She Is The Cutest Cat Girl After Viole

2297 Words
Peserta yang disebutkan sebelumnya berdiri ditengah arena yang sudah diperbaiki, mereka terdiri dari Hazin Triton, Wart Dough dan Minaki Ista. "Hey pangeran," Hazin menoleh saat Minaki menyebutkan kata pangeran, "kau akan menjadi lawanku berikutnya." Ia sedkit menoleh dan kembali melihat kearah para penonton. MALAM SEBELUM BABAK FINAL Kriet "Ah.. melegakan sekali, akhirnya aku bisa berbaring." setelah merayakan kemenangan seperti biasa, Hazin kembali ke kamarnya. "Minaki Ista, apa maksudnya besok aku dan dia akan bertarung? Apa dia sudah membuat keputusan bahwa ia yang akan memilih aku sebagai lawannya? Tapi jika iya, kenapa dia seperti sudah mengetahui hasil dari pertarunganku tadi?" Hazin terbayang kembali saat Minaki berbicara padanya saat semi final selesai. "Ah, aku tidak peduli tentang kucing cengeng itu. Yang lebih ku khawatirkan saat ini adalah Wart Dough. Ibu memiliki firasat yang buruk tentang dia, aku sama sekali tidak tahu. Tapi, mungkin ini ada kaitannya dengan keputusan Minaki yang memilihku sebagai lawannya di final" Hazin terus berbicara dalam hati. "Apa dia juga memiliki firasat buruk sama dengan ibu? Karna salah satu keahlian khusus manusia kucing adalah bisa merasakan kehadiran energi negatif kan? Ibu juga berbicara tentang energi." Ia terus berfikir. "Ibu punya firasat yang buruk tentang peserta itu, dia memiliki energi yang aneh." Hazin kembali mengingat ucapan ibunya. "Energi yang aneh.. Soul tracking ku menunjukan bahwa dia biasa saja, dia memiliki aura energi seperti kebanyakan orang. Energi aneh-.." "Hazin!" Viole tiba tiba masuk ke kamar Hazin. "Ibu?! Ketuk dulu sebelum masuk kamar orang!" Hazin sedikit kaget. "Tapi kau kan anak ku, jadi ibu tidak usah mengetuk sebelum masuk ke kamarmu" Viole tersenyum lebar. "Emm.. kenapa ibu tersenyum?" Hazin selalu curiga ketika ibunya senyum padanya. "Tidak ada apa-apa Hazin." Viole terus tersenyum sambil menatapi Hazin. "Selama aku menjadi anak ibu, aku selalu tahu jika ibu menyembunyikan sesuatu." Hazin berkata dingin. "Ah.. begitu ya? Baiklah, ibu akan langsung mengatakannya." "Latina mengucapkan selamat untukmu karena kau telah masuk ke babak final Hazin" Viole terlihat gembira. "Hah.. ibu terlihat senang karena ucapan putri tidak berguna itu?" "Tentu saja anakku, kau tahu? Itu berarti dia su-ka, padamu!" Viole sedikit berbisik saat mengucapkan kata suka. "Apa? Bagaimana bisa begitu? Dia mengatakan itu hanya karena ia ingin mengucapkan selamat, itu saja ibu." "Haduh.. ibu salah karena tidak membiarkanmu dekat dengan wanita, kau tahu? Latina itu tidak pernah mengatakan hal semacam itu pada siapapun dan juga. Ibu sangat tahu tentang hal semacam itu Hazin." Viole masih tersenyum lebar. "Aku tidak mengerti apa yang ibu maksud dengan hal semacam itu." "Sudah.. pokoknya, kau harus memberikan kesan yang baik jika bertemu lagi dengannya oke? Kau harus tidur sekarang, kau tidak boleh tampil lesu besok, selamat malam anakku!" Setelah mengobrol sebentar, Viole pergi meninggalkan kamar. "Ada apa dengan putri itu?" Hari Final Turnament Gya Clak.. clak Hari terakhir turnamen ditemani rintik hujan. "Selamat datang dihari yang spesial ini pemirsa, kenapa spesial? Itu karena hari ini adalah hari final Turnament Gya!!" Seperti biasanya, bangku penonton terisi penuh oleh para pengunjung meskipun hari itu langit terlihat gelap. "Emm.. Hazin, kau harus menang. Aku tidak ingin si Ista itu mengalahkan mu." ucap Latina malu malu. "Ekhem! Ada putri yang sedang menyemangati pangeran sebelum bertarung." Suara Kairo terdengar dari belakang Latina. "Apa kau bilang?! Diam saja sana cacing tanah!" Latina mendorong Kairo menjauh. "Oh.. jadi seperti itu." Wajah Hazin terlihat biasa saja. "Yow Hazin! Kau terlihat ragu tapi bisa menjadi finalis turnament ini, tak bisa dipercaya!" Jack dan Viole datang menyapa Hazin. "Apa yang tadi Latina katakan Hazin?" Wajah Viole terlihat seperti sedang meledeknya. "Tidak ada, dia hanya mendorong Kairo dan pergi" balasnya. "Andai saja ayahmu ada disini, pasti dia juga ikut senang!" Wajah Viole berbinar-binar. "Aku tidak melakukan sesuatu ibu!" Sentak Hazin. Lalu, Ia mengingat wajah ayahnya. "Ayah... Ya.. andai saja kau melihat hasil dari latihan kita." Tet.. te-tet..!! Suara terompet mengiringi para finalis turnamen masuk kedalam arena. "Dan itulah para.. FINALIS KITA!!" "Aku akan membiarkan mereka untuk memilih lawannya sendiri sesuai keinginan MEREKA!" "Sekarang aku akan melihat apakah ucapannya kemarin itu benar." Hazin bergumam sambil melirik kearah Minaki. "Aku ingin bertarung dengan putra mahkota!" Dengan jelas Minaki berkata kepada komentator. "Apa?! Si salan dia benar benar melakukannya!" Hazin terkejut. "WOW.. KEPUTUSAN YANG CEPAT..!! Bagaimana tuan Hazin? Apakah anda menerima tantangan tersebut?" Tanya sang komentator. "Aku menerimanya." "Suatu keputusan yang CEPAT PULA..!! Bagaimana dengan anda Wart Dough, apakah anda setuju dengan permintaan Minaki?" Komentator kembali bertanya. "Haha..!! aku sangat setuju! Dengan begitu, aku akan bertarung dengan peserta terkuat disini haha..!" Dough terlihat menerima keputusan itu sepenuh hati. "Sialan juga si Dough itu! Aku sebenarnya tidak ingin bertarung dengan si kucing cengeng!" Setelah mengambil keputusan peserta tadi, para finalis kembali keruang tunggunya masing-masing. "Hazin, apa kau benar ingin melawan Minaki?" Tanya Viole. "Walaupun aku menolaknya saat ini, aku akan tetap bertarung dengan nya di babak final yang sesungguhnya kan?" Jelas Hazin. "Itu ada benarnya juga, tapi berarti Dough akan memiliki energi penuhnya saat bertarung dengan mu." Viole melirik kearah Dough duduk. "Ya.. memang itu keinginanku." Setelah berpikir panjang, Hazin akhirnya berkeputusan untuk melawan Dough di akhir turnamen. Karena ia ingin tahu kebenaran dibalik kecurigaan ibunya. Disamping itu ia juga tidak ingin menolak permintaan Minaki karena itu juga permintaan putri Latina saat pesta malam kemarin. "Aku harus menang, ya.. aku akan menjadi pemenang dari turnamen Gya kali ini!" Para penonton bersorak saat Minaki dan Hazin masuk kedalam arena. "Baiklah!! Para peserta telah memasuki arena. Tapi, sebelum itu aku akan memberitahukan satu hal, dibabak sebelumnya Barrier yang melindungi kita kurang mampu menahan dampak dari pertarungan. Namun tuan Artegius telah memperkuatnya! Kita tidak perlu merasa khawatir lagi!" "Langsung saja, pertarungan DIMULAI.!!" "Kau cukup percaya diri tuan Hazin! Aku kira kau akan menolak permintaanku tadi." Ucap Minaki. "Bukankah seharusnya aku yang berkata seperti itu?" Hazin mulai memasang kuda kudanya. "Benar juga! Kau kan putranya raja terkuat, Vondest Triton." TATATAK..!! Minaki mulai melancarkan serangannya, Hazin yang sudah bersiaga itu dengan mudah menghindarinya. "Hah.. aku bosan dengan bongkahan-bongkahan tajam seperti ini, apakah kau tak memiliki teknik lain yang kau bisa gunakan?" Hazin kembali memasang kuda kuda setelah ia menghindar. "Aku memiliki lebih dari seratus cara untuk mengalahkanmu pangeran!" Jesh.. sesh.. Arena kembali diselimuti asap beracun. "Hah? Asap ini lagi? Ini yang kau bilang seratus cara?" Hazin mengejeknya. "Kau lihat saja sendiri!" Suara Minaki menyebar. "Aku telah bosan karena hampir seluruh pertarungan selalu diselimuti asap" Hazin melacak keberadaan Minaki menggunakan teknik Soul Tracking sambil terus menahan napas. "Kena kau!" Hazin menemukan Minaki dan langsung terbang kearahnya. "Breath Of Fire!" "Apa?!" BLAR..!! Sebuah ledakan besar terjadi, Hazin dapat bertahan berkat teknik Kasan Ki yang memperkuat pertahanannya. "Ingin mencoba yang lain tuan?" Minaki keluar dari benda hitam yang menyelimutinya. "Jadi seperti itu." "Kau telat menyadarinya pangeran, asap tadi bukanlah asap beracun. Namun, itu adalah gas mudah terbakar ciptaanku. Kau tidak bisa menghindarinya jika asap itu tersebar keseluruh arena kan?" "Infinite Darkness!" Tiba tiba penglihatan Hazin menjadi gelap gulita, ia juga tidak dapat menggerakan tubuhnya. "Sial.. aku tidak bisa melihat apapun! Badanku juga.. tidak bisa bergerak!" Hazin berada dikegelapan total, ia hanya dapat melihat tubuhnya sendiri. "APA YANG TER.. JA.. DI.!! Hazin terdiam seolah TERHIPNOTIS!!" "Apa yang coba si bodoh itu lakukan? Kenapa dia tidak bergerak?!" Jack heran melihat Hazin yang hanya terdiam walaupun Minaki mendekatinya. "Infinite Darkness. Itu teknik yang berbahaya, sebuah teknik yang menghentikan semua indra dan saraf musuh penggunanya." Jelas Viole. "Jadi Hazin saat ini sedang lumpuh?!" Tanya Jack terkejut. "Benar." "Ahk.. benar-benar merepotkan! Bagaimana caraku untuk bergerak?" Hazin terus berusaha untul bergerak. Tuk.. tak "Kenapa pangeran? Apa kau tidak bisa bergerak?" Hazin melihat Minaki datang didepannya. "Tidak bisa bicara? Tentu saja, kau sama sekali tidak bisa melakukan apapun sebelum efek dari teknik ini habis. Tapi sebelum itu, biarkan aku memberimu sesuatu yang akan membuatmu lebih baik" "Yami No Kodo." Uhuk..! Tiba tiba tubuh Hazin merasakan sakit yang luar biasa. "Baiklah sepertinya kau dapat bergerak lagi." Kegelapan yang tadi dirasakan Hazin mengilang dan ia dapat kembali bergerak. "APA YANG TERJADI PADA TUAN HAZIN!!" "Uhuk.. uhuk!" "apa tadi barusan?!" Hazin mengeluarkan darah dari mulutnya. Dengan santainya, Minaki mulai melangkah, "Apakah itu sakit tuan? Menurutku tidak." Minaki sedikit menjauh darinya. "Kenapa dia selalu menggunakan teknik berbahaya dari jarak jauh? Apakah ucapan dia tentang dia takan terkena tekniknya sendiri itu bohong?" Hazin bergumam sambil membersihkan mulutnya yang penuh darah. "HAZIN!! apa kau baik baik saja?! Darahmu keluar cukup banyak! Sudah, hentikan saja pertarungannya!" Viole teriak mengkhawatirkan anaknya. "Aku baik baik saja ibu, hal seperti itu tidak ada apa-ap-.. uhuk!" Hazin kembali mengeluarkan darah. "Sudah cukup Hazin!!" Viole kembali berteriak. "Sial.. kenapa rasa sakit ini tak kunjung hilang?" "Hazin dalam bahaya, dia akan kehilangan kesadarannya jika mengeluarkan banyak darah." Latina juga terlihat cemas melihat keadaan Hazin. "Si Minaki itu.. berbahanya ya nyonya, selama ini dia tidak bertarung secara sungguh sungguh. Namun, karena lawannya sekarang adalah tuan Hazin, dia terlihat menjadi lebih serius dari sebelumnya." Jelas Kairo. "Benar, itu membuatku penasaran" "Sebaiknya kau menyerah saja tuan Hazin, karena jika kau tidak melakukannya, maka aku akan terus membuatmu merasakan hal yang sama sampai kau tak sanggup lagi untuk melanjutkan pertarungan ini." Minaki kembali menggunakan Infinite Darkness. "Teknik ini lagi hah? Aku harus belajar dari yang sebelumnya, teknik ini pasti mempunyai kelemahan!" Hazin memfokuskan energinya untuk menggerakan sedik jari jari tangannya. "Itu terlalu lama!" Suara Varka terdengar di pikiran Hazin, Waktu seakan terhentikan setiap kali suara Varka muncul. "Kau? Kau bisa melihat apa yang kulihat sekarang kan?" Tanya Hazin. "Tentu saja! Rasa sakit yang kau rasakan itu bukan hanya sekedar teknik biasa, itu lebih ke kutukan daripada teknik. Kau takan bisa mematahkannya hanya dengan kekuatanmu saat ini" jelas Varka. "Bagaimana dengan Kasan Ki? Aku bisa melakukan pengalian kakuatan lebih besar dari yang sebelumnya" "Tidak bisa!" Varka menyangkalnya. "Apa?!" "Jika kau gunakan Kasan Ki lebih dari dua puluh kali lipat, tubuhmu takan bisa menahan efeknya. Biarkan aku membantumu." Ucap Varka di kuping Hazin. "Tumben." "Kau pikir siapa yang telah membantumu melawan Fadelta bodoh waktu itu hah?" Varka menyentak Hazin. "Aku." Hazin berkata singkat. "Diam dan lihat saja!" "Lagi lagi kau disini tuan Hazin ya g tampan, malangnya nasibmu karena harus jatuh ke kubang yang sama." Minaki berniat untuk menggunakan Yami No Kodo lagi. "Terkadang kau harus jatuh dan berusaha untuk menaiki lubang itu, karna terjatuh akan membuatmu mendapatkan pengalaman sesungguhnya." Hazin dapat berbicara walaupun masih berada didalam kegelapan. "Apa?! Kau bisa bicara?" Minaki yang mendengar Hazin dapat berkata seperti itu terkejut. "Kenapa? Kau kaget? Kau kaget karena trik murahan seperti itu tidak lagi berpengaruh padaku? Hah.. jangan sombong, ini sangat mudah untuk diatasi." Hazin menjentikkan jarinya. "Hikari Yasei!" Nying.. Seketika cahaya putih terang mengalahkan gelap yang menyelimuti Hazin. "Tidak seperti SEBELUMNYA!! Hazin yang terhipnotis dapat kembali sadar sebelum mengeluarkan DARAH..!!" "Kenapa dia bisa sadar?!" Minaki loncat menjauhi Hazin. "Aku tidak ingin membuang energiku lebih banyak lagi" Hazin membuka tangan kanannya. Minaki yang menjauh tadi langsung berusaha menghindar, "Tidak!.. dia berusaha menyerangku! Aku tidak bisa menghidarinya di udara!" "Naguru." "Tidak!! Aa....!!" BLAR..!! Duak..!! Minaki menerima penuh gelombang energi milik Hazin, dia terkapar hampir di batas arena. "WOW.. ITU DIA NAGURU!! MINAKI TERLIHAT WOW... TIDAK BERDAYA!!" "Kenapa? Apa itu sakit?" Hazin menghampiri Minaki. "Uhuk-uhuk! Kau benar benar tega pada gadis kucing cantik seperti ku...?" "Tiza." Minaki berbisik diakhir kata. "Hah?" Hazin terlihat heran. "Wah.. gadis itu imut sekali!" Latina terkena teknik penggoda milik Minaki. "Hey.. jangan sakiti gadis itu pecundang!" Jack juga terlihat terpengaruh. "Imut sekali.." "Jangan sakiti dia!" Semua penonton terpengaruh. "Hah? Teknik itu berdampak sampai keluar arena? Bukankah Barriernya sudah diperkuat? Atau ini karena teknik yang ia gunakan begitu kuat? Tapi, kenapa aku tidak terpengaruh?" Hazin melihat sekeliling arena. "Ayolah tuan, badanku sakit, maukah kau menolong ku?" Mata Minaki terlihat berbinar-binar untuk terus menggoda Hazin. "Diam kau kucing cengeng!" Duk..! Hazin menginjak ekor Minaki. "A-pa?! Hentikan!! Uhuek! Hent-.. ua..!" Wajah Minaki berubah dari yang tadinya imut menjadi konyol karena menahan injakan Hazin. "Apa? Aku tidak mendengar perkataanmu!" Hazin berhenti sejenak. "Kenapa kau tidak terpengaruh? Aku kan imut-.." Minaki kembali menggunakan teknik penggodanya. "Hah..? Kau tidak terlihat imut, wajahmu itu terlihat konyol tahu?" Hazin kembali menginjaknya dengan wajah dingin. "Ti-.. dak! Aku... Aa...! Menyerah!" Minaki terus di injak. "Baiklah, aku pemenangnya." Hazin langsung berhenti, Seluruh penonton juga kembali normal. "Hah? Apa yang barusan terjadi?" Jack kebingungan. "Tidak! Hazin, apa yang kau lakukan?!" Viole terlihat malu malu. "Hah?!" Latina melirik kearah Hazin dan Minaki dimana Minaki tergeletak dibawah dengan baju yang tidak rapih. Selain itu, Hazin tidak sengaja diam sejenak di depan wajah Minaki saat ibunya terdengar berbicara. "H-hei otak m***m! Apa yang kau lakukan!" Latina menggulung kemeja lengan panjangnya dan berusaha masuk arena. "Tenang nyonya! Jangan seperti itu!" Kairo manahannya. "Otak m***m?" Hazin yang tadinya berusaha menyeret Minaki, tidak terjadi dan malah menendangnya. Minaki menggelinding ketengah arena. "Ohoho.. itu perlakuan keras setelah tuan Hazin melakukan-.." "Diam kau burung kicau! Aku tadi berhasil mengalahkannya! Kau akan dengar sendiri!" Hazin menghampiri Minaki, "Cepat katakan kalau kau sudah menyerah, ayo!" Hazin mengancam Minaki dengan cara berisiap-siap menginjak ekorya. "Baiklah-baik! Aku menyerah!" "WOW... TIDAK DAPAT DIPERCAYA..!! Minaki yang terkapar tak berdaya telah ME-NYE-RAH..!!" "Kau dengar sendiri kan?" Hazin melirik ke arah komentator. "Kenapa kau harus menginjak ekorku lagi? Aku akan mengatakannya walaupun kau tidak menginjakku!" Minaki mulai bangun. "Mana mungkin aku percaya padamu. Lagi pula, aku tidak menginjak nya." Hazin meliriknya lagi. "Sebenarnya aku tidak peduli dengan turnament ini maupun hadiahnya, aku hanya ingin membuat Latina merasa kesal saat melihatku menang. Tapi, siapa sangka aku telah melihatnya sebelum turnamen berakhir." Minaki melihat kearah Latina yang sedang marah itu. Latina terus berusaha masuk sambil bergerutu. "Mm.. jadi seperti itu, akupun sama tidak tertarik. Aku hanya mengikuti turnamen ini karena ayah yang menyuruhku. Namun, aku merasa bersemangat melakukan ini karena aku telah mendapatkan apa yang aku tidak bisa dapatkan sebelum aku ikut turnamen." Ucap Hazin, ia melihat kearah para penonton. "Ya.. aku melakukan ini atas kemauanku sendiri, hadiah bukanlah tujuanku." Hazin teringat wajah ayahnya. "Peserta yang menang ADALAH...!! HAZIN TRITON..!!" Semua orang bersorak untuk Hazin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD