Setelah menggunakan Teleportasi untuk menemui Hidrus. Hazin terkejut melihat sekitarnya, jurang dan akar akar berukuran raksasa terlihat di sekelilingnya, ia juga tidak melihat awan sedikitpun. Sedangkan, langitnya berwarna unggu bercampur hitam yang menambah lingkungan itu lebih aneh lagi.
Ia tidak merasakan kehidupan selain kehadiran Hidrus.
"Lama tidak jumpa, Hazin!"
Terdengar suara Hidrus dari belakang.
"Oh, ternyata kau memang ada disini." Hazin membalikan badannya dan melihat Hidrus sedang berjalan mendekatinya. "Aku tidak bisa menolak keinginan Varka, tapi. Ya.. seperti ku bilang, aku akan menemuimu saat kau sudah siap." Hidrus diam disamping Hazin.
"Hah? Sepertinya itu terbalik dari kenyataan." Hazin kembali melihat kearah jurang yang menjadi dasar dari akar raksasa terdekat.
"Aku tahu keadaan bumi sekarang memiliki sedikit masalah. Namun, tidak lama sebelum kau kesini aku merasakan kehadiran energi Ancient Beast yang hampir terlepas." Hidrus melirik.
"Aku.. sedikit terbawa emosi saat itu."
"Haduh, aku sudah cerita kan? Jika orang yang salah sampai tahu keberadaan Varka. Maka, itu akan menjadi masalah yang berat untukmu. Tidak hanya itu, semua orang juga akan terkena akibatnya." Hidrus kembali melihat kearah akar raksasa.
"Bisakah kau tidak membicarakan hal itu? Aku memiliki pertanyaan yang harus kau jawab." Hazin duduk dengan satu kaki yang melambai disisi jurang.
"Bertanya? Soal apa itu Hazin?" Hidrus tidak tahu apa yang akan Hazin tanyakan padanya.
"Apa benar disini bukan lagi bumi? Apa yang menyebabkan langitnya terlihat tidak normal? Bagaimana kau bisa hidup seorang diri disini? Dan yang terakhir, kenapa tubuhku terasa begitu berat sejak sampai disini??" Hazin sedikit menaikan nada bicara diakhir ucapannya.
"Anak muda, kau memang harus memiliki banyak pertanyaan agar tidak sesat dijalan benar kan?" Hidrus belum menjawabnya. Hazin yang ada di depan nya terlihat tidak sabar untuk menunggu jawaban Hidrus, "Kenapa kau tidak langsung jawab saja?"
"Baik-baik."
"Ini memang bukan bumi, para manusia dan sejenisnya mengenal tempat ini dengan nama Volhem. Planet suci terdekat dari pusat alam semesta yang memiliki ukuran sedikit lebih kecil dari bumi."
"Disini tidak ada yang namanya awan atau lapisan ozon yang ada di bumi. Jadi, tentu saja langitnya akan jauh berbeda. Gravitasi disini memiliki kekuatan tiga kali lipat dari gravitasi bumi, jadi wajar jika kau akan merasa berat jika tinggal disini." Jawab Hidrus.
"Hey, kau melewatkan satu pertanyaanku tentang kenapa kau bisa tinggal disini seorang diri." Hidrus terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Em.. sepertinya aku tidak bisa berbohong. Jadi, baiklah, aku ini bukan manusia, aku adalah-.." Hidrus berdiri. Lalu, ia melanjutkan kalimatnya, "Malaikat."
"Hah?!"
Hazin diam terkejut dengan kata malaikat yang Hidrus ucapkan tadi. Lalu secara perlahan, Hazin menghampiri Hidrus,
"Oi, jangan terlalu banyak berhanyal nak." ia mengusap kepala Hidrus.
"Hei! Aku sedang tidak berhayal" Hidrus melepaskan tangan Hazin dari kepalanya.
"Tapi kau memiliki tubuh pendek yang sama dengan anak kecil. Dan juga, malaikat yang tergambar oleh banyak orang adalah sosok tampan dengan wibawa yang tinggi, sedangkan kau? Em..." Hazin mengamati tubuh Hidrus dengan seksama.
"Tidak selalu seperti itu! Kau lihat, lihat janggutku ini. Tidak ada anak kecil yang memiliki janggut putih seperti kakek-kakek!" Hidrus menjulurkan janggutnya yang sedikit panjang.
"Mungkin ini palsu." Hazin menarik janggut Hidrus dengan wajah dinginnya.
"Hentikan..!! Sudah kubilang ini janggut asliku!"
"Oh, ternyata kau benar!" Hazin melepaskan janggut Hidrus.
"Kenapa kita jadi membahas anak kecil Hazin? Aku membiarkan kau datang kesini untuk melatihmu" Hidrus merapikan bajunya. "Hah? Berlatih? Siapa yang bilang aku kesini untuk berlatih?" Hazin pura-pura.
"Terserah kau, aku memilih tempat tinggalku ini karena disini memiliki kekuatan gravitasi yang lebih kuat di bandingkan bumi. Jadi, akan lebih baik berlatih disini untuk meningkatkan kekuatanmu." Jelas Hidrus sambil perlahan berjalan kesuatu kuil.
"Tapi, aku tidak bisa melakukan itu. Besok pagi aku dan keluargaku akan pergi ke kerajaan The Down, kerajaan manusia terbesar dan terkuat dibumi." Hazin berjalan mengikuti Hidrus.
"Tenang saja Hazin, aku sudah tahu itu!"
"Bohong." Hazin berbisik. "Diam! Huf huf..! aku harus melatih kesabaranku nanti." Hidrus berhenti sejenak untuk mengambil napas.
"Waktu disini itu berbeda dengan di bumi, jika kau berada disini selama satu hari. Maka, di bumi kau akan menghabiskan waktu dua jam saja, jadi kau tidak usah khawatir untuk berlama-lama disini." Hidrus kembali berjalan.
"Memangnya kau mau melatihku tentang apa?" Tanya Hazin. "Pengendalian energi." Hidrus langsung menjawab.
"Apa hubungan latihan ini dengan gravitasi yang dari tadi dia bicarakan?" Bisik Hazin.
"Aku masih mendengarnya! Kau akan tahu setelah melakukannya, jadi kau diam dan lakukan apa yang aku perintahkan!" Hidrus menunjuk Hazin.
"Malaikat? Apa benar selama ini Hidrus adalah malaikat? Bagaimana aku bisa mengenal seorang malaikat?" Hazin bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.
"Tunggu dulu, bagaimana cara kau agar bisa meyakinkanku bahwa kau benar benar malaikat?" Hazin masih tidak dapat mempercayai kenyataan bahwa Hidrus adalah malaikat.
"Aku harus memastikannya, bagaimana jika kau sedang merencanakan sesuatu padaku?" Tanya Hazin.
"Meyakinkanmu ya? Hem... Mungkin waktu yang akan menjawab itu. Karena, aku sendiri tidak dapat melakukan sesuatu yang akan membuatmu percaya bahwa aku ini seorang malaikat." Hidrus terus melanjutkan langkahnya.
"Malaikat memiliki tugasnya masing masing. Yang berarti, di seluruh alam semesta ini bukan hanya aku yang menjadi malaikat. Aku bisa menghindari seluruh seranganmu saat latihan dibumi dikarenakan badanku terasa ringan disana."
"Jangankan bertarung, untuk berlari saja badanku sudah tidak kuat." Hidrus sesaat melirik kearah Hazin yang ada di belakangnya.
"Sudah kuduga, kalau begitu. Untuk apa aku berlatih? Jika kau sudah tidak kuat untuk melakukan hal sepele, bagaimana caramu melatihku? Itu semua akan sia sia." Hazin melihat sekelilingnya.
"Sudah kubilang sejak awal kan? Aku tidak akan melatihmu sama seperti sebelumnya, aku akan mengajarimu cara mengendalikan energi dengan benar. Karena, kekuatan fisik tidak akan menjamin seseorang untuk menjadi kuat." Balas Hidrus.
"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?" Hazin tampak ingin tahu.
"Lihat ayahmu, ia memiliki ukuran tubuh yang bisa dibilang biasa saja. Namun, ia memiliki kekuatan yang dapat mengguncang dunia. itu tidak sebanding dengan Fadelta lain yang memiliki tubuh kekar penuh otot kan? Kau bisa menjelaskan itu Hazin?"
Hazin hanya terdiam tidak tahu.
"Itu karena ayahmu dengan sendirinya dapat mengubah energi dalam tubuhnya dan menjadikan energi tersebut sebagai kekuatan yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan otot tubuhnya sendiri, kalian menyebutnya Ikari Yasei kan? Sebuah perwujudan energi yang hanya dapat dimiliki oleh seorang Fadelta."
"Kau juga memperoleh perubahan wujud itu saat kau merasa ingin meluapkan semua energimu pada seseorang kan? Itu dapat kau lakukan secara tidak sengaja benar? itu semua sama seperti kau menggunakan teknik Kasan Ki, kau dapat memperoleh kekuatan yang tiada banding jika kau dapat dengan benar menguasai energi yang kau miliki."
"Namun, energi setiap orang itu berbeda. Mari ku contohkan, Jack. Ia memiliki energi yang menyerupai api, maka dari itu dia menyadarinya dan selalu menggunakan teknik ataupun aliran energi yang berupa api."
"Itu benar kan? Apa semua yang aku sampaikan tadi bisa membuatmu percaya bahwa aku ini seorang malaikat?" Tidak terasa mereka sudah sampai di depan sebuah kuil yang sangat indah.
"Entahlah, seperti yang kau katakan. Jadi, saat ini aku masih belum bisa sepenuhnya mempercayaimu."
Hazin masih tidak yakin akan kebenaran Hidrus yang merupakan seorang malaikat, itu dikarenakan Hazin selalu waspada setelah manusia setengah iblis berhasil mengelabui dan masuk kedalam kerajaan tanpa di ketahui olehnya.
"Kau benar Hazin, mulai saat ini. Tempat ini akan menjadi lahan latihanmu selama, tujuh hari kedepan!"
Kuil merah itu dikelilingi oleh kolam yang indah, tidak hanya kuilnya saja. Wilayah sekitarnya terpapar padang rumput hijau nan luas yang menambah suasana menjadi lebih tenang, tidak seperti pertama kali Hazin datang ketempat itu. Namun, tetap saja, akar-akar raksasa masih terlihat di sekelilingnya.
"Huf.. malas sekali aku berlatih walau ditempat seindah ini." Gumam Hazin sambil melihat sekelilingnya.
Bumi, Kerajaan Triton
"Kemana perginya Hazin? Apa dia mencoba melarikan diri karena besok keluarganya akan pergi ke kampung halamanku." Latina melamun di taman kastel sambil melihat bulan dilangit malam yang terlihat cerah.
"Si bodoh itu memang suka pergi sendiri, kau tidak usah mengkhawatirkannya." Jack tidak sengaja mendengar ucapan Latina tadi.
"Apa?! Tidak! Aku sama sekali tidak memikirkan orang itu. Lagi pula, Kenapa kau berani memanggilnya si bodoh? Kau kan pengawal pribadinya." Sentak Latina malu-malu.
"Hah? Aku tadi mendengarmu dengan jelas, soal kenapa aku memanggilnya si bodoh, itu karena dia memang orang bodoh, itu saja." Jack perlahan meninggalkan taman.
"Jika Kairo sampai berani memanggilku seperti itu, pasti sudah sejak lama aku menendang wajahnya, hemp!" Latina menengok kearah yang berlawanan dengan Jack.
"Itu lah maksudku, dia terlalu baik pada orang yang bahkan mengejeknya." Jack mulai terbang menjauh.
"Terlalu baik?" Latina kembali melamun. Setelah mendengar perkataan Jack tadi, ia kembali berpikir tentang Hazin di kepalanya.
Nging..
CKIT...!!
"Huf.. ternyata memang berhasil."
Hazin telah kembali dari latihannya selama tujuh hari ditempat Hidrus yang bernama Volhem, keerajaan Triton masih terlihat malam.
Hazin kembali tepat di kamarnya, ia langsung keluar dan memastikan bahwa ini masih hari yang sama sebelum keberangkatan keluarga Triton ke kerajaan The Down.
"Darimana saja kau Hazin? Ibu sangat mengkhawatirkanmu." Viole bertemu dengan Hazin tidak jauh dari pintu kamarnya. Hazin tampak bingung akan menjawab apa, "Aku hanya berbaring di kamarku sejak pagi." ia belum ingin ibunya tahu bahwa ia sudah pergi menemui Hidrus.
"Tapi sore tadi ibu tidak melihatmu di kamar." Viole merasa aneh. lalu, ia perlahan menghampiri putranya,
"Hazin, jika kau benar-benar tidak ingin ikut ke ibukota The Down, ibu tidak akan memaksamu nak." Viole mengusap rambut Hazin.
"Aku tidak memiliki alasan untuk tidak ikut kesana. lagipula, ini menyangkut tentang kemunculan iblis di kerajaan kita kan? Jadi, aku takan menolaknya." Hazin melepaskan tangan Viole di kepalanya.
"Syukurlah jika begitu, ibu kira kau marah karena ayah bilang kau harus ikut kesana." Viole merasa tenang setelah mendengar penjelasan Hazin.
"Hem... Jadi memang benar ini masih dihari yang sama saat aku pergi ketempat menyebalkan itu? Itu berarti, Hidrus benar seorang malaikat?" Hazin bergumam dalam hatinya.
"Ibu akan tidur duluan ya Hazin, kau juga lebih baik tidur sekarang. Besok kita akan berangkat pagi-pagi." Viole melambaikan tangannya sambil berjalan.
"Dia memang seorang malaikat." Suara Varka terdengar di kuping Hazin. "Hah? Bagaimana kau bisa yakin soal itu?" Tanya Hazin sambil kembali masuk kekamarnya.
"Kau tidak perlu tahu! Yang penting, kau harus mempercayainya, dia tidak mungkin berani melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu." Jelas Varka dengan suara beratnya.
"Kenapa juga aku harus mempercayai serigala aneh sepertimu?"
"Diam! Aku tidak ingin berdebat denganmu." Sentak Varka.
Hazin mulai memejamkan matanya dan tertidur, ia merasa lelah karena telah berlatih keras di Volhem.