadi, yang berarti. sebentar lagi Hazin akan merasakan efek samping dari Kasan Ki." Jelas Jack.
"Apa kau bilang?!" Viole terkejut mendengar penjelasan Jack.
"Tidak, jangan sekarang." Hazin sedikit kehilangan kesadarannya.
Zret zret...
ZRET..!!
Darah keluar dari mulut, hidung, dan kuping Hazin. Ia tidak mampu bergerak karena kesakitan yang luar biasa, keluar petir petir hitam kecil disekitar tubuhnya.